GridHEALTH.id - Sepertinya masih banyak yang menyadari bahaya dari penggunaan atap asbes.
Hal ini terbukti dari banyaknya masyarakat yang masih menggunakan asbes untuk atap rumah mereka.
Padahal penggunaan atap asbes ini sejak dari dulu diketahui dapat memicu penyakit mematikan seperti kanker dan penyakit asbestosis.
Baca Juga : Rumah Masih Pakai Atap Asbes? Harganya yang Murah Tak Sebanding dengan Risikonya Bagi Anggota Keluarga
Tak khayal Pemkot Bandung sampai berencana membuat peraturan wali kota (Perwal) dan mengedukasi masyarakat tentang dampak buruk dari pengunaan asbes.
"Dasar hukum pelarangan ini sudah ada Perda No 14 Tahun 2018, atau nanti di Peraturan Wali Kota (Perwal) kami bisa mengatur lebih teknis. Kami juga dalam waktu dekat akan membuat seminar atau apapun, mengenai bahayanya asbes, supaya masyarakat semakin tahun dan penggunaanya berkurang," katanya.
Informasi ini tentu perlu disadari betul oleh masyarakat agar risiko terkena penyakit mematikan tersebut bisa diminimalisir.
Terlebih Indonesia disebut salah satu lembaga swadaya yang bergerak di bidang lingkungan, kesehatan dan edukasi APHEDA merupakan salah satu negara pengimpor asbes di dunia.
Menurut Philip Hazelton, perwakilan dari lembaga tersebut, banyak negara yang belum menyadari akan bahaya penggunaan asbes ini termasuk Indonesia.
"Ini sangat menghawatirkan karena Indonesia menjadi negara kedua setelah India yang mengimpor asbes, ini menjadi kekhawatiran mereka. Dari beberapa penelitian, kemungkinan ada sekitar 1.000 orang di Indonesia yang terkena penyakit dari penggunaan asbes setiap tahunnya," ujar Philip Hazelton dikutip dari Tribun Jabar, Kamis (6/2/2020).
Lebih lanjut, Philip mengatakan ada beberapa risiko penyakit mematikan yang ditimbulkan dari penggunaan atap asbes ini seperti kanker dan penyakit asbestosis.
Baca Juga: 5 Penyebab Tidak Merokok Tapi Terkena Kanker Paru, Perlu Diwaspadai
"Penyebab kenapa asbes itu berbahaya karena debu dari asbes yang ketika terhirup akan menimbulkan penyakit, minimal membutuhkan inkubasi selama 10 sampai 15 tahun baru menjadi penyakit, beberapa penyakit yang ditimbulkan dari asbes itu adalah kanker paru-paru, buat perempuan kanker ovarium dan asbestosis, penyakit yang khusus dari ciri khas asbes," ungkapnya.
melansir cancer.gov, asbes telah diklasifikasikan sebagai karsinogen manusia yang dikenal (zat yang menyebabkan kanker) oleh beberapa lembaga atau departemen kesehatan di dunia.
Seperti U.S. Department of Health and Human Services (HHS), the U.S. Environmental Protection Agency (EPA), sampai the International Agency for Research on Cancer (IARC).
Menurut IARC, ada bukti yang cukup bahwa asbes menyebabkan mesothelioma (kanker yang relatif jarang terjadi pada selaput tipis yang melapisi dada dan perut), dan kanker paru-paru, laring, dan ovarium.
Meskipun jarang, mesothelioma adalah bentuk kanker paling umum yang terkait dengan paparan asbes.
Ada bukti terbatas bahwa paparan asbes terkait dengan peningkatan risiko kanker lambung, faring, dan kolorektum.
Menurut Mayo Clinic penggunaan asbes juga diketahui dapat meningkatkan risiko penyakit asbestosis yaitu penyakit paru-paru kronis yang disebabkan oleh menghirup serat asbes.
Dimana kontak yang terlalu lama dengan serat-serat ini dapat menyebabkan jaringan parut paru-paru dan sesak napas.
Gejala asbestosis dapat berkisar dari ringan hingga berat, dan biasanya tidak muncul sampai bertahun-tahun setelah paparan yang berkelanjutan.
Apalagi seseorang yang mengalami penyakit asbestosis berisiko lebih tinggi terkena kanker paru-paru teruta mereka yang merupakan perokok baik aktif maupun pasif.
Oleh karena itu menurut Philip, masih banyak material lain yang dapat masyarakat gunakan untuk mengganti asbes yang juga memiliki harga yang murah.
"Penggantinya banyak, sudah ada puluhan negara yang melakukan pengganti asbes dan sama-sama murah dan digunakan, seperti seng baja, di negara lain sangat banyak penggantinya," ucapnya.(*)
#berantasstunting
Source | : | Mayo Clinic,cancer.gov,TribunJabar |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar