"Sekarang once and for all, saya jelasin di depan TV bahwa saya itu kan sebetulnya diabetes. Diabetes itu mengakibatkan saya jadi glaukoma. Glaukoma adalah di mana di mata terjadi perubahan tekanan.
Kalau tekanannya membesar, ini mata kiri saya masih bagus, tekanannya kira-kira 13. Mata sini udah 25. Akibat tekanan yang tinggi itu, di bagian belakang cahaya akan masuk, itu namanya retina ya.
Retina itu karena kegencet jadi sel-selnya hancur. 100 persen udah hancur. Di sini saya buka ya. Biar orang bilang saya nggak katarak atau apa," ujar blak-blakan.
Ia sudah mengalami gangguan mata sejak 3,5 tahun yang lalu. Dengan mengenakan penutup mata, Thareq mengaku lebih fokus melihat dengan satu mata.
"Cuman kalau gini saya nggak ngelihat apa-apa. Cahaya pun nggak kelihatan. Kalau saya buka gini, saya lihat kalian tuh lebih buram, nggak bisa tajam. Karena begini mungkin otak saya udah puluhan. Saya baru begini udah 3 tahun, 3,5 tahun. Saya udah terbiasa ngelihat ini. Begitu terbuka setengah kabur. Kalau ketutup begini, saya bisa fokus," ungkapnya.
Lebih lanjut, Thareq menepis kabar mendapat donor kornea. Thareq heran ada pihak yang menyebar hoax tersebut.
"Kalau mengenai kornea itu, itu juga nggak bener. Memang mereka donor. Tapi waktu ibu saya meninggal di Jerman, karena saking buru-buru, jadi belum sempat diambil. Kalau bapak saya lebih lagi.
Orang saya ada di situ, siapa yang ngambil? Kita langsung bawa ke kamar jenazah, mandiin, bawa ke sini. Banyak datang belasungkawa," kata Thareq.
"Jadi entah siapa yang buka hoax. Saya udah selalu bilang jangan percaya siapa siapa yang media-media yang kayak gitu-gitu."
Glaukoma yang diderita Thareq sering disebut sebagai pencuri penglihatan akibat tekanan bola mata tinggi.
Penderita diabetes paling berisiko mengalami hal ini seperti halnya penyakit mendiang presiden ke empat, Kiai Haji Abdurrahman Wahid atau akrab disapa Gus Dur.
Penyakitnya dimulai dengan diabetes yang berujung pada glaukoma. Ketika itu, Gus Dur mengalami gangguan di mata. Berbagai keluhan juga mulai dirasakan, seperti muntah-muntah, mual berkali-kali, dan pusing yang cukup hebat.
Sejak itulah, kemampuan penglihatan Gus Dur menurun drastis. Setelah memeriksakan mata ke dokter, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama tiga periode (1984-1999) itu itu divonis terkena glaukoma.
Sejumlah tindakan medis pun dilakukan untuk menyelamatkan penglihatannya, tapi mata kirinya tidak bisa diselamatkan karena urat syarafnya sudah telanjur rusak.
Beruntung mata bagian kanan Gus Dur masih bisa diselamatkan. Hanya saja, sejak itu Gus Dur harus menjalani pemeriksaan rutin setiap enam bulan sekali. (*)
Komentar