Sedangkan alat deteksi cepat infeksi Covid-19 lainnya buatan anak bangsa, rapid test berbasis antigen CePAD buatan Universitas Padjadjaran, pun sudah mendapatkan izin edar sejak November 2020.
Alat buatan Bandung ini ditargetkan mampu diproduksi 500.000 unit tiap bulannya.
Di sini Menristek ingin sekali kedua alat screening tersebut dapat digunakan di tempat-tempat yang berpotensi menjadi tempat berkumpulnya orang secara masif.
Seperti yang telah disebutkan di atas, yaitu; di area stasiun atau terminal dan mbandara, perkantoran, rumah sakit, pasar, mal, danm tempat pelayanan umum lainnya.
GeNose dan CePAD cukup praktis, ini akan mampu mendukung proses 3T (testing, tracing dan treatment).
Sekarang kedua alat tersebut harapannya bisa masuk dalam daftar rujukan alat screening Covid-19 di Indonesia.
Bambang menyebut, sudah mulai banyak pesanan untuk alat screening Covid-19 dengan cara ditiup tersebut.
GeNose C19 rencananya dibanderol dengan kisaran harga Rp 15.000 hingga Rp 25.000 untuk sekali tes.
Meski dari uji validasi Kemenkes tingkat sensitivitas GeNose C19 mencapai 92% dan spesifitas 95%,
Tapi alat tersebut bukan alat diagnosis Covid-19 layaknya PCR Test.
GeNose C19 merupakan alat screening yang masuk dalam kategori rapid test.