Find Us On Social Media :

Alasannya Biar Lancar Nasihati Pengantin, Seorang Oknum Pegawai KUA Terciduk Saat Asyik Konsumsi Sabu

Ilustrasi Seorang pegawai Kemenag beralasan menggunakan sabu agar lancar nasihati pengantin.

GridHEALTH.id - Nama baik Kantor Kementerian Agama Kota Palembang, Sumatera Selatan tercoreng.

Bagaimana tidak, salah seorang oknum pegawainya dilaporkan tertangkap polisi saat sedang asyik mengisap narkoba jenis sabu, (13/9/2020).

Pria berinisial JM (47) itu ditangkap oleh Unit Reserse Kriminal Polsek Ilir Timur 1 Palembang di kediamannya di Kelurahan 9 Ilir, Kecamatan Ilir Timur III, Palembang.

Menurut penjelasan Kapolsek Ilir Timur 1 Palembang Kompol Denni Trianna, tersangka JM mengaku mengonsumsi sabu agar dapat percaya diri saat memberikan pelatihan dan nasihat kepada calon pengantin yang datang di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Kemuning.

JM mengaku selalu mengonsumsi sabu selama 5 tahun terakhir, saat sedang bertugas melayani calon pengantin.

"Mengakunya biar enak menasihati pengantin. Alasannya biar percaya diri," kata Denni dilansir dari Kompas,com, Senin (5/10/2020).

Baca Juga: Predator Seks Depok Telah Cabuli 20 Anak Ingusan Gereja Tempatnya Bertugas

Baca Juga: Dinyatakan Sembuh, Presiden AS Donald Trump Sebut Dirinya Kebal Corona hingga Lanjutkan Kampanye

Denni menjelaskan, sabu itu didapatkan tersangka JM dari seorang wanita yang menjadi bandar.

Polisi saat ini masih terus memburu kurir yang telah menyuplai sabu untuk kebutuhan JM.

"Tersangka telah menjadi pecandu sejak bercerai sama istri. Dia mengaku stres dan mengonsumsi sabu tersebut," kata Denni.

Atas perbuatannya, JM dikenakan Pasal 127 Undang-Undang tentang Narkotika dengan ancaman penjara minimal 5 tahun.

Baca Juga: Hanya Satu 'Obat' Kesembuhan Pasien di RSD Wisma Atelet, Harganya...

Sementara itu, Kepala Kantor Wilayah Kemenag Sumsel Mukhlisuddin mengakui bahwa JM adalah pegawai mereka.

Namun, JM bertugas di KUA Kecamatan Kemuning, Palembang, sebagai administrasi wakaf.

Menurut Mukhlis, JM tidak pernah ditugaskan untuk melaksanakan bimbingan ataupun menjadi penasihat bagi calon pengantin.

"Jadi, kalau dia beralasan agar PD saat memberi bimbingan kepada calon pengantin, itu tidak benar. Sebab, tugas melaksanakan bimbingan bagi calon pengantin hanya diberikan kepada penghulu yang ditunjuk sesuai jadwal penugasan,” kata Mukhlis dalam pesan singkat.

Pihak Kemenag menyerahkan penanganan kasus itu kepada polisi.

Baca Juga: Infeksi Ulang Covid -19 Pada Pasien yang Dinyatakan Sudah Sembuh Menjadi Perhatian Para Dokter di Amerika Serikat

Sementara itu, status JM sebagai ASN di Kemenag akan segera dilaporakan untuk mendapatkan sanksi.

“Saya ingatkan, jangan sekali-kali terlibat penyalahgunaan narkoba, karena tidak akan ada ampun. Berani berbuat, berani bertanggung jawab. Saya berharap ini yang terakhir di Kemenag Sumsel,” ujar Muklis.

Terlebih ditilik dari sisi medis, penggunaan narkoba memang tidak hanya akan merugikan diri sendiri tapi juga orang lain.

Baca Juga: Seorang Pria Nekat Setubuhi Jenazah Pasien Covid-19, Alasannya Bikin Sebel, Karena Sudah 'Tidak Kuat'

Dikutip dari Kompas.com, dokter kesehatan jiwa, dr. Andri, SpKJ, FAPM menjelaskan, zat golongan amfetamin atau metamfetamin seperti sabu-sabu dan ekstasi dapat menyebabkan lonjakan hormon serotonin dan dopamin berkali-kali lipat dari biasanya.

"Hal ini yang membuat pengguna stimulan merasakan rasa nyaman dan gembira luar biasa," jelas Andri.

Orang yang konsumsi sabu akan merasa lebih percaya diri. Namun, efek menyenangkan itu hanya terjadi sesaat.

Namun dari semua itu, efek berbahaya yang sebenarnya akan terjadi adalah kerusakan keseimbangan sistem di otak.

Akibatnya, mereka yang mengonsumsi sabu bisa menjadi lebih sulit mengelola stres.

Baca Juga: Donald Trump Marah Besar dalam Masa Karantina di Rumah Sakit

Penggunaan sabu dalam jangka panjang bisa menimbulkan efek gangguan kecemasan di kemudian hari.

Bahkan efek tersebut masih muncul setelah sudah tak lagi konsumsi sabu.

Gejala kecemasan bisa berupa jantung berdebar tiba-tiba, sesak napas, hingga perasaan melayang.

Hal itu terjadi karena sudah rusaknya keseimbangan sistem hormon serotonin dan dopamin di otak.

Baca Juga: Harga Tes PCR Dibanderol Rp 900 Ribu, Ahli Epidemiologi: 'Harusnya Semuanya Disubsidi Pemerintah'

Efek lain juga bisa muncul gejala psikotik, seperti ide-ide paranoid. Mereka bahkan jadi rentan depresi.

Melansir duniabebasnarkoba.org, penggunaan narkoba jenis apapun dalam waktu yang lama mengurangi rasa lapar alami, sehingga penggunanya akan mengalami penurunan berat badan yang luar biasa.

Selain itu, pola tidur juga akan kacau, hiperaktif, rasa mual, delusi kekuasaan, lebih agresif dan sifat lekas marah.

Efek-efek lain yang juga mengkhawatirkan adalah insomnia, kebingungan, halusinasi, kecemasan, paranoia dan lebih agresif. Dalam beberapa kasus, mengalami konvulsi yang dapat berakibat kematian.(*)

Baca Juga: Aktor Sinetron 'Gerhana' Piere Roland Terkena Diabetes Tipe 1, Begini Gejala yang Dialaminya Hingga Membuatnya Kejang

 #berantasstunting #hadapicorona