Find Us On Social Media :

Besar Kemungkinan Pada Pasien Diffuse Axonal Injury Seperti David

Menteri Agama (Menag) RI Yaqut Cholil Qoumas menjenguk korban penganiayaan, David pada Rabu (22/2/2023)

GridHEALTH.id - Inilah yang terjadi pada pasien Diffuse Axonal Injury seperti yang dialami oleh David sebagai korban penganiayaan.

Baru-baru ini, kabar soal penganiayaan pada anak remaja kembali diperbincangkan.

Pemuda yang menjadi korban penganiayaan anak mantan pejabat pajak masih belum sadar hingga saat ini.Diketahui sebelumnya, Mario (20) menganiaya seorang remaja putra bernama David (15) hingga terbaring koma pada Senin, 20 Februari 2023 lalu.

Diketahui Mario Dandy, yang notabene anak eks pejabat Ditjen Pajak, telah menganiaya David hingga berakhir koma dan dirawat instensif di rumah sakit.

Baca Juga: Ratna Sarumpaet Mulai Operasi Plastik Saat Usia Lanjut, Lebam Di Wajahnya yang Bikin Heboh Salah Satu Efek Samping Ringannya

Pihak keluarga David memberitahukan soal kemajuan kondisi korban.

Sebelumnya juga David dilaporkan terdapat pergerakan pada kaki dan tangan.

"Terus menunjukkan kondisi yang positif, terus membaik," ujar Rustam Hatala, Juru Bicara Keluarga David.

"Untuk kondisi kemarin (26 Februari 2023) dan hari ini (27 Februari 2023) sebenarnya tidak terlalu beda," lanjutnya dikutip dari tayangan YouTube Kompas TV.Rustam Hatala sebelumnya menyebut David dipasangi alat ventilator, tetapi kini telah dilepas.

Berdasarkan pernyataan Ahmad Taufiq, anggota bidang cyber dan media PP GP Ansor, David terkena diffuse axonal injury.

Baca Juga: Nasib Pilu Gadis 22 Tahun Tewas Dianiaya Ibu Tiri, Patah Tulang Leher

 "Menurut dokter bahwa ananda David kena diffuse axonal injury," ujarnya, saat dikonfirmasi Kompas.com, Jumat (24/2/2023).Taufiq melanjutkan, kondisi tersebut disebabkan benturan keras seperti kecelakaan motor berkecepatan tinggi dan berakibat pada trauma mendalam di otak.Kondisi medis ini membuat David tak kunjung sadar diri selama sekitar lima hari.

Kondisi Diffuse Axonal Injury ini tentunya cukup jarang didengar oleh banyak orang.

Lalu, apakah yang sebenarnya terjadi pada pasien Diffuse Axonal Injury tersebut?

Diffuse Axonal Injury

Melansir dari hopkinsmedicine.org, Diffuse Axonal Injury ini merupakan adalah robekan (robekan) serabut saraf penghubung panjang otak (akson) yang terjadi saat, otak cedera saat otak bergeser dan berputar di dalam tulang tengkorak.

DAI biasanya menyebabkan koma dan cedera pada berbagai bagian otak.

Perubahan di otak seringkali mikroskopis dan mungkin tidak terlihat pada pemindaian computed tomography (CT scan) atau magnetic resonance imaging (MRI).

Penyebab terjadinya Diffuse Axonal Injury

Cedera kepala adalah penyebab utama seseorang bisa mengalami kondisi ini.

Baca Juga: Ponpes Gontor Mengeluarkan Santri Diduga Pelaku Penganiayaan Korban AM, Hotman Paris: Kenapa Pelaku Dikembalikan ke Orangtua? Harusnya Antar ke Polisi!

Dengan pemikiran ini, aktivitas yang paling sering menyebabkan kondisi ini adalah sebagai berikut:

1. Kecelakaan lalu lintas

2. Kekerasan

3. Jatuh

4. Pergerakan yang terlalu keras (paling terjadi pada kasus kekerasan pada anak)

Memar yang berhubungan langsung dengan trauma di tempat benturan disebut coup lesion.

Saat otak tersentak ke belakang, ia dapat mengenai tengkorak di sisi yang berlawanan dan menyebabkan memar yang disebut lesi contrecoup.

Guncangan otak terhadap sisi tengkorak dapat menyebabkan robekan (robekan) lapisan dalam, jaringan, dan pembuluh darah yang menyebabkan pendarahan dalam, memar, atau pembengkakan otak.

Kondisi ini dapat mempengaruhi kemampuan berbagai daerah otak untuk berkomunikasi dengan daerah lain, yang dapat menyebabkan masalah neurologis, serta koma, gangguan jangka panjang, atau kematian.Menurut jurnal di laman fk.uns.ac.id, berdasarkan lama waktu koma diffuse axonal injury dibagi menjadi tiga jenis yakni ringan, sedang dan berat.

1. Ringan, koma 6-24 jam diikuti oleh gangguan memori ringan-sedang, disabilitas ringan-sedang

Baca Juga: Dokter di India Babak Belur Dikroyok Karena Tak Bisa Selamatkan Nyawa Pasien Covid-19

2. Sedang, koma lebih dari 24 jam diikuti dengan amnesia dalam waktu lama, gangguan memori ringan-sedang, gangguan perilaku dan kognitif

3. Berat, koma berbulan-bulan dengan motorik fleksi atau ekstensi abnormal, gangguan kognitif, memori, bicara, sensorik, motorik

Penyembuhan Diffuse Axonal Injury

Sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa begitu sel-sel otak hancur atau rusak, sebagian besar, mereka tidak beregenerasi.

Namun, pemulihan setelah cedera otak dapat terjadi, terutama pada orang yang lebih muda.

Bukan tanpa alasan, hal itu karena area lain di otak menggantikan jaringan yang cedera.

Dalam kasus lain, otak belajar untuk mengalihkan informasi dan berfungsi di sekitar area yang rusak.

Jumlah pasti pemulihan tidak dapat diprediksi pada saat cedera dan mungkin tidak diketahui selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.

Setiap cedera otak dan tingkat pemulihannya unik.

Pemulihan dari cedera otak yang parah seringkali melibatkan proses perawatan dan rehabilitasi yang berkepanjangan atau seumur hidup.

Program rehabilitasi untuk cedera otak

Baca Juga: Dampak Lockdown Covid-19, Rumah Sakit London Mengalami Lonjakan Penganiayaan Anak

Rehabilitasi pasien dengan cedera otak dimulai selama fase perawatan akut.

Saat kondisi pasien membaik, program rehabilitasi yang lebih ekstensif sering dimulai.

Keberhasilan rehabilitasi tergantung pada banyak variabel, antara lain sebagai berikut:

1. Sifat dan tingkat keparahan cedera otak

2. Jenis dan tingkat gangguan dan kecacatan yang diakibatkannya

3. Kesehatan pasien secara keseluruhan

4. Dukungan keluargaPenting untuk fokus memaksimalkan kemampuan pasien di rumah dan di masyarakat.

Penguatan positif membantu pemulihan dengan meningkatkan harga diri dan mempromosikan kemandirian.Tujuan rehabilitasi cedera otak adalah untuk membantu pasien kembali ke tingkat fungsi dan kemandirian tertinggi.

Selain itu bisa meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan: mulai secara fisik, emosional, dan sosial.

Baca Juga: Kembali Terjadi, Keluarga Pasien Covid-19 Geruduk Rumah Sakit, aniaya Tenaga Medis