Find Us On Social Media :

Disfagia, Gangguan Sulit Menelan yang Perlu Ditangani Segera

Sulit menelan bisa menjadi tanda disfagia.

GridHEALTH.id - Makan dan minum adalah bagian penting dari kehidupan, baik secara fisik maupun sosial.

Sementara sebagian besar dari kita pasti pernah mengalami sesuatu yang salah, bagi sebagian orang, kesulitan menelan, yang dikenal sebagai disfagia, bisa menjadi gejala dari sesuatu yang lebih serius dan perlu diperiksakan ke dokter.

“Disfagia adalah gejala, bukan diagnosis,” kata Aravind Sugumar, MD, ahli gastroenterologi dari University Medicine Digestive Institute di Arizona, Amerika Serikat.

“Ini seperti mengatakan seseorang demam, tetapi tidak dari mana asalnya atau bagaimana cara mengobatinya. Disfagia adalah titik awal untuk mengajukan lebih banyak pertanyaan.”

Mereka yang mengalami disfagia mengalami kesulitan menelan, sementara beberapa mungkin tidak dapat menelan sama sekali.

Ketika ini terjadi, akan sulit untuk mendapatkan cukup kalori dan cairan, dan dapat menyebabkan masalah medis tambahan.

Apa penyebab disfagia? Meskipun disfagia dapat terjadi pada siapa saja, hal ini paling sering terlihat pada lansia, bayi, dan mereka yang menderita gangguan otak dan sistem saraf.

Ada banyak masalah berbeda yang dapat mencegah tenggorokan dan kerongkongan bekerja dengan baik, namun umumnya termasuk dalam kategori berikut:

A. DISFAGIA ESOFAGUS

Baca Juga: Rasa Sakit di Leher Saat Menelan Tidak Boleh Diabaikan, Ini Alasannya

Baca Juga: Laboratorium Biotek di AS Luncurkan Tes kanker Untuk Temukan Tumor Langka yang Bisa Diobati

Ssensasi makanan menempel atau tersangkut di pangkal tenggorokan atau di dada setelah menelan.

Beberapa penyebab disfagia esofagus meliputi:

- Gastroesophageal reflux disease (GERD): Kerusakan pada kerongkongan dari asam lambung yang naik ke dalamnya dan menyebabkan kejang, jaringan parut dan penyempitan.

- Cincin esofagus: Jaringan parut yang menumpuk dan menyebabkan penyempitan esofagus bagian bawah.

- Tumor kerongkongan: Pertumbuhan yang menyebabkan penyempitan kerongkongan.

- Esofagitis eosinofilik: Peradangan unik yang disebabkan oleh kelebihan populasi sel darah yang disebut eosinofil.

B. DISFAGIA OROFARINGEAL

Melemahnya otot tenggorokan yang membuat makanan bergerak dari mulut ke tenggorokan dan kerongkongan sulit saat kita menelan.

Beberapa penyebab disfagia orofaringeal meliputi:

Baca Juga: Prasekolah Tak Boleh Minum Lebih Dua Gelas Susu Per Hari, Ini Alasannya

Baca Juga: Hati-hati, Makanan Beku Ternyata Bisa Menyebabkan Kolesterol Tinggi

- Kanker: Kanker tertentu dan beberapa perawatan kanker, seperti radiasi.

- Gangguan neurologis: Gangguan seperti multiple sclerosis dan penyakit Parkinson.

- Kerusakan saraf: Kerusakan saraf mendadak akibat stroke atau cedera kepala dapat melemahkan atau memengaruhi koordinasi otot menelan atau membatasi sensasi.

Apa tanda-tanda dan gejalanya disfagia? “Gejala awal terjadi muncul-hilang-muncul, sehingga seringkali diabaikan,” kata Dr. Sugumar. “Setelah gejalanya persisten dan menyebar, baru mencari penanganan medis.”

Seiring berkembangnya disfagia, pada akhirnya akan sulit menelan semua jenis makanan dan bahkan kemudian cairan.

Beberapa gejala yang terkait dengan disfagia meliputi tersedak saat makan, sulit menelan,  batuk atau tersedak saat makan, sensasi makanan tersangkut di tenggorokan atau dada, dan keluar air liur (ngiler).

Muncul juga keluhan seperti mulas atau sering sendawa dan suara yang serak.

Jika mengalama salah satu gejala di atas, disertai tanda bahaya atau 'alarm' lain seperti darah di tinja atau jumlah darah yang rendah, bersama dengan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan, segera ke dokter.

Bagaimana disfagia biasanya didiagnosis? Menelan itu sendiri adalah proses kompleks yang melibatkan lebih dari 50 otot dan banyak saraf. Jadi, seperti yang dapat dibayangkan, mendiagnosis penyebabnya juga sangat rumit.

Baca Juga: Healthy Move. Latihan Untuk Punggung Tegak dengan Hiperekstensi

Baca Juga: Alergi ASI, Sekadar Mitos Atau Fakta Memang Ada? Ini Kata Ahli

Dokter pertama-tama akan meninjau riwayat kesehatan dengan cermat untuk memberikan gambaran terhadap penyebabnya, dan mungkin menyarankan endoskopi untuk segera fokus pada penyebabnya.

“Pemeriksaan darah dan endoskopi seringkali merupakan tes pertama yang kami lakukan untuk sampai pada diagnosis,” kata Dr. Sugumar.

"Tes lebih lanjut seperti studi menelan barium dapat dilakukan sesuai kebutuhan jika penyebab yang mendasarinya sulit dipahami."

Apa saja pilihan pengobatan untuk disfagia? Perawatan untuk disfagia akan diarahkan untuk membalikkan penyebabnya. Dengan demikian, perawatan dapat sangat bervariasi .

Dari pengobatan hingga perubahan gaya hidup sampai prosedur pembedahan tergantung pada penyebab yang mendasarinya.

Untuk kondisi seperti GERD,  resep untuk mengurangi asam lambung biasanya akan berhasil.

Jika  mengalami penyempitan kerongkongan karena jaringan parut, dokter mungkin menggunakan balon endoskopi untuk memecah jaringan parut dan meregangkan kerongkongan.

Dalam kasus lain, dokter mungkin merekomendasikan terapi menelan atau teknik menelan untuk membantu meningkatkan otot dan bagaimana mereka merespons.

Bagi mereka yang mungkin tidak lagi dapat mengonsumsi makanan melalui mulut (seperti pasien dengan kanker kerongkongan stadium lanjut), sistem pemberian makan melalui selang makanan, dapat membantu melewati proses menelan dan memastikan mereka mendapatkan nutrisi yang diperlukan. (*)

Baca Juga: Setelah Mendapatkan Vaksin Covid-19, Setiap Orang Perlu Mendapatkan Vaksin Flu Setiap Tahun, Saran WHO

Baca Juga: Satu Lagi Manfaat ASI, Menyusui Dapat Memperkuat Jantung Bayi, Terutama Pada Prematur

Baca Juga: Dua Manfaat Sekaligus, Beberapa Obat Diabetes Juga Dapat Menurunkan Risiko Asam Urat, Studi