GridHEALTH.id - Wanita yang memilih melakukan persalinan melalui operasi sesar dilaporkan makin meningkat tiap tahunnya.
Seperti yang ditunjukan sebuah penelitian yang dipublikasikan di jurnal medis The Lancet, yang mengungkap tingkat persalinan lewat operasi sesar meningkat hampir dua kali lipat dari tahun 2000 hingga 2015.
Dimana pada tahun 2000, tercatat penggunaan operasi sesar sebanyak 12 % dari total kelahiran menjadi 21 % pada 2015.
Baca Juga: Masih Takut Operasi Sesar? Berikut 14 Tips Pemulihan Cepat dan Lancar, Terbukti!
Dengan alasan terhindar dari rasa sakit diyakini membuat banyak wanita lebih memilih persalinan operasi sesar ketimbang persalinan normal.
Meski terhindar dari rasa sakit operasi sesar bukan berarti tidak berisiko, persalinan tersebut ternyata memiliki dampak buruk yang bisa berakibat fatal.
Lantas, berapa kali operasi sesar bisa dilakukan oleh seorang wanita ?
Dilansir dari Mayo Clinic, sebenarnya tidak ada batasan berapa kali operasi sesar bisa dilakukan.
Hanya saja memang ada beberapa kondisi yang mesti diperhatikan oleh para ibu, terlebih bagi mereka yang sudah melakukan operasi sesar beberapa kali.
Diantaranya adalah ketebalan dinding rahim dan kondisi bekas luka operasi sesar sebelumnya.
Kedua hal tersebut sangatlah berpengaruh pada risiko operasi sesar terhadap para ibu nantinya.
Diketahui ada banyak risiko yang bisa muncul akibat menjalani operasi berkali-kali, seperti:
Baca Juga: Terapi Brokoli Ampuh Cegah Penyakit Paru yang Mematikan, Rahasi Keampuhannya adalah Zat Sulforapane
Luka jaringan di sepanjang rahim dan organ sekitarnya
Cedera usus dan kandung kemih
Kondisi ini terjadi disebabkan oleh perlekatan yang terbentuk setelah operasi sesar pertama atau sebelumnya, yang mengikat kandung kemih ke rahim.
Meski luka kandung kemih jarang terjadi, cedera usus dan kandung kemih dapat menyebabkan penyumbatan pada usus kecil.
Perdarahan hebat.
Bahkan penelitian menunjukkan risiko plasenta akreta meningkat dari 0,24 % ketika menjalani sesar pertama hingga 2,13 % setelah menjalani sesar keempat.
Source | : | Mayo Clinic,The Lancet |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar