Find Us On Social Media :

Gula Garam dan Lemak Bukan Untuk Dijauhi, Tapi Bijak Mengonsumsinya, Ini Alasannya

Inulah aneka makanan tinggi Gula Garam dan Lemak. #BijakGGL sekarang, atau menyesal kemudian.

GridHEALTH.id - #BijakGGL adalah campign 2021 GridHEALTH.id.

Campign ini tentu untuk mendukung program dan campign pemerintah Indonesia untuk masyarakat lebih sehat, dengan batasi asupan Gula Garam dan Lemak.

Baca Juga: Tiba di Indonesia, Epidemiolog: Jika Sesuai Protokol Kesehatan, Semestinya Habib Rizieq Dibawa ke Wisma Atlet

Selain itu, campign GridHEALTH.id #BijakGGL ini untuk mengajak dan mengingatkan masyarakat bahwa asupan Gula Garam dan Lemak harus dikontrol, tidak boleh lebih dari batasan yang disarankan. Jadi bukan dihindari.

Sesuai dengan Permenkes Nomor 30 Tahun 2013 tentang Pencantuman Informasi Kandungan Gula, Garam dan Lemak, Serta Pesan Kesehatan Pada Pangan Olahan dan Pangan Siap Saji, untuk #bijakGGL rumusnya adalah G4-G1-L5.

Jadi supaya tidak berlebihan dan bisa bijak mengonsumsi Gula Garam dan Lemak setiap hari, cukup dengan melakukan;

Baca Juga: Peringati Hari Pahlawan, Gubernur Khofifah: 'Tenaga Medis Adalah Pahlawan dalam Bidang Kesehatan'

* Anjuran konsumsi gula /orang /hari adalah 10% dari total energi (200 kkal) atau setara dengan Gula 4 sendok makan /orang /hari (50 gram/orang/hari).

* Anjuran konsumsi garam adalah 2000 mg natriumatau, setara dengan Garam 1 sendok teh (sdt) /orang /hari (5 gram/orang/hari).

Baca Juga: Covid-19 Merajarela di Pondok Pesantren, Ini Cara Ridwan Kamil Mengatasinya

* Anjuran konsumsi lemak /orang/hari adalah 20-25% dari total energi (702 kkal), atau setara dengan Lemak 5 sendok makan/orang /hari (67 gram/orang/hari).

Kenapa kita semua tanpa kecuali harus #BijakGGL? Melansir Yayasan Gastroenterologi Indonesia (YGI; 22 Mei 2020), berikut jawaban dan alasannya;

Bahaya Konsumsi Gula Berlebihan

Baca Juga: Pentingnya Mengelola Kadar Gula Darah di Dalam Tubuh, Salah Satunya Kurangi Asupan Gula

Ketika kita makan/minum yang manis, gula akan dilepaskan ke aliran darah. Pankreas kemudian melepaskan insulin, yaitu hormon yang membantu “membuka” sel-sel tubuh, sehingga memungkinkan gula digunakan oleh sel untuk energi.

Apabila gula yang kita konsumsi berlebihan, pankreas akan memproduksi lebih banyak insulin untuk membantu gula memasuki sel.

Nah, kenaikan gula mendadak akan memicu produksi insulin berlebih untuk menurunkan gula secara cepat.

Hal ini dapat memicu kita mudah merasa lapar dan lemas.

Baca Juga: Belum Lagi Dilantik Jadi Presiden, Joe Biden Beri Kabar Baik, Vaksin Buatan Pfizer Efektif Cegah Covid-19 Hingga 90 Persen

Ketika insulin sudah tidak memungkinkan untuk mengimbanginya, kelebihan gula akan menumpuk di aliran darah dan menyebabkan penyakit kencing manis (diabetes mellitus).

Ingat, sekali didiagnosis diabetes mellitus, maka penyakit tersebut tidak dapat sembuh.

Kita hanya bisa mengelola untuk mencegah terjadinya komplikasi ke organ lain seperti mata, ginjal, pembuluh darah, dan syaraf.

Baca Juga: Kepulangan Habib Rizieq Disambut Meriah hingga Macet Parah, Wagub DKI Khawatirkan Klaster Baru Covid-19

Selain diabetes mellitus, konsumsi tinggi gula jaga dapat mengganggu kesehatan saluran cerna.

Penelitian menunjukkan bahwa kelebihan gula dapat memengaruhi keseimbangan mikroba usus.

Bakteri jahat di dalam usus akan berkembang biak dengan pesat apabila terus-menerus diberi asupan gula.

Baca Juga: Studi : Covid-19 Dapat Menyebabkan Otak Menua Hingga 10 Tahun

Selain itu, pemanis buatan sulit diserap oleh usus dan sulit difermentasi oleh bakteri.

Akibatnya, akan terbentuk banyak gas yang menyebabkan perut terasa penuh dan nyeri. Pemanis buatan, fruktosa, dan laktosa adalah gula yang sulit dicerna, serta cenderung merangsang usus untuk mengeluarkan air dan elektrolit sehingga dapat menyebabkan diare.

Bahaya Konsumsi Garam Berlebihan

Terlalu banyak garam juga tidak baik untuk kesehatan.

Garam dapur yang kita gunakan terdiri dari natrium dan klorida.

Baca Juga: Risiko Kematian Dini Berkurang Jika Kita Bijak Batasi Konsumsi Gula Garam Lemak

Natrium diperlukan oleh tubuh untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh dan membantu kerja saraf serta otot.

