Tikus tersebut memiliki masalah pada saat berinteraksi secara sosial, memiliki sifat agresif yang jauh lebih dominan jika dibandingkan dengan tikus yang dibesarkan dengan kedua orangtuanya.
Penelitian terkait perubahan perilaku pada tikus ini sejalan dengan penelitian serupa yang dilakukan pada manusia.
Baca Juga : Boleh Dicoba, Begini Cara Pintar Agar Mencegah Makan Berlebih
Dari penelitian pada tikus tersebut dilanjutkan penelitian pada manusia, tepatnya remaja, didapa kesimpulan beragam masalah yang terjadi pada anak yang dibesarkan tanpa ayah, seperti dikutip dari laman Kompas.com;
1. Sulit menyesuaikan diri dan cenderung berperilaku negatif.
Anak yang dibesarkan tanpa ayah cenderung memiliki masalah dalam perilakunya dan sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Beberapa dilaporkan memiliki perilaku mengintimidasi sesamanya. Ini dilakukan untuk menyembunyikan rasa takut, gugup, dan tidak bahagia.
Seperti dikutip dari Psychology Today, 85% remaja yang berada di penjara karena masalah kriminal dibesarkan tanpa ayah.
Ketika sudah dewasa pun mereka yang tumbuh tanpa sosok ayah lebih mungkin untuk melakukan tindak kriminal. Merokok, penyalahgunaan obat, dan penyalahgunaan alkohol juga lebih mungkin terjadi baik saat remaja maupun dewasa.
2. Mempunyai masalah akademis
Dibesarkan tanpa ayah juga dapat mempengaruhi kemampuan akademis. Tujuh puluh persen dari mereka yang putus sekolah saat SMA ternyata dibesarkan tanpa ayah.
Efek lain terhadap akademis yaitu kesulitan dalam pelajaran membaca dan berhitung saat masih kecil serta adanya kecenderungan tidak dapat memenuhi tuntutan akademis dan kualifikasi profesional ketika dewasa.
Mereka yang dibesarkan hanya oleh ibu saja juga memiliki kemungkinan lebih besar untuk keluar dari sekolah pada usia 16 tahun.
Source | : | Kompas.com,Tabloid Nakita,www.psychologicalscience.org,Kompas Health |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar