Find Us On Social Media :

7 Kebiasaan Buruk yang Bisa Bikin Otak Rusak, Kaum Milenial Wajib Waspadai

Aneka kebiasaan yang bikin rusak otak. Di antaranya kurang tidur.

GridHEALTH.id - Di era teknologi alias milenial seperti saat ini, kita semua seolah dituntut untuk melakukan banyak hal yang sebetulnya dapat merugikan otak kita.

Menurut para ahli, gaya hidup modern mempengaruhi jalur saraf dan membuat kita lebih lambat serta kurang mampu untuk berpikir orisinal.

Seperti dilansir Insider, setidaknya ada tujuh kebiasaan buruk yang perlu dihindari karena dapat menurunkan fungsi otak kita, diantaranya adalah;

1. Tidak aktif secara fisik

Ketidakaktifan dapat menyebabkan masalah kesehatan kronis seperti penyakit jantung, obesitas, depresi, demensia, dan kanker.

Banyak orang terlalu sibuk untuk hanya melakukan aktivitas gerakan dasar, yang dapat memperlambat penurunan kognitif.

Menurut sebuah penelitian di Journal of Comparative Neurology yang menunjukkan hubungan antara ketidakaktifan dan penurunan mental, tidak aktif secara fisik (sedentary) dapat mengubah bentuk neuron tertentu di otak.

Aktivitas fisik secara teratur dapat menguntungkan kita secara kognitif dan secara medis, karena dapat meningkatkan zat kimia otak untuk meningkatkan memori dan kemampuan belajar pembelajaran dengan lebih baik.

Baca Juga: Hore... Siap Lakukan Vaksinasi Covid-19, Pemerintah Pastikan Aman dan Teruji Klinis

Baca Juga: Protokol Kesehatan Mulai Disepelekan, Wiku; 'Jangan Sampai Terjadi Pada Kita', Negara Lain Sudah Gelombang ke 2 Covid-19

2. Sering multitasking

Ponsel menjadi pisau bermata dua. Kita menggunakannya sepanjang waktu, baik untuk mendukung pekerjaan maupun pendidikan, atau pun sebagai sarana hiburan.

Kondisi ini membuat banyak orang melakukan beberapa pekerjaan sekaligus (multitasking).

Seorang ahli saraf dari Massachusetts Institute of Technology (MIT), Earl Miller mengatakan bahwa otak kita tidak bisa terhubung dengan baik terhadap banyak tugas.

Ketika orang-orang mengira mereka mampu melakukan banyak tugas, mereka sebenarnya hanya beralih dari satu tugas ke tugas lain dengan sangat cepat. Selain itu, setiap kali mereka melakukannya, ada konsekuensi kognitif yang menyertai.

"Multitasking juga meningkatkan hormon stres kortisol serta hormon fight or flight (melawan-atau-lari) adrenalin, yang dapat merangsang otak secara berlebihan dan dapat menyebabkan kabut mental atau pemikiran yang kacau," katanya.

Baca Juga: Virus Corona Bisa Menyebar Melalui Air di Kolam Renang, Ini Faktanya

3. Luapan informasi menyebabkan stimulasi otak berlebih

Banyaknya jumlah email, notifikasi media sosial, dan notifikasi lainnya yang kita terima bisa sangat membebani hari seseorang.

Aliran konten yang deras secara konstan jika tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan stres dan pengambilan keputusan yang berlebihan.

"Informasi yang berlebihan adalah salah satu gangguan terbesar dalam kehidupan modern," tulis Schumpeter dari The Economist.

Namun, mantan profesor tamu psikologi di Gresham College, London, Glenn Wilson menyebutkan dalam penelitiannya bahwa berada dalam situasi multitasking dapat mengurangi IQ efektif seseorang hingga 10 poin.

Untuk memaksimalkan otak setiap hari, lakukan pengaturan yang lebih baik untuk menyaring informasi yang diterima sepanjang hari.

Bersikaplah proaktif tentang cara kita mengonsumsi media dan persiapkan otak untuk mengabaikan informasi yang tidak perlu.

Ketika kita mengelola hari dengan prinsip-prinsip ini, kemungkinan besar kita dapat meningkatkan efisiensi otak secara signifikan.

Baca Juga: Diundang Jadi Pembicara, WHO Nilai Menkes Terawan Sukses Kendalikan Covid-19 di Indonesia, Benarkah?

4. Duduk terlalu lama

Sebuah penelitian baru yang dilakukan The University of California, Los Angeles (UCLA) melaporkan bahwa orang yang lebih banyak duduk lebih berisiko mengalami penipisan di daerah otak yang terkait dengan memori.

