Namun ide dan gagasannya ini banyak mendapat tentangan, di antaranya dari Wakil Presiden Muhammad Hatta .
“Walaupun gagasan-gagasan ekonominya sangat maju, Bung Hatta menganggap diskusi mengenai hal itu kurang tepat dan kurang wajar untuk digunakan dalam komunikasi massa dan merupakan urusan kehidupan keluarga masyarakat Indonesia,” tulis Hull.
Sulianti berkelit, pembatasan kelahiran perlu sebab Indonesia kekurangan tenaga bidan, sehingga masyarakat menggunakan tenaga dukun.
Angka kematian bayi pun tinggi. Di sisi lain, jumlah penduduk Indonesia meningkat.
“Sebaiknya para ibu harus berani dan mau melakukan pembatasan kelahiran,” ujar Sulianti, sebagaimana dikutip Kedaulatan Rakyat.
Reaksi datang dari Gabungan Organisasi Wanita Yogyakarta (GOWY) yang kemudian menggelar pertemuan –juga para pemuka agama, dokter, dan bidan.
Baca Juga: Jangan Sembarangan Diet, Faktanya Bisa Lebih Membunuh dari Merokok!
Mereka menolak pandangan Sulianti tentang pembatasan kelahiran, yang mereka anggap melanggar hak azasi manusia, mengakibatkan pembunuhan bibit-bibit bayi, dan bahkan bisa memperluas pelacuran dan merusak moral masyarakat.
Source | : | Historia.id |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar