Selain menjadi dokter, Sul juga aktif di politik. Mentor politiknya adalah Soebadio Sastrosatomo, anggota Badan Pekerja KNIP –kelak menjadi Ketua Fraksi Partai Sosialis Indonesia (PSI) di parlemen hasil Pemilihan Umum 1955.
Sul juga pernah duduk di Badan Konggres Pemuda Republik Indonesia sebagai wakil Pemuda Putri Indonesia (PPI). Bersama teman-temannya, dia membentuk Laskar Wanita yang diberi nama WAPP (Wanita Pembantu Perjuangan).
Pada November 1947, bersama Sunarjo Mangunpuspito dan Utami Suriadarma, dia menjadi delegasi mewakili Kongres Wanita Indonesia (Kowani) –lembaga yang terbentuk pada 22 Desember 1928– untuk mengikuti Inter Asian Women Conference di India.
Selepas revolusi, Sul kembali memfokuskan diri pada dunia kedokteran. Dia bekeja di Kementerian Kesehatan. Prestasinya mengesankan.
Kecerdasan dan kecakapannya membuat dia mendapat beasiswa Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk mempelajari sistem kesehatan ibu dan anak di negara-negara Eropa.
Sekembalinya ke tanah air pada 1952, Sul membawa banyak ide mengenai kesehatan ibu dan anak, khususnya pengendalian angka kelahiran melalui pendidikan seks dan gerakan keluarga berencana.
Baca Juga: Sering Sembelit? Konsumsi 7 Makanan Pelancar Buang Air Besar Ini
Baca Juga: Bunga Citra Lestari Terus Menangis, Ini yang Terjadi Pada Tubuh Saat Ditinggal Pasangan
“Dengan penuh semangat dia meminta pemerintah untuk membuat keputusan-keputusan yang mendukung penggunaan kontrasepsi melalui sistem kesehatan masyarakat,” tulis Terence H. Hull dalam buku People, Population, and Policy in Indonesia.
Source | : | Historia.id |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar