GridHEALTH.id - Sebuah virus baru yang disebut dengan virus Langya ditemukan telah menginfeksi 35 orang di Cina bagian timur dalam beberapa minggu terakhir.
Penemuan virus Langya ini menambah daftar panjang dari ditemukannya virus-virus baru di Cina.
Penelitian lebih jauh masih terus dilakukan untuk mengetahui secara pasti penyebab dari munculnya virus Langya ini, setelah kemungkinan besar virus ini disebut-sebut berasal dari tikus.
Pada akhir 2018, virus Langya ini pertama kali terdeteksi di provinsi-provinsi Cina bagian timur.
Virus Langya adalah virus dengan nama novel langya henipavirus (LayV), kategori virus RNA zoonosis (termasuk dalam keluarga virus Hendra dan virus Nipah), yang telah ditemukan pada 35 pasien asal provinsi Shandong dan Henan, Cina bagian timur.
Henipavirus ini terkait dengan tikus, kelelawar, dan hewan pengerat lainnya.
Sejauh ini, belum ada bukti pasti bahwa virus ini dapat menyebar dari manusia ke manusia.
Penemuan virus Langya ini telah disorot dalam sebuah pernyataan tertulis para peneliti dari Cina, Singapura, dan Australia yang telah diterbitkan di New England Journal of Medicine pada bulan Agustus ini.
Dilansir dari BBC.com (10/08/2022) berdasarkan keterangan dari salah satu peneliti, Wang Linfa dari Duke-NUS Medical School di Singapura mengatakan pada Global Times Cina bahwa kasus infeksi dari virus Langya ini belum berakibat fatal, jadi tidak perlu panik.
Tidak perlu panik dan tetap waspada, seperti yang dikatakan oleh Wang Linfa, karena terdapat berbagai macam virus yang ada di alam dan ketika menginfeksi manusia, hasilnya tidak dapat diduga.
Gejala yang dapat diidentifikasi dari penderita yang telah terinfeksi virus Langya ini adalah demam, kelelahan, batuk, kehilangan nafsu makan, dan nyeri otot.
Hingga saat ini juga belum ditemukan kasus kematian diantara semua orang yang telah terinfeksi virus Langya.
Baca Juga: Sebanyak 35 Orang Terinfeksi Virus Baru di China, Demam Gejala Awalnya
Dari penemuan kasus ini, para peneliti sejauh ini menemukan LayV terdapat pada 27% dari 262 tikus yang telah diuji dan sejauh ini dianggap sebagai reservior alami dari virus ini.
Selain terdapat pada tikus hasil penelitian juga menemukan 5% anjing dan 2% kambing juga dinyatakan positif virus Langya.
Sebagian besar dari 35 kasus yang terinfeksi virus Langya terjadi pada petani dan orang-orang yang termasuk dalam pekerja pabrik.
Kontak dekat dengan pasien terinfeksi belum menunjukkan adanya penularan berdasarkan hasil pelacakan tim peneliti.
Setelah adanya virus Covid-19 yang menjadi pandemi di dunia, penelitian terhadap virus zoonosis yang menyerang dari hewan ke manusia menjadi perhatian lebih.
Meskipun dapat dikatakan pada dasarnya, virus zoonosis adalah jenis virus yang umum dan banyak dijumpai di alam.
Baca Juga: Virus Cacar Monyet, Bisakah Menyebar di Jasa Pencucian Pakaian? Ini Jawaban Ahli
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS menyebut tiga dari empat penyakit menular yang baru muncul dan menularkan ke manusia berasal dari hewan.
PBB juga memperingati, virus zoonosis ini, terakhir virus Langya yang baru muncul, akan semakin marak terjadi jika manusia terus mengeksploitasi satwa liar dan dampak dari perubahan iklim, peristiwa ini disebut dengan zoonotic spillovers.
Dimana, beberapa virus zoonosis ini meskipun umum tetapi ada yang berpotensi bersifat fatal bagi manusia.
Beberapa virus zoonosis yang berpotensi fatal bagi manusia, seperti virus Nipah yang mewabah diantara hewan dan manusia secara berkala di kawasan Asia dan virus Hendra yang pertama kali terdeteksi pada kuda di Australia.
Baca Juga: Virus Langya Terdeteksi di 3 Hewan Ini yang dekat dengan Manusia