Find Us On Social Media :

Glaukoma Penyebab Utama Kebutaan Riskan Terjadi Jika Kita Mengalami Gangguan Tidur

Glaukoma riskan terjadi pada mereka yang memiliki gangguan tidur. Segera atasi.

GridHEALTH.id - Tidur adalah kebutuhan manusia. Sayangnya seringkali manusia mengalami gangguan tidur, dan sering mengabaikannya.

Padahal mengabaikan gangguan tidur, tidak segera mengatasinya, ini akan menjadi masalah serius cepat atau lambat.

Salah satu dampak dari gangguan tidur ternyata glaukoma yang merupakan penyebab kebutaan.

Apa yang Dimaksud Gangguan Tidur?

Gangguan tidur merupakan suatu kumpulan kondisi yang dicirikan dengan adanya gangguan dalam jumlah, kualitas atau waktu tidur pada seorang individu.

Kuantitas tidur adalah durasi tidur yang berdasarkan kebutuhan tidur sesuai usia akibat kesulitan memulai dan atau mempertahankan tidur.

Baca Juga: 7 Cara Tradisional Menghilangkan Panu Membandel Tanpa Ada Bekas

Selain itu, kualitas tidur adalah fragmentasi dan terputusnya tidur akibat periode singkat terjaga di malam hari yang sering dan berulang.

Gangguan tidur merupakan suatu keadaan sesorang dengan kuantitas dan kualitas tidur yang kurang, beberapa gangguan tidur yaitu, dikutip dari laman Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kemenkes, adalah:

1. Insomnia

Kesulitan untuk tidur atau kesulitan untuk tetap tidur atau gangguan tidur yang membuat penderita merasa belum cukup tidur pada saat terbangun.

Gejala fisik: muka pucat, mata sembab, badan lemas dan daya tahan tubuh menurun sehingga menjadi mudah terserang penyakit.

Gejala psikis: lesu, lambat menghadapi rangsangan, dan sulit berkonsentrasi.

Baca Juga: Obat Nyeri Sendi Tangan Akibat Angkat Beban Berat, Coba Pakai Ini!

2. Hipersomnia

Gangguan jumlah tidur yang berlebihan dan selalu mengantuk di siang hari, gangguan ini dikenal sebagai narkolepsi yaitu tidak dapat menghindari untuk tidur, dan bisa terjadi pada setiap usia.

Gejala fisik: mengantuk yang hebat, gugup, depresi, harga diri rendah, immobilisasi tidak mampu bergerak waktu mula-mula bangun.

Gejala psikis: halusinasi visual atau audio (pendengaran).

3. Parasomnia

Gangguan tidur yang tidak umum dan tidak diinginkan yang tampak secara tiba-tiba selama tidur atau terjadi pada ambang terjaga dan tidur, sering muncul dalam bentuk mimpi yang menakutkanm.

Gejala fisik: jalan waktu tidur, bicara waktu tidur, mendadak duduk ditempat tidur.

Baca Juga: Resep Membuat Empon-empon untuk Lemah Sayhwat dan Tambah Stamina

Gejala psikis: penderita jarang mengingat kejadiannya.

Untuk diketahui, gangguan tidur yang sering dialami adalah Insomnia yang penyebabnya bisa bermacam-macam, mulai dari akibat gaya hidup, masalah kenyamanan ruang kamar, hingga adanya gangguan psikologi, masalah kesehatan fisik dan efek obat-obatan.

Menurut Scitech Daily, keparahan insomnia, susah tidur di malam hari atau sering terbangun, diklasifikasikan sebagai tidak pernah/kadang-kadang atau biasanya, sedangkan rasa kantuk di siang hari dikategorikan sebagai tidak pernah/jarang, kadang-kadang, atau sering.

Risiko Glaukoma pada Penderita Gangguan Tidur

Sebuah studi Biobank Inggris baru-baru ini yang diterbitkan dalam jurnal BMJ Open menunjukkan bahwa kualitas tidur yang buruk, termasuk terlalu banyak atau terlalu sedikit tidur, kantuk di siang hari, dan mendengkur, dapat dikaitkan dengan peningkatan risiko glaukoma.

Seperti diketahui, glaukoma adalah suatu kondisi yang menyebabkan kehilangan penglihatan yang tidak dapat diubah.

Baca Juga: 5 Cara Mengobati Penyakit Ginjal Stadium Awal, Sebelum Terlambat

Glaukoma ditandai dengan hilangnya sel peka cahaya secara progresif di mata dan kerusakan saraf optik, penyebab dan faktor penyebabnya masih kurang dipahami.

Jika tidak diobati, glaukoma dapat berkembang menjadi kebutaan yang tidak dapat disembuhkan.

