GridHEALTH.id - Hidup di zaman hi-tech seperti saat ini kita tentu menjadi akrab denga dunia virtual.
Apalagi setelah pandemi Covid-19 melanda dunia, kita semua solah dipaksa, suka tida suka, untuk masuk ke dalam dunia virtual dalam banyak aktivitas, kegiatan, dan pekerjaan.
Buktinya saat ini banyak diantara kita yang melakukan WFH, belajar di rumah, seminat digital, dan masih banyaj lagi lainnya yang dilakukan secara virtual dengan perangat digital.
Tak sampai di situ, saat ini masalah hanya bermodal smart phone kita bisa mendeteksi kesehatan dan penyakit kita secara virtual yang dilakuan mandiri.
Ya, biasanya untuk tes kesehatan dan melakukan diagnosa, kita harus face to face dengan dokter di ruang praktek klinik, rumah sakit, atau Puskesmas.
Kini, cukup dengan aplikasi tertentu yang ditanam di handphone android kita, masyarakat bisa tes kesehatan dan deteksi penyakit secara mandiri.
Melansir nextren.grid.id (12 November 2020), ada sebuah aplikasi yang bisa mendeteksi kesehatan mata. Namanya We Do Pulse, yang memiliki fiture My Eye Dispensary.
Cara kerjanya hanya dengan selfie dan diproses oleh teknologi AI atau kecerdasan buatan, maka bisa mendeteksi kesehata mata kita.
Kabarnya aplikasi ini sudah di uji cobakan pada 1000 orang dengan mata yang sehat dan mata yang tidak sehat.
Data dari tes tersebut dimasukan ke sistem AI aplikasi Pulse sehingga bisa mengecek kesehatan mata pengguna.
Peminat aplikasi berbayar ini sudah banyak. Kini sudah mencapai 21 ribu lebih pengguna aplikasi Pulse.
Lainnya, We Do Pulse juga memiliki fitur baru yang gratis digunakan, yaitu Alat ukur BMI dan Cermin Kerutan Wajah.Cara kerjanya juga melalui foto selfie dan dibantu kecerdasan buatan, pengguna dapat mengetahui kondisi massa tubuh dan tingkat kerutan di wajah.Pun ada Monitor Kegiatan Olahraga, seperti jumlah langkah, kalori yang terbakar dengan menghubungkan perangkat kesehatan wearable yang digunakan dengan Pulse.
Baca Juga: Hebat dan Patut Dicontoh, Sekeluarga Bisa Sembuh dari Covid-19 dengan Upaya Kompak, Kecuali Ayahnya
Selain itu, melansir Kompas.com (7 Februari 2013), ternyata bukan di tahun 2020 saja penggunaan aplikasi untuk tes kesehatan sudah dilakukan.
Uji cobanya sudah dilakukan sejak lama.
Salah satunya adalah untuk mendeteksi penyakit Parkinson dengan menggunakan ponsel, yang saat itu tengah dikembangkan melalui The Parkinson's Voice Initiative, sebuah proyek untuk membantu para penderita Parkinson.
Proyek tersebut dirintis oleh seorang ilmuwan Matematika dari University of Oxford, Inggris, bernama Max Little.
Dia mengembangkan sebuah algoritma untuk mendeteksi kelainan suara yang dapat membantu mendeteksi Parkinson.
Max Little dan timnya telah menguji aplikasi buatan mereka, sekaligus untuk mendeteksi suara orang-orang yang menderita Parkinson. Tingkat akurasi yang diperoleh, menurut Little, cukup tinggi, yakni sebesar 86 persen.
Saat ini, mereka tengah menganalisa 10.000 sampel suara yang berhasil dikumpulkan melalui jaringan telepon.
Lainnya, The Wall Street Journal melaporkan, para peneliti dari University of Pittsburgh Medical Center tengah menguji 4 aplikasi untuk menganalisis ratusan gambar tahi lalat dan bercak hitam, yang sebelumnya sudah diperiksa oleh ahli penyakit kulit.
Aplikasi terbaik mampu mendeteksi penyakit kulit, termasuk kanker kulit, dengan tingkat akurasi hingga 98 persen.
Sementara aplikasi yang paling payah hanya memiliki tingkat akurasi 6,8 persen. Sayangnya, riset yang dilakukan oleh para peneliti ini tidak menyebutkan nama-nama aplikasi yang mereka uji.
Sebelumnya, ada pula aplikasi mobile lainnya yang dibuat untuk mendeteksi penyakit pada paru-paru.
Aplikasi bernama SpiroSmart ini dikembangkan oleh para peneliti di University of Washington.
SpiroSmart bekerja dengan menganalisis suara napas penggunanya.
Selain mengembangkan aplikasi khusus, para peneliti dan ilmuwan juga memanfaatkan aplikasi yang telah ada untuk mendeteksi penyakit.
Salah satunya adalah Twitter. Media sosial ini dimanfaatkan oleh para peneliti dan ilmuwan komputer dari Johns Hopkins University untuk mendeteksi kasus influenza di Amerika Serikat.
Mereka mengumpulkan kicauan-kicauan tetang flu dari para pengguna Twitter untuk memetakan lokasi yang terjangkit epidemi flu.
Di Indonesia sejak lama sebenarnya sudah ada aplikasi mobile untuk mendeteksi penyakit, yaitu MOSES, singkatan dari “Malarian Obervation System and Endemic Surveliance”.
Aplikasi itu diciptakan oleh tim mahasiswa Institut Teknologi Bandung untuk mendiagnosis penyakit Malaria.
Aplikasi tersebut terpilih menjadi juara pertama pada kategori Mobile Device Award, dalam kompetisi Imagine Cup 2009 yang digelar oleh Microsoft Corp.
Baca Juga: Dapat Tingkatkan Daya Tahan Tubuh, Begini Cara Aman Mengonsumsi Madu dan Herbal pada Ibu Hamil
Kini, saat pandemi Covid-19, perusahaan teknologi digital Apple malah sudah membuat alat pendeteksi dini Covid-19.
Melansir Kompas.com (31 Maret 2020), Apple meluncurkan halaman dan aplikasi untuk mendeteksi gejala dini Covid-19.
Melalui situs dan aplikasi tersebut, pengguna bisa memeriksa gejala-gejala kesehatan yang muncul pada tubuh.
Situs deteksi dini Covid-19 bisa diakses oleh siapa saja secara global melalui alamat www.apple.com/covid19.
Sementara untuk aplikasi Apple Covid-19, hanya akan tersedia untuk wilayah Amerika Serikat saja.
Menurut CEO Apple, Tim Cook, situs dan aplikasi tersebut dikembangkan atas kerja sama Apple dengan badan kesehatan setempat.
Baca Juga: 7 Cara Mudah Supaya Tubuh Tidak Kelebihan Gula Garam dan Lemak, #BijakGGL
Sehingga, informasi yang tersedia pada halaman dan aplikasi tersebut dapat dipercaya. "Agar Anda tetap mendapatkan informasi, memahami gejala dan mengambil langkah tepat untuk menjaga kesehatan, Apple membuat situs Covid-19 dan sebuah aplikasi di AS bekerja sama dengan CDC (Centers for Disease Control and Prevention)," tulis Tim Cook dalam unggahan Twitternya.
Baca Juga: Khasiat Dahsyat Air Rebusan Kayu Manis, Ampuh Mengatasi Maag
Tidak hanya CDC, dalam aplikasi ini, Apple juga berkolaborasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Federal (FEMA), dan Gedung Putih. Situs dan aplikasi ini juga memiliki sejumlah fitur.(*)
#berantasstunting
#HadapiCorona
#BijakGGL