Find Us On Social Media :

Stunting Masih Jadi PR, Pemerintah Ajak Swasta Program Intervensi Gizi

Program kolaborasi BKKBN, PRENAGEN, dan Klikdokter yang bertajuk “Smart Sharing: Program Kerja Sama Penurunan Angka Stunting di Indonesia" di Jakarta (04/05/2021)

GridHEALTH.id - Kondisi stunting atau gagal tumbuh pada anak sangat terkait dengan gizi penduduk yang buruk dalam periode cukup panjang.

Tanpa penanganan serius akan semakin banyak penduduk yang dewasa dan menua dengan perkembangan kemampuan kognitif yang lambat, mudah sakit dan kurang produktif.

Masa 1.000 hari pertama atau sekitar tiga tahun kehidupan sejak masih dalam kandungan, merupakan masa penting pembangunan ketahanan gizi. Lewat dari 1.000 hari, dampak buruk kekurangan gizi akan sulit diobati. Kekurangan gizi pada ibu hamil juga bisa memicu stunting.

Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi yang diwakili Direktur Bina Akses Pelayanan Keluarga Berencana BKKBN dr Zamhir Setiawan, M.Epid menegaskan keseriusan pemerintah menangani stunting selama ini, karena sebenarnya dalam lima tahun terakhir angka stunting di Indonesia telah mengalami perbaikan.

“Jumlah kasus stunting di Indonesia pada tahun 2019 mencapai 27,67%. Angka itu berhasil ditekan dari 37,8% di tahun 2013. Namun, angka ini masih lebih tinggi dibandingkan toleransi maksimal stunting yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) yaitu kurang dari 20%.

Bahkan hingga akhir tahun lalu, status Indonesia masih berada di urutan 4 dunia dan urutan ke-2 di Asia Tenggara terkait kasus balita stunting,” jelas dr. Zamhir.

Baca Juga: Orang Pendek Rentan Terkena Gangguan Kesehatan, Ini Dia Daftar Penyakitnya

Baca Juga: Kemenkes Umumkan, Pasien Covid-19 dengan Varian Baru, Meninggal Dunia

Dokter Zamhir menjelaskan hal ini dalam acara Program kolaborasi BKKBN, PRENAGEN, dan Klikdokter yang bertajuk “Smart Sharing: Program Kerja Sama Penurunan Angka Stunting di Indonesia" di Jakarta (04/05/2021)

KALBE Nutritionals melalui salah satu produk unggulannya di kategori nutrisi kehamilan dan menyusui di Indonesia yaitu PRENAGEN, menaruh perhatian khusus dan tergerak untuk berpartisipasi aktif pada penurunan angka stunting, yang kasusnya masih tinggi di Indonesia.

 

Sebagai wujud nyata keseriusan dalam pencegahan stunting, PRENAGEN bekerja sama dengan Klikdokter yang merupakan situs portal komunikasi, informasi, dan edukasi kesehatan bagi komunitas medis dan publik, mendukung Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) melakukan percepatan penanganan kejadian stunting di Indonesia.

Program ini akan melakukan serangkaian kegiatan edukasi online maupun offline yang menjangkau dan melibatkan bidan di seluruh Indonesia, serta melakukan pilot project studi observasional dan program intervensi gizi untuk pencegahan stunting di beberapa daerah di Indonesia.

Berbicara di acara peluncuran kerja sama tersebut di BKKBN Jakarta (04/05/2021), Sinteisa Sunarjo, Group Business Unit Head Woman Nutrition KALBE Nutritionals menyampaikan kepedulian PRENAGEN terhadap penanganan stunting di Indonesia.

Baca Juga: Sel Yang Mendorong Munculnya Diabetes Terlihat pada Orang Sehat

Baca Juga: Susu Gandum, Alternatif Baru Bagi yang Alami Intoleransi Laktosa

“Mengingat kompleksitas masalah stunting di Indonesia, dibutuhkan sinergi semua pihak untuk mengatasi stunting. Terkait fakta kasus stunting tersebut, PRENAGEN bersama-sama dengan Klikdokter ingin berkontribusi dan mendukung pemerintah melalui kerja sama dengan BKKBN. Untuk itulah, BKKBN, PRENAGEN, dan Klikdokter menjalin kemitraan strategis untuk mempercepat upaya penurunan angka kasus stunting,” papar Sinteisa Sunarjo.

“Nutrisi memang mengambil peran penting yang perlu menjadi perhatian lebih bagi calon orang tua baik sejak masa perencanaan, kehamilan, hingga menyusui. Kami sebagai penyedia produk nutrisi untuk ibu hamil, sangat menaruh perhatian dan mendukung pemberian nutrisi terbaik pada 1.000 hari pertama kehidupan, terutama nutrisi makro dan mikro yang penting dikonsumsi,” lanjut Sinteisa.

Penyebab tingginya angka stunting di Indonesia dikarenakan juga sebagian kelahiran bayi di Indonesia sudah dalam kondisi kekurangan nutrisi, lalu dibesarkan juga kurang zat gizi.

Adapun faktor yang menyebabkan stunting, bisa berasal dari faktor eksternal seperti buruknya fasilitas sanitasi, minimnya akses air bersih, dan kurangnya kebersihan lingkungan, serta faktor internal yaitu kekurangan gizi kronis yang bisa menyebabkan abortus, anemia pada bayi baru lahir, bayi dengan berat badan lahir rendah, cacat bawaan, hingga kematian.

Baca Juga: Rutin Memotong Kuku Bayi Hindari Si Kecil dari Penyakit, Ini Caranya

Baca Juga: Meningkatkan Kesuburan Dengan Konsumsi 7 Makanan Ini Agar Cepat Hamil

Kekurangan gizi kronis pada anak akan menimbulkan persoalan serius dalam pembangunan sumber daya manusia di masa depan. (*)

#berantasstunting #hadapicorona #bijakGGL