Find Us On Social Media :

Vaksin Covid-19 Melemah Setelah 3 Bulan, 2 Kali Suntikan Hasilkan Sedikit Antibodi Penangkal Varian Omicron

Vaksinasi Covid-19 di masa pandemi butuh booster, alias 3 kali suntikan untuk saan ini.

GridHEALTH.id - Sudah tahu kah jika imunitas alamiah didapat dari 2 jalan atau cara, yakni imunitas alamiah aktif yakni antibodi timbul setelah terjadi infeksi, dan imunitas alamiah pasif yang berasal dari ibu ke janin melalui plasenta.

Contohnya orang yang baru sembuh dari Covid-19 maka orang tersebut memiliki antibodi Covid-19 dari 3-8 bulan, dan bisa mengalami penurunan antibodi lagi sehingga harus mendapat vaksinasi lagi

Baca Juga: Gula Darah Tinggi Sebabkan Penyandang Diabetes Sakit Perut, Ini Yang Harus diperhatikan

Ada juga imunitas didapat dari antibodi yang terbentuk setelah pemberian vaksin. Antibodi akan terbentuk selama 2 Minggu tergantung imun sistemnya untuk membantu pembentukan antibodi.

Menurut Ketua Perhimpunan Alergi Imunologi Indonesia (Peralmuni) Prof. Dr. dr. Iris Rengganis, Sp.PD-KAI mengatakan, orang yang telah divaksin dengan jangka waktu 3-8 bulan maka harus divaksin kembali karena antibodi covid di dalam tubuhnya sudah mulai menurun.

"Sebetulnya 2 bulan juga sudah boleh divaksin lagi tapi kita sepakat bahwa jangka waktunya 3 bulan. Karena kita memberi kesempatan kepada orang yang belum divaksinasi dan memberi kesempatan herd immunity merata dulu," kata Iris dalam webinar Keamanan & Efektivitas Vaksin Covid-19 dengan Adanya Varian Baru, Sabtu (17/7), dikutip dari MediaIndoensia (17/7/2021).

Baca Juga: Pengobatan Usus Buntu Lewat Operasi, Cara Paling Efektif Mencegah Infeksi

Efikasi Sinovac Berkurang

Hal senada diutarakan Ketua Tim Riset Uji Klinis Vaksin COVID-19 Sinovac di Bandung, Indonesia, Prof Kusnandi Rusmil.

Beliau mengatakan efikasi vaksin Sinovac berkurang setelah 3 hingga 6 bulan setelah suntikan vaksin tersebut.

Efikasi vaksin Sinovac yang semula 65,3 persen dapat berukuran menjadi 50 persen setelah beberapa bulan.

Seperti diketahui, Sinovac merupakan jenis vaksin yang paling banyak digunakan pada program vaksinasi Covid 19 di Indonesia.

Baca Juga: Melioidosis , Penyakit Infeksi Akibat Bakteri Muncul di Negara Tropis

Ternyata tidak hanya Sinovac, tingkat efikasi vaksin Moderna juga dilaporkan terus menurun terhadap varian baru virus Corona baru seiring berjalanannya waktu.

Begitu juga dengan Pfizer dan AstraZeneca, seperti dilansir dari Kompas.com, sebuah hasil studi menunjukkan bahwa efikasi vaksin atau kemanjuran vaksin Pfizer dan AstraZeneca juga dapat menurun dalam waktu 3 bulan setelah suntikan dosis kedua diberikan.

Terutama kemanjuran untuk untuk melawan virus corona varian Delta, yang terkenal ganas.

Efikasi vaksin Pfizer akan turun menjadi 75 persen dari 85 persen. Sementara AstraZeneca turun dari 68 persen menjadi 61 persen.

Baca Juga: Waspada, Risiko Kekurangan Gizi Pada Penyandang Diabetes Lansia

Kemanjuran Vaksin Pfizer

Penurunan itu terjadi pada minggu kedua setelah pemberian vaksin dosis kedua. Penurunan tingkat efikasi ini terlihat lebih jelas pada yang berusia 35 tahun ke atas.

Produsen vaksin Pfizer sejak awal juga sudah menjelaskan tingkat kemanjuran vaksinnya lama-kelamaan akan melemah. Pun dengan vaksin AstraZeneca, yang hingga saat ini masih meneliti sampai kapan vaksin ini dapat bertahan keampuhannya.

Soal menurunnya efikasi vaksin Covid 19 diakui CEO Pfizer, Albert Bourla, yang menyebutkan efektivitas vaksin Covid-19 buatan perusahaannya bisa turun setelah 4 hingga 6 bulan dari suntikan kedua, menjadi 84 persen. Di mana hasil studi menyatakan efektivitas vaksin Pfizer dari 96,2 persen pada suntikan kedua, secara bertahap bisa turun rata-rata 6 persen tiap dua bulan.

