Find Us On Social Media :

Kuning Telur Ayam Antibodi Covid-19, Dapat Menetralisir Virus SARS-CoV-2, Berpotensi Jadi Vaksin Pasif

Kuning telur ayam (IgY) berpotensi menjadi vaksin pasif Covid-19.

GridHEALTH.id - Angin segar hadapi Corona di Indonesia datang dari anak-anak bangsa.

Dalam uji praklinis terhadap IgY (Kuning telur ayam) sebagai vaksin pasif Covid-19 yang dilakukan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Teknologi Nuklir Terapan - Organisasi Riset Tenaga Nuklir, menyebutkan Imunoglobin York (IgY) atau antibodi yang diambil tim peneliti di Universitas Padjadjaran dari kuning telur ayam berpotensi menjadi vaksin pasif Covid-19.

Baca Juga: Waspadai Demam Berdarah Crimean-Congo, Begini Cara Penularannya

Pihak yang pada penelitian tersebut Pusat Riset dan Teknologi Nuklir Terapan - Organisasi Riset Tenaga Nuklir BRIN (dulu Batan), Unpad, dan Tekad Mandiri Citra (TMC).

Dalam penelitian tersebut, "Ddapatkan IgY sebagai antibodi itu ada di trakea (organ sistem pernafasan), virus Covid-19 sendiri banyak menyerang di trakea," kata Peneliti PRTNT, Hendris Wongso di Bandung, Rabu (3/11), dikutip dari SuaraMerdeka (3/11/2021).Itu artinya, katanya, bahwa IgY secara positif mampu terakumulasi pada organ-organ vital yang menjadi tempat penempelan virus SARS-CoV-2, sehingga diharapkan IgY dapat menetralisasi virus ketika terjadi infeksi. Karena itu, jelasnya, IgY sangat berpotensi untuk dikembangkan menjadi vaksin pasif Covid-19.

Baca Juga: Catat, Ini 15 Khasiat Obat Alami Daun Jambu Biji Ketika Dijadikan Teh

Potensi IgY menjadi vaksin pasif Covid-19 yang dimaksud di sini adalah pasien dapat sembuh lebih cepat tanpa menimbulkan keparahan yang menyertai Covid-19.

Selain itu, penelitian diharap pula menjadi landasan bagi pengembangan diagnostik dan terapeutik berbasis IgY untuk penyakit infeksi dan kanker di Indonesia.

Peran Teknologi Nuklir

Baca Juga: Penting Menjadi Ibu yang Bahagia Karena Menjadi Kunci Anak Sehat

Adapun peran teknologi nuklir dalam uji praklinis, Hendris menuturkan, antibodi dari kuning telur ditandai dengan senyawa radioaktif (I-131) yang sering disebut dengan radiolabeling. Setelah diberi label dengan senyawa radioaktif lalu diujicobakan pada hewan percobaan dan selanjutnya dilakukan pengujian."Kemudian dilakukan pengujian dengan mengambil organ dari hewan tersebut dan diteliti untuk melihat seberapa besar antibodi tersebut menyebar di setiap organ," katanya.Hasilnya, menunjukkan bahwa IgY secara positif mampu terakumulasi pada organ-organ vital yang menjadi tempat penempelan SARS-CoV-2. Diharapkan IgY dapat menetralisasi virus itu ketika terjadi infeksi. "Karena itulah IgY sangat berpotensi untuk dikembangkan menjadi vaksin pasif Covid-19," jelasnya.

Kuning Telur Ayam Merupakan Antibodi Spesifik

"Sebagai alternatif penanganan Covid-19, IgY merupakan antibodi spesifik yang dapat berikatan dengan virus dan mencegah menempelnya virus pada reseptor inang," kata Kepala Organisasi Riset Tenaga Nuklir Agus Sumaryanto dalam keterangan tertulisnya, Rabu 3 November 2021, dikutip dari Temp.co (4/11/2021).

