Saat ini, mereka tengah menganalisa 10.000 sampel suara yang berhasil dikumpulkan melalui jaringan telepon.
Lainnya, The Wall Street Journal melaporkan, para peneliti dari University of Pittsburgh Medical Center tengah menguji 4 aplikasi untuk menganalisis ratusan gambar tahi lalat dan bercak hitam, yang sebelumnya sudah diperiksa oleh ahli penyakit kulit.
Aplikasi terbaik mampu mendeteksi penyakit kulit, termasuk kanker kulit, dengan tingkat akurasi hingga 98 persen.
Sementara aplikasi yang paling payah hanya memiliki tingkat akurasi 6,8 persen. Sayangnya, riset yang dilakukan oleh para peneliti ini tidak menyebutkan nama-nama aplikasi yang mereka uji.
Sebelumnya, ada pula aplikasi mobile lainnya yang dibuat untuk mendeteksi penyakit pada paru-paru.
Aplikasi bernama SpiroSmart ini dikembangkan oleh para peneliti di University of Washington.
SpiroSmart bekerja dengan menganalisis suara napas penggunanya.
Selain mengembangkan aplikasi khusus, para peneliti dan ilmuwan juga memanfaatkan aplikasi yang telah ada untuk mendeteksi penyakit.
Salah satunya adalah Twitter. Media sosial ini dimanfaatkan oleh para peneliti dan ilmuwan komputer dari Johns Hopkins University untuk mendeteksi kasus influenza di Amerika Serikat.
Mereka mengumpulkan kicauan-kicauan tetang flu dari para pengguna Twitter untuk memetakan lokasi yang terjangkit epidemi flu.