GridHEALTH.id - Gemar menggunakan pakaian minim dan mengunggahnya di media sosial, seorang dokter asal Myanmar Nang Mwe San (29) harus rela kehilangan izin medisnya.
Hal itu diketahui setelah Dewan Medis Myanmar mengeluarkan surat keputusan pencabutan izin tertanggal 3 Juni 2019.
Dalam surat keputusan tertulis alasan dicabutnya izin medis Mwe San, yakni karena gaya berpakaiannya yang dianggap bertentangan dengan budaya dan tradisi Myanmar.
Mwe San memang kerap mengunggah foto dirinya mengenakan pakaian renang dan terbuka ke akun media sosial Facebook miliknya. Ia memulai karir modelingnya pada 2017.
Bahkan baru-baru ini, dia mengunggah foto dirinya mengenakan baju renang dan pakaian dalam, menirukan model AS, Kendall Jenner.
Mwe San juga mengunggah fotonya saat mengenakan pakaian tradisional Myanmar yang pas di badan.
Di saat kaum muda Myanmar telah mulai menerima pakaian modern dan budaya populer, masyarakatnya yang konservatif memang masih kerap menentang penggambaran seksualitas yang terbuka.
Akhirnya pada 3 Juni lalu, Dewan Medis Myanmar menerbitkan surat keputusan yang mencabut izin praktik Mwe San.
Tetapi Mwe San, pada Sabtu (15/6/2019), menyatakan bakal mengajukan banding atas keputusan Dewan Medis Myanmar.
Menurutnya putusan tersebut telah mengganggu kebebasan pribadinya, dan bahwa tidak ada batasan khusus pada aturan berpakaian dalam etika medis.
"Saya juga tidak akan berpakaian seperti itu ketika saya menangani pasien," ujar Nang Mwe San.
"Keputusan ini tidak bisa diterima dan saya akan mengajukan banding terhadap dewan dalam waktu satu bulan," tambahnya.
"Saya pikir mereka (Dewan Medis) tidak bisa mengganggu kebebasan pribadi yang bukan urusan mereka," ujarnya, seraya mengatakan masih berharap bisa mendapatkan kembali izin praktiknya.
Masalah gaya berpakaian Mwe San ini bukan baru belakangan terjadi. Pada Januari lalu, dia telah mendapat peringatan yang memintanya menghapus postingan di Facebook dan telah ditandatanganinya, tetapi hingga kini peringatan itu tidak dipatuhinya.
Pihak Dewan Medis Myanmar belum memberi komentar atas masalah ini karena belum membalas saat dihubungi AFP.
Berkaca pada kasus Mwe San ini, ternyata dokter juga memiliki kode etik di media sosial. Panduan etik ini dikeluarkan oleh British Medical Association (BMA) dengan judul Social media, ethics and professionalism.
Ada sembilan poin panduan etik yang ditujukan untuk dokter maupun mahasiswa kedokteran, antara lain :
Kamu tetaplah dokter dan mahasiswa kedokteran di media sosial
Segala unggahan di media sosial, akan menggambarkan kepribadian seseorang.
Sehingga menggunakan media sosial untuk mengunggah sesuatu yang berkaitan dengan hal medis atau tidak, tetap akan bersinggungan langsung dengan standar etis dan profesional kerja.
Menjaga rahasia pasien
Semua Dokter dan mahasiswa kedokteran memiliki tanggung jawab hukum dan etika untuk menjaga semua data dan rahasia pasien.
Jika akan membagikan pengalaman klinis, pastikan telah mendapatkan persetujuan dari si pasien sendiri, serta berhati-hatilah saat membicarakan sesuatu yang berkaitan dengan individu atau kasus medis tertentu.
Ikuti panduan General Medical Council (GMC) sebelum mengambil dan berbagi foto pasien di tempat bekerja
Saat mengambil atau berbagi foto pasien yang berkaitan dengan kasus klinis, seorang dokter dan mahasiswa kedokteran harus memerhatikan aturan dan etika sebelum mengunggah ke media sosial, dan pastikan telah mendapatkan persetujuan dari pasien.
Panduan GMC menyebutkan berhati-hatilah jika tidak sengaja mengambil gambar di tempat kerja karena bisa melanggar kerahasiaan.
Baca Juga: Dikira Tumor, Dokter Kaget Saat Tahu Bayi 3 Bulan Ini 'Mengandung' Janin Kembarannya Sendiri!
Pertahankan batas profesionalisme
Hal yang perlu diperhatikan adalah menjaga batasan jarak antara pribadi dan profesionalisme kerja.
Misalnya, saat menggunakan facebook, secara umum mungkin tidak bijaksana untuk menerima permintaan pertemanan dari pasien, maka dari itu perlu mempertimbangkannya.
Mungkin ada situasi lain di mana dokter bisa berinteraksi dengan pasien di media sosial.
Secara umum, ini tidak menjadi masalah, namun yang perlu diperhatikan adalah harus mengesampingkan hal-hal dengan konteks antara dokter dan pasiennya.
Pikirkan dulu sebelum membagikan sesuatu
Sifat informal dan real-time media sosial bisa menjadi kekuatan tapi bisa juga menjebak.
Stres dalam bekerja adalah sebuah tantangan, seseorang sering kali meluapkan kekesalannya di media sosial, namun hal tersebut tidak selalu menjadi tempat terbaik untuk dilakukan.
Semua orang memiliki hak dan kebebasan untuk berbicara tapi hal tersebut tidaklah mutlak.
Hindari berkomentar buruk tentang individu atau organisasi, yang bisa dianggap tidak pantas atau tidak berdasar.
Baca Juga: Kaki Melepuh Hingga Menjadi Nanah, Dokter Tidak Dapat Mendiagnosis Penyakit Wanita 28 Tahun Ini
Pikirkan apakah ingin menjadi seorang dokter anonim atau memperkenalkan identitas diri anda.
GMC menyatakan bahwa jika seorang individu mengidentifikasi dirinya sebagai dokter di media sosial itu adalah praktik terbaik, tapi tidak wajib.
Identifikasilah diri anda sebagai dokter saat membahas kesehatan dan perawatan kesehatan.
Berhati-hatilah saat memberikan saran pengobatan di media sosial
Dokter dan mahasiswa kedokteran bisa menggunakan keahlian dan pengalamannya dalam memberikan informasi seputar masalah kesehatan kepada publik, namun hal yang perlu diperhatikan adalah hindari melakukan diskusi atau memberikan saran kepada pasien di sosial media.
GMC menyatakan bahwa seorang dokter dilarang mendiskusikan kesehatan pasiennya, karena dapat diakses oleh publik.
Terbuka tentang konflik kepentingan apapun
Baca Juga: Mengalami Kembar Air, Apa Maksudnya? Segera Hubungi Dokter
Jika menggunggah sesuatu yang berkaitan dengan masalah kesehatan, maka hal tersebut dianggap sebagai sesuatu yang dapat diterima dan dipercaya.
Berusahalah untuk jujur, dan terbuka tentang berbagai isu. GMC memiliki aturan terkait hal ini yang bisa dibaca dan diikuti.
Kelola privasi dan keamanan akun media sosial anda
Jagalah kerahasiaan dan keamanan akun media sosial, untuk menjaga resiko dari setiap unggahan yang bisa saja dibagikan secara luas diluar konteks.
Bahkan fasilitas direct message di twitter bisa di screen capture dan dibagikan. Perlu diperhatikan untuk selalu meninjau media sosial milik pribadi secara berkala. (*)
#gridnetworkjuara #gridhealth
Source | : | Kompas.com,bma.org.uk |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar