GridHEALTH.id - Toilet training bisa menjadi mimpi buruk, tetapi jika orangtua pandai membaca tanda-tanda yang memperlihatkan bahwa anak sudah siap, orangtua dapat menghilangkan drama yang tidak perlu dan potensi kerusakan yang datang dengan pelatihan.
Ayfer Erdem Batı (Wakil Manajer Umum Perguruan Tinggi di Ankara, Turki), menjawab pertanyaan umum dari orangtua tentang toilet training.
Usia berapa yang paling cocok untuk mulai toilet training? Ayfer Erdem Batı, Dekan Fakultas Psikologi di Universitas Ankara, Turki mengatakan, untuk memulai pelatihan toilet (atau toilet training), anak-anak harus memiliki keterampilan kognitif dan emosional yang diperlukan.
Biasanya anak merasa siap toilet training di usia 18 hingga 36 bulan. Tidak disarankan untuk memulai latihan pispot sebelum atau setelah usia ini.
Sebagian besar anak menunjukkan kesiapan mereka melalui isyarat yang berbeda. Biasanya anak laki-laki membutuhkan waktu lebih lama untuk memulai dan menyelesaikan pelatihan.
Bagaimana saya dapat memahami bahwa anak saya siap untuk toilet training?Jika orangtua mampu membaca tanda-tanda anak sudah siap, perkembangan fisiknya terlihat lebih cepat, dan komunikasi antara anak dan orangtua lebih lancar.
Baca Juga: Meski Jadul, Toilet Jongkok Ternyata Lebih Sehat Daripada Toilet Duduk
Baca Juga: Studi : Berhenti Merokok Bikin Kebahagiaan Meningkat dan Usir Stres
Jika anak tetap kering selama dua jam atau memberi tanda kapan dia harus ke toilet, itu artinya dia bersiap-siap.Atau jika mereka bangun dalam keadaan kering setelah siang hari tidur.
Meskipun mereka tidak dapat menarik pakaian ke atas dan ke bawah sendiri, mereka dapat menunjukkan kebutuhan toilet mereka pada ibu mereka pada usia dua tahun.
Ketika mereka berusia tiga tahun, mereka mulai jarang mengompol. Jika anak membiasakan diri dengan pispot di malam hari, ia akan belajar untuk tetap kering.
Apa saja inti dari pelatihan toilet? Pada tahap awal toilet training, orangtua sebaiknya membeli pispot untuk anak. Potty bisa diletakkan di kamar mandi atau kamar anak.
Buat anak terbiasa dengan perasaan duduk di kursi. Lalu kita dapat memakainya dengan popoknya pada awalnya. Setelah itu, kita bisa melepas popok atau celana dalamnya.
Departemen Bimbingan Psikologis dan Konseling Prasekolah Universitas Anak-anak Doğa College menyarankan bahwa sebelum melepas popok, orangtua harus membeli celana dalam warna-warni atau berpola bersama anak-anak mereka untuk memfasilitasi pelatihan toilet.
Baca Juga: Jantung di Dalam Ransel, Kisah Wanita dengan Jantung Buatan Seharga 1,5 Milyar Rupiah
Baca Juga: Orangtua Tak Perlu Khawatir, Mengisap Jempol Hingga Usia Batita Wajar
Apa yang harus saya lakukan jika anak saya tidak mau duduk di pispot? Mohon jangan memaksa anak dengan mengatakan, "Duduklah di pispot ini."
Pertama tanyakan padanya apakah dia ingin duduk di atasnya. Kita bisa memberinya buku bergambar atau mainan.
Jika anak tidak mau, pertahankan sikap santai dan positif. Kemudian jelaskan cara buang air kecil di pispot tanpa terlalu banyak detail.
Kita dapat menangguhkan pelatihan selama beberapa minggu jika anak terlihat siap dan ingin tahu.
Jika anak saya terus buang air kecil di celananya selama pelatihan, apa yang harus saya lakukan? Adalah normal bagi anak untuk mengompol selama pelatihan. Pada tahap ini, kita harus menjelaskan kepada anak bahwa pispot untuk membuat kencing. Tidak perlu menakut-nakuti anak.
Bagaimana saya harus melanjutkan pelatihan toilet di malam hari? Ketika anak menyelesaikan 80% pelatihan toilet, kita dapat terus mengajarinya di malam hari.
Yang jelas, jangan memberinya minuman satu jam sebelum dia pergi tidur. Orangtua bisa membangunkan anak Anda setiap dua jam untuk pergi ke toilet.
Para ibu mungkin cemas jika mengganggu tidur anak-anak mereka. Namun, keluarga harus membangunkan anak-anak mereka ke toilet untuk mengembangkan kontrol otot kandung kemih.
Baca Juga: Kondisi Kesehatan Penyebab Sesak Napas, Dari Asma Hingga Covid-19
Baca Juga: Seorang Ahli Gizi Beri Kiat Layanan Pesan Antar Makanan yang Sehat
Perhatian terbesar kedua para ibu adalah melihat anak-anak mereka mengompol. Orang tua harus meletakkan kain di atas tempat tidur.
Bagaimana sekolah dapat mendukung proses pelatihan toilet? Jika orangtua bekerja, penting untuk mengoordinasikan orang-orang, seperti pengasuh bayi atau kakek-nenek, yang merawat anak pada siang hari.
Baca Juga: Vaksin Covid-19 Sinovac Diduga Tak Efektif Melawan Varian Brasil
Baca Juga: Hentikan Kebiasaan Mengisap Jempol di Usia Batita, Begini Caranya
Orangtua dapat memberi tahu para guru tentang bagaimana orangtua lebih suka guru juga memberikan pelatihan pispot. Ini karena anak akan berperilaku sama saat orangtua pergi. Ada anak yang kering sepanjang hari, tapi terus mengompol di malam hari. (*)
#berantasstunting #hadapicorona #bijakGGL