GridHEALTH.id - Berpangkal dari ketentuan Lion Air dan Wings Air mencabut layanan bagasi cuma-cuma 20 kilogram sejak akhir Januari 2019, para penumpang hanya digratiskan untuk membawa satu bagasi kabin seberat 7 kilogram dan satu barang pribadi.
Baca Juga : Wanita Jangan Takut Latihan Beban, Bisa Turunkan Risiko Kanker Usus
Artinya, bila penumpang mempunyai barang yang ingin ditaruh di bagasi, Lion Air dan Wings Air memberlakukan tarif berbayar untuk bagasi dengan tarif tambahan pun muncul beraneka ragam sesuai dengan bobot barang.
Berkaca dari peraturan baru tersebut, ada kisah miris di mana calon penumpang sempat beradu pendapat mengenai barang bawaan di dalam pesawat.
Lagi-lagi ini meyangkut maskapai penerbangan Lion Air yang menuai kritik dari calon penumpangnya.
Dilansir dari akun Instagram @newdramaojol.id dan Grid.ID, salah seorang calon penumpang menumpahkan kekecewaannya.
Tak sendiri, rupanya insiden ini dialami oleh satu keluarga. Dalam ceritanya disebutkan bahwa sang penumpang bertolak dari bandara Husein Sastranegara Bandung, menuju ke Kualanamu, Medan.
Baca Juga : Jangan Takut Puasa, Ini Manfaatnya Buat Penderita Penyakit Jantung
Awalnya, kendala bermula saat maskapai tak mengizinkan barang bawaan yang dianggap terlalu banyak.
Namun saat itu sang penumpang yang tidak diketahui identitasnya itu menyadari soal batas jumlah beban bagasi maksimum 7kg/orang.
Satu keluarga itu terdiri dari 4 orang dewasa dan 2 anak kecil yang ikut dalam perjalanan tersebut.
Mereka membawa barang bawaan 6 tas dan dua kantong plastik yang berisi makanan serta air mineral.
Baca Juga : Ingin Tahu? Begini Cara Sosial Media Merusak Mental Seseorang!
Tak lama kemudian, pihak Lion Air mempermasalahkan kantong plastik yang dibawa oleh penumpang tersebut.
Tak ingin memperkeruh masalah, akhirnya sang penumpang merelakan kantong plastik yang berisi makanan itu dan membuangnya.
Tidak berhenti di situ, masalah kembali muncul saat pihak maskapai tidak mengizinkan barang bawaan anak dibawa oleh orang tuanya.
Pihak Lion Air berkelit bahwa masing-masing penumpang harus membawa barang bawaannya sendiri tanpa memberikan solusi berarti.
Jelas hal itu mengagetkan para penumpang dewasa, di mana seorang anak diminta membawa barang berat.
Perlu diketahui, anak-anak yang membawa beban barang berat sangat berisiko bagi fisiknya, bahkan bisa menimbulkan kecacatan.
Baca Juga : Petugas Pemilu Banyak yang Meninggal Karena Serangan Jantung, Ini Pertolongan Pertama Saat Serangan
Menurut World Health Organization, anak yang membawa beban berat berisiko nyeri punggung, yang menjadi penyebab kecacatan utama di seluruh dunia.
Dalam sebuah penelitian di Spine Health Institute melaporkan bahwa lebih dari 33 % anak-anak di usia 11 hingga 14 tahun mengalami sakit punggung.
Baca Juga : Amerika Serikat Krisis Campak, Orangtua Bakal Dihukum Bila Anaknya Tak Imunisasi
Mereka yang membawa beban berat, yaitu barang dan ransel yang lebih berat sering mengalami sakit punggung dibandingkan mereka yang membawa beban lebih ringan.
Beban berat bisa meningkatkan kompresi piringan sendi lumbal, lumbal curvature, dan kelelahan otot yang akhirnya menyebabkan nyeri punggung.
Beban berat juga bisa membuat kurva alami punggung tengah dan bawah terdistorsi dan membuat ketegangan otot dan iritasi tulang belakang dan tulang rusuk.
Menyebabkan seseorang kehilangan keseimbangan dan membungkuk, serta membuatnya mudah terjatuh.
Caleb Backe yang merupakan ahli kesehatan dan kebugaran di Maple Holistics mengungkapkan bahwa tas atau barang dengan beban besar dapat menyebabkan rasa sakit yang cukup serius bahkan masalah jangka panjang seperti kejang otot atau saraf terjepit.
Baca Juga : Dampak Diabetes Pada Kulit, Bisa Membuat Kulit Gatal dan Kering
Maka tindakan menyuruh anak membawa barang dengan beban berat atau membiarkan anak membawa ransel sekolah yang berat adalah tindakan dari orang dewasa yang sangat tidak bijaksana sehingga perlu mendapat teguran, atau malah hukuman. (*)
Source | : | Tabloid Nakita,nova.grid.id,childdevelopmentinfo.com,Gridpop.id |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar