Find Us On Social Media :

Alat Deteksi Cepat Infeksi Covid-19 Karya Anak Bangsa Hanya 15 Ribu Rupiah, Murah, Praktis dan Mendukung 3T

Alat Pendeteksi Covid-19 GeNose C19 dan CePAD asli buatan dalam negeri.

GridHEALTH.id - Masa pandemi Covid-19 saat ini, selain mawas diri dengan pola hidup sehat dan bahagia, juga harus disiplin 3M, plus deteksi diri apakah kita terinfeksi virus corona atau tidak. Khususnya pada mereka yang berisiko terpapar.

Mereka yang berisiko terpapar adalah, memiliki riwayat kontak erat dengan pasien positif Covid-19, sering berada di keramaian (di lokasi banyak orang), semisal sering naik angkutan umum masal, di kantor/tempat kerja.

Baca Juga: Megawati Heran Banyak Warga Sulit Disiplin Protokol Kesehatan: 'Masa Sampai Harus Menurunkan Tentara'

Tapi sayang untuk melakukan deteksi infeksi Covid-10 pada seseorang, saat ini masih mahal. Semuanya pun masih harus didatangkan dari luar negeri.

Untunglah Universitas Gaja Mada di Jogjakarta saat ini telah sukses membuat bahkan sudah mendapat ijin edar alat deteksi cepat infeksi Covid-19, pada 24 Desember 2020 lalu, dengan harga yang sangat murah.

Bayangkan, dibandingkan dengan Rapid Test antigen, apalagi PCR, alat berngaran GeNose C19 ini jauh lebih murah.

Baca Juga: Pemerintah Pastikan Vaksin Covid-19 Aman, Meski Efektivitasnya Hanya 50 Persen

Bagaimana tidak murah, mastarakat bisa mendapatkannya hanya dengan 15 ribu rupiah saja.

Paling mahal, hanya 25 ribu rupiah.

Dalam konferensi pers virtual penyerahan GeNose C19 kepada Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan pada Kamis (7/1), Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang Brodjonegoro menargetkan GeNose C19 buatan Universitas Gajah Mada (UGM) dapat diproduksi hingga 5000 unit pada Februari.

Selanjutnya pada Maret produksi menyusul hingga 10000 unit.

Baca Juga: Tanpa Obat, 4 Cara Aman Ini Ampuh Atasi Demam saat Hamil Tanpa Timbulkan Masalah Kehamilan

Sedangkan alat deteksi cepat infeksi Covid-19 lainnya buatan anak bangsa, rapid test berbasis antigen CePAD buatan Universitas Padjadjaran, pun sudah mendapatkan izin edar sejak November 2020.

Alat buatan Bandung ini ditargetkan mampu diproduksi 500.000 unit tiap bulannya.

Di sini Menristek ingin sekali kedua alat screening tersebut dapat digunakan di tempat-tempat yang berpotensi menjadi tempat berkumpulnya orang secara masif.

Baca Juga: Lebih dari 9.000 Kasus Covid-19 Baru, Epidemiolog Sebut Pembatasan Jawa-Bali Langkah Maju Cegah Corona Meski Belum Ideal

Seperti yang telah disebutkan di atas, yaitu; di area stasiun atau terminal dan mbandara, perkantoran, rumah sakit, pasar, mal, danm tempat pelayanan umum lainnya.

GeNose dan CePAD cukup praktis, ini akan mampu mendukung proses 3T (testing, tracing dan treatment).

Sekarang kedua alat tersebut harapannya bisa masuk dalam daftar rujukan alat screening Covid-19 di Indonesia.

Bambang menyebut, sudah mulai banyak pesanan untuk alat screening Covid-19 dengan cara ditiup tersebut.

Baca Juga: Studi : Penumpukan Lemak di Dalam Tubuh Tak Selalu Buruk, Lemak Cokelat Malah Bisa Melindungi Tubuh dari Risiko Obesitas dan Diabetes

GeNose C19 rencananya dibanderol dengan kisaran harga Rp 15.000 hingga Rp 25.000 untuk sekali tes.

Meski dari uji validasi Kemenkes tingkat sensitivitas GeNose C19 mencapai 92% dan spesifitas 95%,

Tapi alat tersebut bukan alat diagnosis Covid-19 layaknya PCR Test.

GeNose C19 merupakan alat screening yang masuk dalam kategori rapid test.

Baca Juga: Bisa Kena Denda Rp 100 Juta, Inilah Sanksi bagi Pelanggar Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Jawa-Bali

GeNose C19 merupakan screening kategori rapid test dengan sampel hembusan nafas dari tubuh.

Alat ini bekerja dengan memanfaatkan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).

Nah, AI sendiri pada dasarnya mesin learning semakin banyak alat dipakai banyak data masuk semakin akurat.

Baca Juga: Warning, Jumlah Harian Infeksi Covid-19 Indonesia Terbanyak ke 3 di Asia!

Saat ini saat ditest GeNose C19 memiliki sensitifitas hingga 92 persen dan spesifitas mencapai 95%.

"UGM akan punya koneksi dengan GeNose semua yang dipakai lalu diikirim dicentral dan akan jadi dasar meningkatkan keakuratan AI, upaya jaga kualitas," jelas Bambang.

Keungulan alat buatan dalam negeri ini, selain murah, lebih nyaman dari alat tracing import.

GeNose C19 ngga perlu ambil darah atau dicolok hidung atau tenggorokan.

Baca Juga: Jangan Salah! Ada Perbedaan PSBB dengan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Jawa-Bali

GeNose adalah non-invasif atau hanya perlu sampel napas saja.

Hasilnya juga bisa keluar dalam waktu yang cepat, yaitu 2.5 menit dan tidak lebih dari 5 menit.

Pun tidak memerlukan reagen atau bahan kimia lain, tingkat kepercayaan tinggi dan data langsung dihubungkan ke cloud system untuk diakses online.

Menurut Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy, dalam cara yang sama, mengatakan, "Data hasil pemeriksaan dapat diakses online sehingga membantu proses tracing dan tracking.

Baca Juga: Ketersediaan Tempat Tidur Menipis, Rumah Sakit Rujukan Covid-19 di Jakarta Hanya Bisa Sediakan Tempat Duduk untuk Pasien

"Artinya alat ini akurat, cepat, aman, terjangakau, teknologi lokal, yang masih import adalah komponen elektroniknya," ungkapnya.

Menurutnya, saat ini GeNose C19 telah digunakan di sejumlah rumah sakit.

Beberapa di antaranya adalah RS Bhayangkara Yogyakarta, RS Karyadi Semarang, RS Moewardi Solo, dan RS UNS.(*)

Baca Juga: Usai Disuntik Vaksin Sinovac, Pria Ungkap Alat Vital Memanjang 3 Inchi, Benarkah?

#berantasstunting

#HadapiCorona

#BijakGGL