Sementara, skrining populasi mungkin tidak hemat biaya, skrining yang ditargetkan dari kelompok berisiko tinggi mungkin, saran para peneliti.

Pada penelitian yang diterbitkan sebelumnya menunjukkan bahwa gangguan tidur mungkin merupakan

Temuan tersebut menyoroti pentingnya terapi tidur bagi mereka yang berisiko tinggi penyakit dan pemeriksaan mata bagi mereka dengan gangguan tidur kronis untuk memeriksa tanda-tanda awal glaukoma.

Baca Juga: Hindari Gangguan Mental, Jauhi Begadang alias Tidur Larut Malam

Informasi latar belakang tentang faktor-faktor yang berpotensi berpengaruh diperoleh dari kuesioner yang diisi pada saat rekrutmen, usia (rata-rata 57 tahun), jenis kelamin, ras/etnis, tingkat pendidikan, gaya hidup, berat badan (BMI), dan tingkat deprivasi area perumahan.

Mereka yang menderita glaukoma cenderung laki-laki lanjut usia, pernah merokok, dan memiliki tekanan darah tinggi atau diabetes dibandingkan mereka yang tidak didiagnosis menderita penyakit tersebut.

Dengan pengecualian kronotipe, empat perilaku tidur lainnya terkait dengan berbagai tingkat peningkatan risiko glaukoma.

Para peneliti mengakui bahwa penelitian ini mengandalkan pelaporan diri daripada pengukuran objektif dan hanya mencerminkan satu titik waktu saja.

"Glaukoma itu sendiri mungkin memengaruhi pola tidur, bukan sebaliknya. Tapi ada penjelasan biologis yang masuk akal untuk asosiasi yang ditemukan antara gangguan tidur dan glaukoma," kata para peneliti.

Baca Juga: Hindari Gangguan Mental, Jauhi Begadang alias Tidur Larut Malam

Tekanan internal mata, faktor kunci dalam perkembangan glaukoma, meningkat saat seseorang berbaring dan saat hormon tidur keluar dari keteraturan, seperti yang terjadi pada insomnia, jelas para peneliti.

Depresi dan kecemasan, yang sering berjalan seiring dengan insomnia, juga dapat meningkatkan tekanan mata internal, kemungkinan karena produksi kortisol yang tidak teratur.

Demikian pula, episode oksigen seluler tingkat rendah yang berulang atau berkepanjangan, yang disebabkan oleh sleep apnea (tiba-tiba berhenti bernapas saat tidur, dapat menyebabkan kerusakan langsung pada saraf optik).

"Karena perilaku tidur dapat dimodifikasi, temuan ini menggarisbawahi perlunya intervensi tidur untuk individu yang berisiko tinggi glaukoma dan skrining oftalmologi potensial di antara individu dengan masalah tidur kronis untuk membantu mencegah glaukoma," paoar para peneliti menyimpulkan.

Mengatasi Gangguan Tidur

Gangguan tidur ini bisa diatasi apabila diketahui apa penyebab dari insomnia tersebut, berikut beberapa usaha yang bisa dilakukan untuk mengatasi insomnia ringan, menurut Kemenes:

1. Relaksasi

Bisa dilakukan dengan yoga, mandi air hangat, mendengarkan musik, menonton drama atau aktivitas yang disukai.

2. Mengatur Jadwal Tidur

Memudahkan tubuh beristirahat dalam waktu yang tidak berubah-ubah karena dapat memicu insomnia.

3. Mengatur Suasana Kamar yang Nyaman

Mengubah atau mengatur kembali kamar agar tercipta suasana yang nyaman.

4. Konsumsi Makan Sehat

Hindari mengonsumsi makanan atau minuman yang mengandung kafein sebelum tidur.

5. Berolahraga

Insomnia dengan mudah juga bisa dilakukan dengan rutin melakukan aktivitas fisik / olahraga.

6. Hindari Alkohol dan Rokok Sebelum Tidur

7. Pijat

Terapi pijat bermanfaat bagi pengidap insomnia, karena bisa meningkatkan kualitas tidur di malam hari dan juga dapat mengurangi nyeri ditubuh, kecemasan dan depresi.

Baca Juga: Perut Sering Terasa Sakit dan Suka Makan Daging Merah, Apakah Tanda Kanker Usus?

Sedangkan insomnia kronis bisa diatasi dengan konsumsi obat-obatan dan berkonsultasi lebih lanjut dengan dokter.Ingat insomnia sendiri bukanlah suatu penyakit, melainkan hanya gejala dari beberapa penyakit yang diderita atau karena suatu permasalahan yang menimpa hidup.(*)

Baca Juga: Nyeri Sendi di Jari Tangan, Ketahui Penyebab dan Cara Mengobatinya