Find Us On Social Media :

Apakah Sering Marah Jadi Pertanda Kesehatan Mental yang Buruk? Inilah Penjelasannya

Inilah yang terjadi ketika seseorang sering marah-marah

GridHEALTH.id - Nama Yudo Andreawan belakangan ini menjadi sorotan publik.

Bukan tanpa alasan, hal itu karena Yudo diketahui sering membuat onar di beberapa wilayah Jakarta.

Hingga akhirnya, Yudo pun kini sudah dilakukan penahanan.

Ayah Yudo Andreawan, Bambang akhirnya mengungkapkan soal kesehatan sang putra.

Diketahui, orangtua mengenal Yudo Andreawan sebagai sosok yang pintar dan rasional.

Namun, perilakunya berubah seketika di tahun 2022.

Diketahui sebelumnya Polisi menangkap seorang pria yang selalu buat onar dan kerusuhan di sejumlah fasilitas publik.Belakangan pria yang dikenal dengan nama Yudo Andreawan itu buat onar di 17 titik berbeda dan aksinya viral.

Orang tua Yudo di Bontang, Kalimantan Timur pun menyebut putranya alami gangguan kejiwaan dan masih dalam penanganan medis.Hal itu diungkapkan orangtua Yudo Andreawan kepada TribunKaltim.co pada Minggu (16/4/2023).

"Kondisi anak saya itu sakit. Ada resume riwayat penyakitnya, sehingga apa yang dia lakukan itu kadang di luar kontrol," terangnya.

Baca Juga: Cara Mencegah Anak Tidak Terkena Asam Lambung, Penting Menjaga Kesehatan Mentalnya

Yudo Andreawan yang menempuh pendidikan S2 Hukum UI juga masih dalam proses pengobatan dokter dan psikiater di Jakarta.Terkait pendamping, Bambang mengatakan, sebelumnya pihak keluarga telah melakukan pendampingan selama sebulan di Jakarta.

“Cuman belum terlalu pulih. Karena masih perlu konsumsi obat dari dokter,” jelasnya.

Bambang meyakini bahwa beragam keributan yang dilakukan anaknya itu dipicu oleh sesuatu penyebab.

“Tapi saya yakin dia itu marah karena ada penyebabnya. Cuman dia itu tiba-tiba tak bisa mengontrol amarahnya,” ujar Bambang.

“Harapannya masyarakat bisa mengerti. Kalau terjadi keributan bisa diredamkan karena anak saya saat ini memang sakit. Dia juga terpukul karena tidak bisa selesaikan tesisnya karena dipaksa cuti dari kampus,” pungkas Bambang.

Apakah Sering Marah Jadi Pertanda Kesehatan Mental Memburuk?

Belajar dari kasus yang dialami oleh Yudo ini, kesehatan mental seseorang mulai jadi sorotan.

Terlebih, seseorang yang sering marah jadi penilaian jika memiliki gangguan mental atau tidak.

Melansir dari healthline, kemarahan adalah respons alami dan naluriah terhadap ancaman.

Beberapa kemarahan diperlukan untuk kelangsungan hidup kita.

Banyak hal yang bisa memicu kemarahan, antara lain stres, masalah keluarga, dan masalah keuangan.

Baca Juga: Mengaku Punya Gangguan Kesehatan Mental, Pangeran Harry Masih Rutin Konsumsi Obat Halusinogen

Bagi sebagian orang, kemarahan disebabkan oleh gangguan yang mendasarinya, seperti kecanduan alkohol atau depresi.

Kemarahan itu sendiri tidak dianggap sebagai kelainan, tetapi kemarahan adalah gejala yang diketahui dari beberapa kondisi kesehatan mental.

Ada berbagai kemungkinan seseorang sering menjadi marah.

1. Depresi

Kemarahan bisa menjadi gejala depresi, yang ditandai dengan perasaan sedih. dan kehilangan minat yang berlangsung terus-menerus setidaknya selama dua minggu.Kemarahan dapat ditekan atau diekspresikan secara terbuka.

