GridHEALTH.id - Ikan mujair merupakan salah satu hewan laut yang banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia.
Ikan tawar ini juga banyak dibudidayakan atau diternakkan.
Bahkan ikan mujair ini disebut sebagai 'ayam akuatik' karena mudah dibudidayakan.
Seperti ayam, ikan mujair ini berkembang biak dengan cepat.
Tapi siapa sangka, jika ikan enak ini mempunyai beberapa konsekuensi kesehatan seperti yang dikutip Elitereadeer.com.
1. Lingkungan kurang bersih
Ada beberapa peternak yang hanya melihat keuntungan saja dengan fokus pada kuantitas ikan mujair yang diternaknya.
Hal ini justru berdampak pada kualitas ikan mujair itu sendiri.
Barkeley Wellness mencatat, "peternakan ikan, ketika tidak dikelola dengan baik maka memiliki efek buruk terhadap lingkungan, yang meliput pencemaran air dan penyebaran penyakit ke ikan liar ketika ikan yang dibudiyakan lepas dari kandang mereka."
Tambak ikan di AS dan Kanada umumnya lulus pemeriksaan kontrol kualitas karena mereka menggunakan sistem tangki resirkulasi tertutup.
2. Mengandung banyak lemak jahat
Sementara ikan mujair liar memakan tanaman air dan ganggang, mujair yang dibudidayakan memakan jagung dan kedelai.
Oleh karena itu mereka cepat gemuk dalam waktu singkat, namun sayangnya tidak mengandung asam lemak sehat bagi manusia.
Ternyata mujair yang dibudidayakan tidak mengandung banyak asam lemak Omega-3 bila dibandingkan dengan ikan lainnya.
Sebaliknya, mujair justru mengandung asam lemak Omega-6, yang tidak baik bagi manusia.
Lihat postingan ini di Instagram
Sebuah laporan yang dikeluarkan oleh Sekolah Kedokteran Universitas Wake Forest yang berpusat di North Carolina menunjukkan, "kuantitas Omega-6 dalam mujair lebih tinggi daripada hamburger atau daging."
Kandungan Omega-6 ini bisa menimbulkan kerusakan peradangan saraf salah satu contohnya Alzheimer.
Baca Juga : Pilih-pilih Pelembab Mata Sehat Sesuai Tempat Tinggal dan Kondisi
3. Penuh bahan kimia
Tambak yang diternak sering diberi antibiotik dan mungkin terpapar pestisida yang seharusnya memerangi kutu laut.
Bahkan beberapa mujair diketahui mengandung dibutylin, bahan kimia yang digunakan dalam plastik PVC.
Natural News mengungkapkan bahwa sejumlah petani mengubah jenis kelamin betina muda menjadi jantan melalui penggunaan obat hormon 17alpha-methytestosterone.
4. Memakan kotoran sendiri
Mujair yang diternakkan sering kali memakan kotoran mereka sendiri.
Melansir Bloomberg, Michael Doyle, Direktur Pusat Keamanan Pangan Universitas Georgia mengatakan, "kotoran yang digunakan orang China untuk memberi makan ikan sering terkontaminasi dengan mikroba seperti salmonella. Banyak petani beralih ke feses dan berhenti menggunakan pakan komersial."
5. Sebabkan kanker
Mujair yang tidak dikelola dengan baik sering mengandung dioksin tingkat tinggi, bahan kimia beracun bersifat karsinogen.
Setelah dioksin masuk ke dalam tubuh, perlu 7 hingga 11 tahun sebelum bisa dikeluarkan.
Walau begitu, tidak berarti ikan mujair tidak mengandung nutrisi baik sama sekali.
Melansir Medicalnewstoday.com, mujair merupakan sumber protein dan relatif rendah lemak.
Orang bisa makan ikan tanpa lemak setidaknya dua kali seminggu sebagai bagian dari diet sehat.
Dikatakan mujair memang lebih banyak mengandung Omega-6, tapi bukan berarti ikan ini tidak memiliki Omega-3 sama sekali.
Berdasarkan laman yang sama, mujair mengandung sedikit asam lemak esensial omega-3 yang bisa berkontribusi pada kesehatan jantung, penglihatan dan kekuatan otot.
Bahkan kadar Omega-3 dalam mujair dikatakan lebih banyak dari kebayakan daging.
Laman Healthline.com juga mengungkapkan bahwa ikan mujair adalah sumber protein tanpa lemak yang juga tinggi akan beberapa vitamin dan mineral, seperti selenium, vitamin B12, niasin, dan kalium.
Jadi, agar tetap aman mengonsumsi ikan mujair, ada baiknya kita pastikan dahulu dari mana asalnya.(*)
Source | : | Healthline,elite readers,Medicalnewstoday |
Penulis | : | Rosiana Chozanah |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar