Find Us On Social Media :

5 Cara Rasa Sakit Emosional Lebih Buruk Dari Rasa Sakit Fisik

Sakit emosional atau sakit fisik lebih menyakitkan dan meninggalkan bekas lebih dalam.

Mengingat saat  kita patah kaki tidak akan membuat kaki kita sakit, tetapi mengingat saat kita merasa ditolak atau diputuskan pacar/kekasih/suami akan menyebabkan rasa sakit emosional yang substansial.

Kemampuan kita untuk membangkitkan rasa sakit emosional hanya dengan mengingat peristiwa-peristiwa yang menyusahkan sangat mendalam dan sangat kontras dengan ketidakmampuan total kita (untungnya) untuk mengalami kembali rasa sakit fisik.

2. Kita menggunakan rasa sakit fisik sebagai pengalihan rasa sakit emosional, dan bukan sebaliknya

Beberapa remaja dan orang dewasa berlatih 'memotong' (mengiris tubuh mereka secara dangkal dengan pisau) karena rasa sakit fisik yang ditimbulkannya mengalihkan mereka dari rasa sakit emosional mereka, sehingga menawarkan mereka kelegaan.

Tetapi hal yang sama tidak berlaku sebaliknya, itulah sebabnya kita jarang melihat seorang wanita memilih untuk mengatasi rasa sakit saat melahirkan secara alami dengan membaca ulang surat penolakan dari perguruan tinggi pilihannya.

Sayangnya, meskipun kita mungkin lebih menyukai rasa sakit fisik daripada rasa sakit emosional, orang lain melihat rasa sakit kita secara berbeda.

3. Rasa sakit fisik jauh lebih banyak mendapat empati dari orang lain dibanding rasa sakit emosional

Ketika kita melihat orang asing tertabrak mobil, kita mengernyit, terkesiap, atau bahkan berteriak dan berlari untuk melihat apakah mereka baik-baik saja.

Baca Juga: Baru Sehari PPKM Level 2, Mendagri Tito Karnavian Tetapkan Kawasan Jabodetabek Kembali ke Level 1

Baca Juga: Vaksin Booster Bakal Jadi Syarat Mobilitas Warga, Begini Cara Mendapatkannya

Tetapi ketika kita melihat orang asing diganggu atau diejek, kita tidak mungkin melakukan hal-hal itu.

Studi menemukan bahwa kita secara konsisten meremehkan rasa sakit emosional orang lain tetapi bukan rasa sakit fisik mereka.