Intensitas kemarahan dan cara pengungkapannya bervariasi dari orang ke orang.

2. Gangguan Obsesif Kompulsif

Gangguan obsesif kompulsif (OCD) adalah gangguan kecemasan yang ditandai dengan pikiran obsesif dan perilaku kompulsif.

Seseorang dengan OCD memiliki pikiran, dorongan, atau gambaran yang tidak diinginkan dan mengganggu yang mendorong mereka untuk melakukan sesuatu secara berulang-ulang.

Sebuah Studi 2011 menemukan bahwa kemarahan adalah gejala umum OCD.

Kemarahan mungkin timbul dari rasa frustrasi terhadap ketidakmampuan untuk mencegah pikiran obsesif dan perilaku kompulsif, atau karena ada seseorang atau sesuatu yang mengganggu kemampuan untuk melakukan ritual.

3. Gangguan Pemusatan Perhatian Hiperaktif

Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) adalah gangguan perkembangan saraf yang ditandai dengan gejala seperti kurangnya perhatian, hiperaktif, dan atau impulsif.

Baca Juga: Kaitannya Asam Lambung dengan Depresi, Mona Ratuliu Cerita Saat Pertama Kali Mengetahui Kesehatan Mental Putrinya

Gejala biasanya dimulai pada masa kanak-kanak dan berlanjut sepanjang hidup seseorang.

Beberapa orang tidak terdiagnosis hingga dewasa, yang terkadang disebut sebagai ADHD dewasa.

4. Gangguan Pemberontak Oposisi

Oppositional Defiant Disorder (ODD) adalah gangguan perilaku yang mempengaruhi 1 sampai 16 persen anak usia sekolah.

Gejala umum biasanya terjadi ketika seseorang mudah marah.

Anak-anak dengan ODD seringkali mudah terganggu oleh orang lain, sehingga mungkin menantang dan argumentatif.

5. Gangguan Bipolar

Gangguan bipolar adalah gangguan otak yang menyebabkan perubahan dramatis dalam suasana hati.

Pergeseran suasana hati yang intens ini dapat berkisar dari mania hingga depresi, meskipun tidak semua orang dengan gangguan bipolar akan mengalami depresi.

Banyak orang dengan gangguan bipolar mungkin mengalami periode kemarahan, mudah tersinggung, dan marah.

6. Gangguan Eksplosif Intermiten

Seseorang dengan gangguan eksplosif intermiten (IED) memiliki episode perilaku agresif, impulsif, atau kekerasan yang berulang.

Mereka mungkin bereaksi berlebihan terhadap situasi dengan ledakan kemarahan yang tidak sesuai dengan situasi.

Orang dengan gangguan tersebut mungkin sering merasa mudah tersinggung dan marah.

Baca Juga: Tidak hanya Sadar Kesehatan Mental, Generasi Z Memiliki Sejumlah Kebiasaan Unik

7. Duka

Kemarahan adalah salah satu tahap kesedihan.

Kesedihan bisa datang dari kematian orang yang dicintai, perceraian atau perpisahan, atau kehilangan pekerjaan.

Kemarahan dapat ditujukan kepada orang yang meninggal, orang lain yang terlibat dalam peristiwa tersebut, atau benda mati.

Itulah yang terjadi ketika seseorang sering mengalami marah-marah.

Kemarahan adalah emosi yang normal, tetapi jika kemarahan tampaknya tidak terkendali atau memengaruhi hubungan, mungkin memiliki masalah kemarahan.

Seorang profesional kesehatan mental dapat membantu untuk mengatasi kemarahan.

Mengidentifikasi kondisi kesehatan mental yang mendasarinya, mungkin menjadi faktor penyebabnya.

Dengan manajemen amarah dan perawatan lainnya, bisa mengendalikan amarah.

Baca Juga: Ron Jeremy Didakwa Lebih dari 30 Pelecehan Seksual Masih Bebas karena Punya Gangguan Mental, Apa Tolak Ukurnya?