Find Us On Social Media :

181 Nakes di Indonesia Berguguran Akibat Covid-19, Rupanya Ada Risiko Burnout

Kematian akibat corona pada tenaga kesehatan di Indonesia jadi jumlah tertinggi di dunia.

GridHEALTH.id - Jumlah tenaga kesehatan (nakes) yang gugur akibat pandemi virus corona (Covid-19) rupanya menjadi salah satu yang tertinggi di dunia.

Hal itu diungkap langsung oleh Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia, Usman Hamid dalam acara peluncuran pusara digital bagi tenaga kesehatan, Sabtu (5/9/2020).

Usman mengatakan, Amnesty International mencatat ada 181 tenaga kesehatan di Indonesia yang meninggal dunia, terdiri dari 112 orang dokter dan 69 orang perawat.

"Setidak-tidaknya ada 181 tenaga kesehatan yang meninggal dunia, dengan angka tersebut ini termasuk rincian 112 dokter dan juga 69 perawat, dan dengan angka ini Indonesia berada di jajaran negara dengan angka kematian tenaga kesehatan yang terbesar di dunia," ujar Usman dikutip dari Kompas.com.

Ada banyak penyebab kematian dikalangan nakes ini begitu melonjak tajam.

Terbaru sebuah sebuah studi menemukan bahwa nakes yang menangani pandemi Covid-19 memiliki risiko terkena keletihan emosi atau burnout.

Baca Juga: Klaster Keluarga Covid-19 di Indonesia Semakin Menggeliat, Jokowi; Kita Harus Hati-hati, Mulai Was-was?

Baca Juga: Penyebab Angka Kematian Tenaga Medis di Indonesia Tinggi, Apa Iya Karena Masalah Masker dan Jaga Jarak Seperti Kata Kemenkes?

Menurut penemuan yang dipublikasikan melalui European Journal of Preventive Cardiology, burnout merupakan kondisi kelelahan yang memicu denyut jantung menjadi cepat dan tidak menentu, bisa menyebabkan penggumpalan darah dan memcu stroke, serta komplikasi lainnya yang bisa berujung kematian.

Sementara itu studi baru yang dilakukan Program Studi Magister Kedokteran Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia menemukan bahwa dokter yang menangani pasien Covid-19, baik dokter umum maupun spesialis, berisiko dua kali lebih besar mengalami burnout dan kehilangan empati dibandingkan mereka yang tidak menangani pasien Covid-19.

Hasil ini ditemukan lewat studi potong lintang mengenai keletihan mental pada tenaga medis dengan cara menyebarkan survei online kepada para nakes untuk diisi secara sukarela.

Baca Juga: Jokowi Kembali Tegur Kemenkes, Presiden Kesal dengan Ketimpangan Tes Covid-19 Antar Provinsi

Tim peneliti lantas mengamati data-data populasi atau sampel yang telah dikumpulkan.

Waktu penelitian dimulai dari bulan Februari hingga Agustus 2020, berdasarkan data yang dikumpulkan pada bulan Juni hingga Agustus 2020 dengan total responden 1.461 responden dari seluruh propinsi di Indonesia.

Tim peneliti menemukan bahwa burnout atau keletihan mental dalam berbagai tingkat, yakni rendah, sedang dan berat, sedang terjadi di kalangan tenaga kesehatan Indonesia selama pandemi Covid-19.

Baca Juga: 10 Tanda Tubuh yang Mengindikasikan Kita Memiliki Penyakit Berat

Mayoritas tenaga kesehatan di Indonesia masuk dalam kategori sedang (82%) dan satu persen mengalami burnout tingkat berat.

Lebih detail, meski tim peneliti tidak bisa menyebutkan adanya hubungan antara karakteristik individu dengan keletihan mental secara keseluruhan, dokter yang sudah menikah ditemukan lebih berisiko mengalami dua gejala keletihan mental, yakni keletihan emosi dan kehilangan rasa percaya diri.

Kemudian, meski tidak ada hubungan antara lingkungan kerja dengan keletihan mental secara keseluruhan, dokter umum juga didapati lebih berisiko mengalami tiga gejala, yakni keletihan emosi, kehilangan empati dan kehilangan rasa percaya diri.

Baca Juga: Kuburan Khusus Korban Covid-19 Hampir Penuh di Seluruh Daerah, Epidemiolog Minta Pemerintah Siapkan Skenario Tarik Rem Darurat Untuk Mencegah Penularan

Sementara itu, tenaga kerja yang menangani Covid-19 lebih berisiko mengalami keletihan emosi sebanyak 1,6 kali lipat dan kehilangan empati 1,5 kali lipat.

Padahal, burnout merupakan sindrom psikologis akibat respons kronik tehadap suatu konflik.

Gejala burnout adalah emotional exhaustion (keletihan emosi), depersonalization (kehilangan empati), dan reduced personal accomplishment (berkurangnya rasa percaya diri).

Keletihan mental disebabkan oleh beban sistem layanan kesehatan yang besar selama pandemi Covid-19, sehingga menimbulkan stres pada tenaga kesehatan.

Data yang ada mencatat bahwa sudah ada 100 dokter, 55 perawat, 8 dokter gigi dan 15 bidan yang wafat karena Covid-19.

Baca Juga: Tak Ada Lagi Zona Hijau, Kasus Covid-19 di Jatim Belum Terkendali

Burnout juga bisa menyebabkan gangguan mental, sehingga sangat penting untuk mengetahui kondisi mental para tenaga kesehatan pada masa pandemi.

Ketua Tim Penelitian dari Program Studi MKK FKUI Dr. dr.Dewi S Soemarko, MS, SpOK dalam pemaparan Penelitian Burnout di Kalangan Tenaga Kesehatan Indonesia di Masa Pandemi Covid-19, Jumat (4/9/2020) berkata bahwa temuan mayoritas tenaga kesehatan Indonesia dalam tingkat burnout sedang bukan berarti kita bisa bersantai.

Temuan ini justru menjadi peringatan untuk meningkatkan kewaspadaan dan pencegahan dini, karena tingkat burnout bisa naik menjadi berat.

Baca Juga: Klaster Transportasi Umum Melonjak, Pemprov DKI Ngotot: 'Hasil Evaluasi Bapak Gubernur, Ganjil Genap Tetap Diberlakukan'

"Sehingga pemerintah perlu memberikan dukungan psikologis untuk tenaga kesehatan, yaitu, memberikan fasilitas layanan konseling pada tenaga kerja yang membutuhkan." tutur Dewi.

Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia mengatakan bahwa ahli medis bagaikan "aset" saat seperti ini.

"Ahli medis bisa dikatakan sebagai aset dikarenakan 1 dokter bisa lulus sekitar 6 tahun, kabar baiknya adalah di Indonesia tahun ini lulus 6000 dokter yang diharapkan bisa membantu tenaga medis yang lain." tutur Ari.(*)

Baca Juga: Mendekati Tahap Akhir Uji Klinis, Pemerintah Prancis Tetapkan Harga Vaksin Covid-19 Produksi Negaranya Dijual Dibawah 174 Ribu Rupiah

 #berantasstunting #hadapicorona