Find Us On Social Media :

Batasi Konsumsi Gula Garam Lemak (GGL), MSG Bisa Jadi Alternatif

Batasi konsumsi gula, garam dan lemak karena berisiko timbulkan gangguan kesehatan.

GridHEALTH.id - Konsumsi gula, garam dan lemak (GGL) yang terlalu banyak dapat menyebabkan gangguan metabolik seperti obesitas.

Diketahui obesitas ini dapat memicu berbagai penyakit tidak menular (PTM) yang mematikan seperti penyakit jantung dan diabetes.

Karenanya untuk meminimalisir risiko tersebut, penting bagi kita untuk bijak GGL.

Menurut ahli gizi Annis Catur Adi, M.Si, konsumsi gula, garam dan lemak (GGL) bukan dilarang sama sekali, tetapi perlu dibatasi.

“Perlu dibatasi karena konsumsi GGL yang melebihi standar terbukti dapat menyebabkan gangguan kesehatan, seperti obesitas, hipertensi, bahkan kanker,” kata Annis dilansir dari Kompas.com (23/09/2021).

Batas konsumsi gula, garam, dan lemak yang disarankan oleh Kementerian Kesehatan RI (Kemkes) per orang per hari yaitu 50 gram (4 sendok makan) gula, 2000 miligram natrium/sodium atau 1 sendok teh, dan untuk lemak hanya 67 gram (5 sendok makan minyak).

Baca Juga: Ajinomoto Berikan Tips Hindari Penyakit Kronis dengan Pola Makan Bergizi Seimbang

Menurutnya, konsumsi GGL di Indonesia menyebar dan rata di seluruh provinsi.

Namun, yang cukup menonjol adalah konsumsi garam di Indonesia melebihi standar, yaitu lebih dari 2.000 mg.

Tak bisa dipungkiri, kebiasaan masyarakat Indonesia dalam membuat masakan memang banyak menggunakan bumbu dan rempah yang memiliki cita rasa tinggi, sedangkan dalam berbagai bumbu dan rempah itu juga sudah cukup banyak terkandung natrium.

“Cara yang sesuai jika masakan kita sudah banyak menggunakan berbagai bumbu rempah adalah dengan hanya manambahkan garam dapur dalam jumlah yang sedikit sekali,” kata dosen di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga ini.

Annis mengatakan, banyak strategi yang bisa kita lakukan untuk mengurangi konsumsi garam.

“Menurunkan jumlah gram dalam makanan ternyata sulit, karena rasanya jadi tidak enak. Salah satu caranya adalah subtitusi dengan MSG,” kata Annis menyebut, masih banyak kesalahpahaman di masyarakat terkait konsumsi MSG.

Padahal, MSG yang memberikan rasa umami dalam makanan ini aman digunakan.

“Sebagian masyarakat belum tahu bahwa bumbu umami dibuat dari bahan alami yang terseleksi dengan proses fermentasi. MSG ada efek samping kalau digunakan dalam jumlah besar,” katanya.

Baca Juga: Siapa Bilang Ibu hamil Mengonsumsi MSG Berbahaya? Berikut Penjelasannya

Sementara itu menurut penjelasan di mayoclinic.org (3/4/2020), Food and Drug Administration (FDA) telah mengklasifikasikan MSG sebagai bahan makanan yang "secara umum diakui aman", tetapi penggunaannya memang masih kontroversial.

Untuk alasan ini, ketika MSG ditambahkan ke makanan, FDA mengharuskannya untuk dicantumkan pada label.

MSG telah digunakan sebagai bahan tambahan makanan selama beberapa dekade.

Selama bertahun-tahun, FDA telah menerima banyak laporan anekdot tentang reaksi merugikan terhadap makanan yang mengandung MSG.

Reaksi-reaksi ini – dikenal sebagai kompleks gejala MSG.

Namun menurut FDA, meski beberapa bukti mengatakan MSG dapat merugikan kesehatan, studi penelitian belum memberikan respons negatif secara pasti.(*)

Baca Juga: Bahaya Mengonsumsi MSG Berlebih, Mulai dari Sakit Kepala Sampai Kerusakan Otak

#berantasstunting

#hadapicorona

#BijakGGL