Baca Juga: Penyebab Luka Borok Tidak Kunjung Sembuh, Begini Penanganannya

IgY didapat setelah sebelumnya tim peneliti menyuntikkan protein SARS-CoV-2 kepada ayam yang telurnya akan dimanfaatkan.

Menurut Agus, metode ini telah lama diteliti dan diaplikasikan pada diagnostik maupun terapi penyakit di hewan ternak dan juga manusia. Bahkan IgY juga diketahui dapat menetralisasi virus SARS.Peneliti Pusat Riset Teknologi Nuklir Terapan, Hendris Wongso, mengungkapkan, kegiatan uji praklinis terhadap IgY sebagai kandidat vaksin pasif Covid-19 telah dimulai sejak September 2020. "Kami bekerja sama dengan Universitas Padjajaran dan PT. Tekad Mandiri Citra (TMC)," katanya.

Baca Juga: Hindari Buah Kering dan Jus Bila Menyandang Diabetes, Ini AlasannyaIgY yang dihasilkan dalam telur ayam SAN (specific antibody negative) ini, lanjut Hendris, telah berhasil dimurnikan menggunakan metode kromatografi afinitas.

Antibodi telah terbukti dapat berinteraksi dengan antigen protein paku virus SARS-CoV-2 pada uji imunoreaktivitas. Protein paku itu adalah yang berperan kunci saat virus tersebut menginfeksi sebuah sel.Capaian uji praklinis antibodi ayam ini dinilainya sebagai bukti, teknologi nuklir mempunyai peran dalam memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi masyarakat khususnya dalam penanganan Covid-19.

Penliti Asing pun Melakukan Hal yang Sama

Baca Juga: Kanker Prostat Seperti Dialami Mantan Presiden SBY, Siapa Saja yang Berisiko?

Untuk diketahui, mengenai IgY ini sejatinya dilakukan juga oleh ilmuan dunia sekalipun.

Penelitian ini pun sudah sedang dilakukan oleh ilmuan di Australia.

Selain vaksin, peneliti di Australia bahkan meneliti antibodi pada hewan. Salah satunya yakni ayam, untuk melawan pandemi Covid-19

Uji klinis telah dimulai di Australia, menyelidiki antibodi ayam terhadap SARS-CoV-2, dalam bentuk obat tetes hidung, antibodi tersebut diharapkan dapat memberikan perlindungan sementara.Tim peneliti dari Universitas Stanford yang mensponsori penelitian fase 1 yang tidak biasa ini, berharap antibodi tersebut dapat melindungi orang dari risiko penularan yang lebih besar selama beberapa jam.

Baca Juga: China Bersiap Lockdown Kembali? Pemerintah Perintahkan Masyarakat Stok Makanan

Saat ini, melansir JawaPos.com (4/11/2021), semprotan pelindung hidung lainnya dilaporkan sedang dikembangkan.Namun, pendekatan Stanford ini menggunakan pendekatan dari kuning telur ayam yang disuntik dengan spike, protein permukaan SARS-CoV-2.

Tes ini akan memeriksa keamanan antibodi yang diberikan secara intranasal (lewat hidung). Selain itu, untuk penilaian durasi persistensi antibodi juga akan dinilai.

Baca Juga: Sudah PPKM Level 1, Ahli Epidemiologi: Kondisi Indonesia Masih Berbahaya

Menurut seorang dokter penyakit menular di Fakultas Kedokteran Universitas Washington di St. Louis, Michael Diamond, menilai konsep itu masuk akal.

“Ada beberapa masalah yang perlu dipikirkan. Salah satunya adalah berapa lama antibodi ayam bisa bertahan sebelum rusak,” jelasnya seperti dilansir dari Science Times, Jumat (13/11).Masalah lain yang perlu dipikirkan, lanjutnya, adalah apakah manusia cenderung mengembangkan respons kekebalan terhadap mereka. Sebab uji coba saat ini baru dilakukan pada hamster dan atau mencit.(*)

Baca Juga: Januari Ujian Pandemi Covid-19 Indonesia, Bisa Terjadi Gelombang 3, Jika Tetap Landai Masuk Endemi