Find Us On Social Media :

Meninggal Dunia Saat Tidur Penyebabnya PTM, Bisa Dialami Kapanpun dan Siapa Saja

Penyebab kematian saat sedang tidur terbanyak disebabkan penyakit tidak menular.

GridHEALTH.id - Tahukah, meninggal dunia saat sedang tidur sudah banyak terjadi.

Hal ini bisa terjadi pada usia muda maupun tua.

Baca Juga: Jelang Ramadan 2021, Ini 4 Rekomendasi Makanan dan Minuman Terbaik Untuk Buka Puasa

Jadi meninggal dunia saat tidur tidak mengenal umur.

Salah atu berita mengagetkan mengenai meninggal dunia saat tidur adalah yang terjadi pada almarhum Mike Mohede, yang naik daun melalui ajang Indonesian Idol.

Mike Mohede meninggal dunia di usia 32 tahun pada Minggu (31/7/2016) pukul 17.30 WIB saat sedang tidur siang.

Kabarnya Mike saat tidur siang itu mengalami serangan jantung.

Memang benar, serangan jantung bisa menjadi penyebab meninggal dunia saat sedang tidur.

Kondisi keseehatan lainnya yang bisa sebabkan meninggal dunia saat tidur adalah;

Baca Juga: Beberapa Perubahan Kondisi Kulit Ibu Hamil yang Kerap Terjadi

Sleep apnea Biasanya orang yang menderita sleep apnea akan berhenti bernapas selama sekitar sepuluh detik.

Hal ini bisa berulang hingga lima kali dalam satu jam selama seseorang tertidur.

Jika gangguan ini terus bertambah parah, tubuh bisa gagal menarik napas lagi setelah tertahan dan mengakibatkan terhentinya sistem pernapasan.

Hal ini bisa berujung pada kematian.

Baca Juga: Konsumsi Asam Folat di Masa Kehamilan Kurangi Risiko Cacat Pada Bayi

 Beberapa faktor risiko gangguan tidur apnea adalah obesitas, gagal jantung, dan berbagai penyakit jantung.  Sudden cardiac arrest Sudden cardiac arrest juga dikenal dengan istilah henti jantung. Kondisi ini terjadi ketika jantung secara tiba-tiba berhenti berdetak.

Hal ini dipicu oleh kelainan dan disfungsi pada sinyal elektrik yang mengatur detak jantung.

Baca Juga: Tips Kesehatan Hari Ini, Cara Menghindari Radang Tenggorokan

Saat hal ini terjadi, jantung pun berhenti memompa darah ke seluruh bagian tubuh. Jika tidak langsung ditangani, henti jantung akan menyebabkan kematian.  Henti jantung dipicu oleh beberapa hal, antara lain diabetes,  tekanan darah tinggi, kadar kolesterol tinggi, serta faktor genetik.  Serangan jantung Berbeda dari henti jantung, serangan jantung tidak disebabkan oleh kesalahan pada sirkuit elektrik dalam tubuh.

Baca Juga: Mengatasi Kram Menstruasi dengan Cara Rumahan yang Murah dan Praktis

Serangan jantung saat tidur terjadi karena aliran darah ke otot-otot jantung terhambat sehingga jantung tidak mendapatkan suplai oksigen dari darah.

Dalam beberapa kasus, jantung masih tetap berdetak tapi otot-otot yang tidak mendapatkan oksigen akan mengalami kerusakan. Biasanya serangan jantung disebabkan oleh penyakit jantung koroner.

Tanda-tanda yang bisa diamati adalah rasa nyeri dan tertekan di dada atau lengan, demam, muntah-muntah, dan debaran jantung yang tidak teratur (terlalu cepat atau terlalu lambat). Penggumpalan darah Biasanya penggumpalan darah tidak membahayakan kesehatan karena gumpalan ini akan terurai dengan sendirinya atau dengan bantuan pengobatan.

Akan tetapi, kalau darah yang menggumpal sudah menjadi terlalu besar, gumpalan tersebut akan menghalangi aliran darah.

Jika aliran yang terblokir adalah pembuluh utama yang memompa darah menuju otak atau jantung, penggumpalan darah bisa berujung pada seseorang meninggal saat tidur.

Baca Juga: Penyandang Diabetes Menolak Terapi Insulin, Ini Risiko yang Muncul

Kasus penggumpalan darah yang cukup parah biasanya terjadi karena ada trauma seperti luka yang cukup serius, kulit yang tergores, atau darah yang mengental.

Gangguan kesehatan di atas adalah aneka Penyakit Tidak Menular (PTM), yang kini banyak diderita anak muda.

Melansir Kementerian Keehatan (4/7/2020) dalam artikel 'Penyakit Tidak Menular Kini Ancam Usia Muda,' Direktur Pencegahan Penyakit Tidak Menular, Kementerian Kesehatan Cut Putri Ariane menyebutkan sebelum pandemi, Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyakit katastropik dengan penyebab kematian tertinggi di Indonesia. 'Kalau kita lihat, jantung koroner merupakan penyakit penyebab kematian tertinggi, diikuti kanker, Diabetes militus dengan komplikasi, ada tuberculosis, kemudian PPOK,'' kata Cut di Graha BNPB, Jakarta (4/7).

Baca Juga: Cara Menghilangkan Komedo, Praktis Dengan Mentimun dan Air Mawar

Asal tahu aja, Cut menjelaskan bahwa saat ini tren PTM semakin meningkat, dan menyerap biaya terbesar dalam JKN.Penelitian yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan menunjukkan bahwa saat ini perkembangan PTM di Indonesia kian mengkhawatirkan.

Pasalnya peningkatan tren PTM diikuti oleh pergeseran pola penyakit, jika dulu, penyakit jenis ini biasanya dialami oleh kelompok lanjut usia, maka kini mulai mengancam kelompok usia produktif.''PTM sangat memprihatikan, karena kalau dulu anggapannya kan pada orang tua, tapi sekarang trennya mulai naik pada usia 10 sampai 14 tahun,'' kata Cut di Graha BNPB, Jakarta (4/7).Ancaman ini, menurut Cut, akan berdampak besar bagi SDM dan perekonomian Indonesia ke depan. Karena, di tahun 2030-2040 mendatang, Indonesia akan menghadapi bonus demografi yang mana usia produktif jauh lebih banyak dibandingkan kelompok usia non produktif.

Baca Juga: Rekomendasi Puasa Ramadan 2021, Makan Malam Setelah Shalat TarawihNamun, apabila tren PTM usia muda naik, maka upaya Indonesia untuk menghasilkan generasi penerus bangsa yang sehat dan cerdas menuju Indonesia maju pada 2045 mendatang, sulit tercapai.(*)

#berantasstunting

#HadapiCorona

#BijakGGL