Sedangkan klorida merupakan elemen mendasar dalam proses pencernaan yang membantu tubuh dalam mencerna makanan.

Untuk diketahui, ginjal bekerja untuk menjaga keseimbangan garam yang optimal dalam tubuh.

Baca Juga: Makanan Pedas Bisa Mengubah Rasa ASI, tapi Tidak Sebabkan Bayi Mencret

Saat asupan natrium tinggi, maka ginjal akan membuang kelebihannya melalui urin.

Akan tetapi jika ginjal tidak lagi mampu membuang kelebihannya, natrium akan menumpuk dalam darah.

Penumpukan tersebut akhirnya memicu terjadinya penyakit darah tinggi (hipertensi).

Kondisi hipertensu jika tidak ditangani dapat meningkatkan risiko terjadinya serangan jantung, stroke, dan gangguan ginjal.

Baca Juga: Fakta Olahraga Crossfit, Telah Membunuh Instruktur, Pemilik Tempat Kebugaran dan Artis

Penting juga diketahui, beberapa penelitian mengaitkan antara asupan tinggi garam dengan kesehatan usus.

Mencerna kadar natrium yang tinggi dapat merusak bakteri Lactobacillus murinus dan mengubah aktivitas mikrob usus.

Lactobacillus adalah bakteri menguntungkan yang menjaga kesehatan lapisan usus dan melindunginya dari berbagai mikroorganisme jahat yang mencari tempat untuk hidup.

Ketika aktivitas mereka menurun karena diet natrium yang tinggi, tingkat peradangan akan meningkat dan pertahanan usus menipis.

Baca Juga: Gisel Akhirnya Pasrah Terhadap Video 19 Detik yang Viral, Bukan Koleksi Pribadi yang Bocor, Gayanya Berbahaya

Hal ini memudahkan bakteri jahat untuk menembus dinding saluran cerna sehingga dapat beredar ke pembuluh darah.

Penelitian juga menunjukkan, konsumsi tinggi garam dapat menyebabkan keluhan perut terasa kembung dan penuh, yang tentunya tidak nyaman.

Konsumsi tinggi garam juga dikatakan dapat mempercepat timbulnya rasa haus. Walaupun hal tersebut masih kontroversial karena hasil penelitian yang beragam.

Bahaya Konsumsi Lemak Berlebihan

Gorengan, berminyak, dan bersantan merupakan salah satu makanan favorit banyak orang. Tidak lain karena saranya yang gurih, enak.

Baca Juga: Dinilai Baik bagi Kesehatan, Tidur Miring ke Kanan Bisa Sebabkan Masalah Kehamilan bagi Ibu Hamil Tua

Tapi tahu kah, makanan tersebut mengandung tinggi lemak yang menyebabkan rasanya lebih gurih saat disantap.

Padahal makanan tinggi lemak dibandingkan karbohidrat dan protein, perut kita membutuhkan waktu lebih lama untuk mencernanya.

Karenanya membuat kita merasa lebih cepat kenyang, bahkan perut terasa kembung.

Nah, akibat rasa kenyang yang ditimbulkan, makanan lain yang lebih bernutrisi tidak bisa disantap.

Baca Juga: Jangan Lakukan 4 Kebiasaan Ini saat Hamil Muda! Dampaknya Bisa Bahayakan Kesehatan Janin

Makanan tinggi lemak juga menyebabkan kerja saluran pencernaan kita menjadi berat.

Semakin lama makanan tersebut di perut, semakin banyak pula asam lambung yang dihasilkan untuk mencernanya.

Asam lambung yang terus naik nantinya dapat mencapai kerongkongan yang mengakibatkan perut bagian atas terasa perih.

Tak hanya itu, makanan tinggi lemak juga memicu produksi hormon kolesistokinin yang berlebihan.

Baca Juga: Kesaksian Dokter di Padang yang Menyaksikan Langsung Kematian Pasien Covid-19; 'Saya Ingin Menolong Tapi Saya Sakit Juga'

Hormon ini dapat menyebabkan katup yang memisahkan kerongkongan dan lambung mengendur.

Apabila hal ini terjadi terus-menerus maka asam lambung akan lebih mudah mengiritiasi kerongkongan kita.

Penyakit yang dapat ditimbulkan akibat mengonsumsi makanan tinggi lemak adalah penyakit jantung koroner.

Penyakit tersebut disebabkan karena kolesterol jahat yang menumpuk dan membentuk plak di dalam pembuluh darah jantung.

Baca Juga: Belum Terlihat Dampak Libur Panjang, Satgas: 'Kasus Covid-19 Relatif Terkendali', Benarkah?

Apabila plak dalam pembuluh darah itu terlepas kemudian mengalir ke pembuluh darah otak dan membuat sumbatan, maka timbulah penyakit stroke.

Tapi ingat, tidak semua lemak itu jahat. Lemak yang mengganggu kesehatan kita adalah lemak jenuh dan lemak trans, dimana lemak tersebut meningkatkan LDL (kolesterol jahat) dan menurunkan HDL (kolesterol baik).

Lemak jahat juga dapat memperburuk diabetes mellitus.

Jadi, konsumsi tinggi gula, garam, dan lemak (GGL) memiliki kontribusi dalam menghadirkan berbagai penyakit kronis.

Oleh karena itu, batasi jumlahnya agar tubuh kita tetap sehat dengan #BijakGGL.(*)

Baca Juga: Sering Kentut Sebelum Haid Datang, Fluktuasi Hormon Jadi Penyebabnya

#BijakGGL

#Berantasstunting

#HadapiCorona

.