"Sebelum kejadian rekaman itu, korban juga mengaku suka dipukul-pukul oleh mereka. Sampai puncaknya dipaksa begitu (sama kucing)," pungkas dia.
Psikolog sekaligus aktivis anti-perundungan penulis buku Why Children Bully, Hanlie Muliani, M.Psi berpendapat bahwa Indonesia membutuhkan pendidikan anti-bullying atau anti-perundungan di sekolah-sekolah.
“Ini urgent sekali, di sekolah-sekolah harus diselipkan pendidikan tentang bullying,” ujarnya dikutip dari parenting.co.id (11/05/2020).
Kegelisahan Hanlie ini bukan tanpa dasar. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyebut bahwa perundungan di tahun 2019 lalu mendominasi kasus pelanggaran hak anak di bidang pendidikan. Dan mayoritas kasus ini paling banyak terjadi di jenjang pendidikan Sekolah Dasar sederajat, yakni mencapai 67%.
Hanlie sendiri menyebut bahwa kasus perundungan anak memang banyak terjadi di sekolah. Menurutnya, penting untuk memberikan pendidikan karakter dan menanamkan prinsip toleransi pada murid-murid sebagai bagian dari edukasi anti-perundungan. Akan tetapi, ia juga menyebutkan pentingnya mengedukasi para guru di sekolah. “Masalah perundungan ini kompleks, kalau sekolah tidak tahu bagaimana cara menanganinya, bisa semakin rumit,” ujarnya. Salah satu kesalahan yang masif terjadi pada penanganan perundungan di sekolah menurut Hanlie adalah pihak sekolah tidak paham bagaimana cara menjadi mediator atau melakukan konseling. Sering kali pelaku ditegur langsung oleh pihak sekolah.
Baca Juga: 6 Manfaat Buah Apel Hijau Granny Smith, Mampu Melawan Sel Kanker!
“Di hadapan guru atau kepala sekolah, pelaku mungkin mengiyakan dan mengakui kesalahannya serta meminta maaf, tapi keluar dari ruangan tersebut, kita tidak tahu apa yang terjadi.
Apakah ia benar-benar berubah karena menyadari, berubah karena takut dipanggil lagi, atau justru malah semakin intimidatif,” ujarnya. Oleh karenanya, Hanlie menyatakan bahwa para pendidik perlu memahami dasar-dasar perundungan. “Mengapa anak laki-laki melakukan bullying, mengapa anak perempuan melakukan bullying, friendship, positive friendship, terapi, konseling, sebaiknya para guru mengerti itu.” Selain menjadi mediator, Hanlie juga mengharapkan para guru mampu menjadi pendidik anti-perundungan langsung. “Bisa lewat cara-cara yang menyenangkan, seperti lewat cerita,” ujarnya. (*)
Baca Juga: World Neglected Tropical Diseases Day, 5 Penyakit Tropis Terabaikan Masih Menghantui Indonesia
Baca Juga: Healthy Move, Menderita Perlemakan Hati? 5 Latihan Kekuatan Ini Dapat Membantu Mengikis Lemak