Peneliti menekankan bahwa duduk tidak hanya membawa risiko kesehatan fisik, tetapi juga risiko neurologis.

Dalam makalahnya, mereka menulis bahwa aktivitas fisik tinggi sekalipun dianggap tidak cukup untuk mengimbangi efek berbahaya dari banyak duduk dalam waktu lama.

Oleh karena itu, usahakan mengurangi jumlah duduk sebisa mungkin. Selalu sertakan kegiatan berdiri setiap 30 menit duduk.

Baca Juga: Pelajaran dari Park Ji Hoon, Aktor Drama Korea yang Meninggal di Usia Muda, Ini Gejala Penyakitnya

5. Terlalu banyak menatap layar

Saat ini, interaksi tatap muka semakin berkurang karena penggunaan teknologi digital, dan semakin banyak waktu kita dihabiskan untuk menatap layar.

Bukan hanya ponsel, namun televisi, tablet, komputer, atau video game, juga dianggap sama.

"Jika sebagian besar waktu bangun kita dihabiskan untuk melihat layar, maka kita itu sudah termasuk terlalu berlebihan," ungkap Psikoterapis berlisensi dan pakar di bidang kesehatan mental dan pengasuhan anak di era digital, Tom Kersting.

Menurutnya, percakapan tatap muka lebih bermanfaat bagi otak. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh University of Michigan menemukan, bahkan percakapan 10 menit per hari saja dengan orang lain dapat meningkatkan memori dan kognisi seseorang.

"Dalam penelitian kami, bersosialisasi sama efektifnya dengan jenis latihan mental yang lebih tradisional dalam meningkatkan daya ingat dan kinerja intelektual," kata Oscar Ybarra, psikolog di UM Institute for Social Research (ISR) dan penulis utama penelitian.

Kurangnya interaksi sosial membatasi peluang otak untuk membuat koneksi yang lebih baik.

Kondisi ini juga dapat menyebabkan kesepian dan depresi, kondisi mental yang berkontribusi signifikan terhadap penurunan kesehatan otak.

Menurut para ahli, waktu menatap layar yang berlebihan memiliki efek negatif pada kemampuan intelektual serta kesejahteraan emosional.

Sebab tak hanya berpengaruh buruk terhadap kesehatan fisik, seperti mata, telinga, leher, bahu, punggung, pergelangan tangan, dan lengan, terlalu banyak menatap layar juga mengganggu kualitas tidur malam.

Baca Juga: 3 Bahan Berbahaya pada Deodoran, Hindari yang Seperti Ini, Sebabkan Kanker Payudara

6. Terlalu lama menggunakan headphone

Orang-orang, pada dasarnya, suka menaikkan volume headphone ketika mendengarkan musik.

Sayangnya, kebiasaan itu dapat dengan mudah merusak pendengaran terutama jika dilakukan terus-menerus.

Tidak hanya berdampak buruk terhadap telinga, kebiasaan mendengarkan musik terlalu keras dengan headphone juga bisa menyebabkan masalah otak pada orang lanjut usia, seperti Alzheimer dan hilangnya jaringan otak.

Ketika otak harus bekerja sangat keras untuk memahami apa yang dikatakan di sekitar, otak tidak dapat menyimpannya di dalam ingatan.

Baca Juga: Gatal Di Seputar Organ Intim Akibat Diabetes, Ini Dia Gejalanya

7. Pola tidur buruk

Kurang tidur dapat memiliki konsekuensi jangka pendek dan jangka panjang yang serius.

Jika dilakukan terus-menerus, kurang tidur dapat menunda waktu reaksi, mengganggu kadar glukosa, suasana hati, sakit kepala, gangguan memori, dan menimbulkan ketidakseimbangan hormon.

Sebuah penelitian terbaru menunjukkan bahwa kurang tidur dapat mengecilkan otak seseorang.

Ketika kita tidak mendapatkan tidur yang cukup, otak akan kesulitan dalam memproses informasi, mengkonsolidasikan ingatan, membuat koneksi, dan membersihkan racun.

Kurang tidur memperlambat pemikiran kita, merusak ingatan, konsentrasi, penilaian, mengganggu proses pengambilan keputusan, serta menghambat pembelajaran.

Usahakan memperbaiki pola tidur dengan tidur cukup selama tujuh hingga delapan jam setiap malamnya demi merangsang koneksi baru dan pertumbuhan otak.(*)

Baca Juga: Curiga Anak Alami Gejala Pneumonia, Kapan Harus Memeriksakannya ke Dokter?

 #berantasstunting #hadapicorona