Find Us On Social Media :

7 Kebiasaan Buruk yang Bisa Bikin Otak Rusak, Kaum Milenial Wajib Waspadai

Aneka kebiasaan yang bikin rusak otak. Di antaranya kurang tidur.

2. Sering multitasking

Ponsel menjadi pisau bermata dua. Kita menggunakannya sepanjang waktu, baik untuk mendukung pekerjaan maupun pendidikan, atau pun sebagai sarana hiburan.

Kondisi ini membuat banyak orang melakukan beberapa pekerjaan sekaligus (multitasking).

Seorang ahli saraf dari Massachusetts Institute of Technology (MIT), Earl Miller mengatakan bahwa otak kita tidak bisa terhubung dengan baik terhadap banyak tugas.

Ketika orang-orang mengira mereka mampu melakukan banyak tugas, mereka sebenarnya hanya beralih dari satu tugas ke tugas lain dengan sangat cepat. Selain itu, setiap kali mereka melakukannya, ada konsekuensi kognitif yang menyertai.

"Multitasking juga meningkatkan hormon stres kortisol serta hormon fight or flight (melawan-atau-lari) adrenalin, yang dapat merangsang otak secara berlebihan dan dapat menyebabkan kabut mental atau pemikiran yang kacau," katanya.

Baca Juga: Virus Corona Bisa Menyebar Melalui Air di Kolam Renang, Ini Faktanya

3. Luapan informasi menyebabkan stimulasi otak berlebih

Banyaknya jumlah email, notifikasi media sosial, dan notifikasi lainnya yang kita terima bisa sangat membebani hari seseorang.

Aliran konten yang deras secara konstan jika tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan stres dan pengambilan keputusan yang berlebihan.

"Informasi yang berlebihan adalah salah satu gangguan terbesar dalam kehidupan modern," tulis Schumpeter dari The Economist.

Namun, mantan profesor tamu psikologi di Gresham College, London, Glenn Wilson menyebutkan dalam penelitiannya bahwa berada dalam situasi multitasking dapat mengurangi IQ efektif seseorang hingga 10 poin.

Untuk memaksimalkan otak setiap hari, lakukan pengaturan yang lebih baik untuk menyaring informasi yang diterima sepanjang hari.

Bersikaplah proaktif tentang cara kita mengonsumsi media dan persiapkan otak untuk mengabaikan informasi yang tidak perlu.

Ketika kita mengelola hari dengan prinsip-prinsip ini, kemungkinan besar kita dapat meningkatkan efisiensi otak secara signifikan.

Baca Juga: Diundang Jadi Pembicara, WHO Nilai Menkes Terawan Sukses Kendalikan Covid-19 di Indonesia, Benarkah?