Asal tahu saja, kemanjuran vaksin Pfizer dan AstraZeneca terhadap virus corona varian Delta melemah dalam waktu tiga bulan setelah vaksinasi, menurut temuan para peneliti Universitas Oxford, Inggris.

Baca Juga: Lonjakan Detak Jantung Mendadak Dapat Merusak Sel Otak, Menyebabkan Kehilangan Memori dan Demensia, Studi

Dua dosis vaksin Pfizer dan AstraZeneca memberikan tingkat perlindungan masing-masing hingga 75% dan 61%, 90 hari setelah vaksinasi, kata Universitas Oxford dalam studi yang diterbitkan pada Kamis (19/6), seperti dilansir dari Kontan.coid (19/8/2021).

Tingkat perlindungan vaksin Pfizer dan AstraZeneca mulai menurun masing-masing 85% dan 68%, dua minggu setelah pemberian suntikan kedua. Penelitian ini berdasarkan pada tiga juta swab melalui hidung dan tenggorokan terhadap peserta.

“Kedua vaksin ini, pada dua dosis, masih bekerja dengan sangat baik melawan Delta. Ketika Anda memulai dengan sangat, sangat tinggi, Anda masih harus menempuh jalan yang panjang,” kata Sarah Walker, profesor statistik medis Universitas Oxford dan kepala peneliti studi itu.

Bagaimana vaksin Covid-19 yang ada dalam menghadapi varian Omicron?

Baca Juga: Produsen Antigen Dalam Negeri Pertanyakan Anggaran 2 T Kemenkes, Karyawannya Tuntut Pemerintah Stop Impor Alkes

Perlu Booster Vaksin Covid-19 di Masa Pandemi

Empat studi independen menemukan, orang yang menerima dua dosis vaksin menghasilkan lebih sedikit antibodi penangkal varian omicron, dibandingkan mereka yang pernah terpapar varian lain.

Hal itu menunjukkan, program vaksin saat ini mungkin menawarkan kekebalan yang lebih lemah terhadap omicron.

Menurut laman Fortune, yang dilansir Kamis (9/12), studi tentang efektivitas vaksin terhadap varian omicron berasal dari studi 12 peserta di Afrika Selatan yang dilakukan Africa Health Research Institute di Durban.

Para peneliti menemukan pengurangan 40 kali lipat dalam tingkat antibodi penetral yang diproduksi dari mereka dengan dua suntikan Pfizer-BioNTech. Hal ini membuat para peneliti menyarankan dosis ketiga yang bisa membantu melawan strain yang sangat bermutasi.

Baca Juga: Seorang Nakes di Sulsel Didenda 2 Miliar Setelah Temukan Makanan Berformalin di Pasar

Kepala Penelitian di laboratorium Africa Health Research Institute, Alex Sihal, mengatakan, menurunnya tingkat kekebalan sebenarnya cukup kuat, hanya saja perlindungannya tidak lengkap.

Suntikan booster Pfizer dan dua suntikan Pfizer dengan infeksi sebelumnya tampaknya memberikan jumlah kekebalan yang serupa.

Penelitian lain juga menemukan, mengutip Republika.co.id (9/12/2021), penurunan antibodi 40 kali lipat yang dikemukakan ahli virus asal Jerman, Sandra Ciesek.

Baca Juga: Cara Mengatasi Ruam Karena Pakai Popok pada Orang Dewasa dan Lansia

Ia sebelumnya memublikasikan penelitian tersebut di Twitter. Ciesek menulis di Twitter bahwa pengembangan suntikan booster menargetkan Omicron cukup masuk akal.

"Data yang ada tidak dapat menjelaskan, apakah mereka yang terinfeksi masih terlindungi dari kasus yang parah," kata Sihal.

Penurunan antibodi sampai 25 kali terhadap varian omicron juga ditemukan dari sebuah studi terpisah yang dilakukan di Institut Karolinska Stockholm.

Namun, ada variasi besar di seluruh penelitian, yakni beberapa orang mengalami sedikit perubahan pada tingkat antibodi. Dengan menguji sampel darah dari 34 orang, para peneliti mencatat bahwa riwayat paparan sebelumnya adalah kunci efektivitas vaksin.

Masih ada lagi studi terbaru yang menemukan penurunan antibodi sekitar 25 kali terhadap omicron. Studi terbaru tersebut dilakukan pembuat obat Pfizer dan BioNTech. Perusahaan mencatat, studi menunjukkan dua dosis saja mungkin tidak cukup untuk melindungi terhadap infeksi varian baru.(*)

Baca Juga: 'Gangren Basah' Pada Penyandang Diabetes Bisa Menyebabkan Amputasi