Bambang meyakini bahwa beragam keributan yang dilakukan anaknya itu dipicu oleh sesuatu penyebab.
“Tapi saya yakin dia itu marah karena ada penyebabnya. Cuman dia itu tiba-tiba tak bisa mengontrol amarahnya,” ujar Bambang.
“Harapannya masyarakat bisa mengerti. Kalau terjadi keributan bisa diredamkan karena anak saya saat ini memang sakit. Dia juga terpukul karena tidak bisa selesaikan tesisnya karena dipaksa cuti dari kampus,” pungkas Bambang.
Apakah Sering Marah Jadi Pertanda Kesehatan Mental Memburuk?
Belajar dari kasus yang dialami oleh Yudo ini, kesehatan mental seseorang mulai jadi sorotan.
Terlebih, seseorang yang sering marah jadi penilaian jika memiliki gangguan mental atau tidak.
Melansir dari healthline, kemarahan adalah respons alami dan naluriah terhadap ancaman.
Beberapa kemarahan diperlukan untuk kelangsungan hidup kita.
Banyak hal yang bisa memicu kemarahan, antara lain stres, masalah keluarga, dan masalah keuangan.
Baca Juga: Mengaku Punya Gangguan Kesehatan Mental, Pangeran Harry Masih Rutin Konsumsi Obat Halusinogen
Bagi sebagian orang, kemarahan disebabkan oleh gangguan yang mendasarinya, seperti kecanduan alkohol atau depresi.
Kemarahan itu sendiri tidak dianggap sebagai kelainan, tetapi kemarahan adalah gejala yang diketahui dari beberapa kondisi kesehatan mental.
Ada berbagai kemungkinan seseorang sering menjadi marah.