GridHEALTH.id - Alat Pelindung Diri (APD) menjadi perlengkapan kesehatan yang paling dibutuhkan saat pandemi virus corona (Covid-19) sekarang ini.
Seperti dikutip dari Health and Safety Executive, APD merupakan peralatan yang akan melindungi pengguna terhadap risiko kesehatan atau keselamatan di tempat kerja.
Terutama bagi mereka yang bekerja di tempat berisiko tinggi mengalami kecelakaan, cedera, atau tertular penyakit, seperti di area konstruksi atau di fasilitas kesehatan.
Hal ini jugalah yang menjadi permintaan terakhir seorang dokter yang meninggal dunia setelah tertular virus corona.
Dilansir dari Kompas.com (10/4/2020), Dr Abdul Mabud Chowdhury (53), seorang konsultan urologis yang bekerja di Homerton University Hospital, Hackney, London timur meninggal dunia karena Covid-19.
Dr Chowdhury meninggal pada Rabu (8/4/2020) malam, setelah dirawat selama lebih dari dua minggu di rumah sakit.
Sebelum meninggal Dr Chowdhury diketahui sangat aktif menuntut Perdana Menteri Inggris Boris Johnson untuk memenuhi kelengkapan APD bagi para tenaga medis National Healthcare System (NHS).
Dalam postingan diakun media sosial pada tanggal 18 Maret tersebut, dia menulis:
Baca Juga: PSBB Hari Pertama Kondusif, Ojek Online Resah dan Mengeluh
"Orang-orang menghargai dan memberi hormat kepada kami atas pekerjaan yang kami lakukan, hal tersebut sangat inspiratif tetapi saya ingin mengatakan bahwa kami harus melindungi diri sendiri dan keluarga/anak-anak kami dalam bencana/krisis global ini dengan menggunakan APD dan obat-obatan yang sesuai. Saya berharap kami (tenaga medis), setidaknya, berhak untuk mendapatkan dukungan minimal ini untuk praktik medis yang aman," tulis Dr Chowdury.
Sementara itu, Dr Golam Rahat Khan, seorang teman keluarga, mengatakan Dr Chowdhury sudah memiliki kekhawatiran tentang virus corona jauh sebelum virus itu mencapai Inggris.
"Dia memberi tahu saya dan teman-teman lain bahwa virus corona sangat berbahaya," kata Khan.
Baca Juga: Gunung Anak Krakatau Sempat 26 Kali Erupsi dalam 2 Hari, LIPI Tegaskan Asal Muasal Suara Dentuman
Dr Khan (45), yang telah mengenal Dr Chowdhury selama hampir 20 tahun, menggambarkan temannya sebagai "orang yang mencintai kehidupan".
"Dia memiliki rasa kepedulian yang tinggi, dia sangat sering mengundang kami ke rumahnya. Terakhir kali saya bertemu dengannya pada 1 Februari untuk merayakan ulang tahun kedelapan putra saya di rumah," kata Dr Khan.
Khan mengatakan tidak ada kerabat Dr Chowdhury yang mendampinginya ketika dia meninggal dunia sekitar pukul 22.35 malam di Rumah Sakit Queen di Romford, Essex, 15 hari setelah menjalani perawatan.
Dr Chowdury meninggalkan seorang istri dan dua anak berusia 18 dan 11 tahun.
Baca Juga: Langkanya APD Membuat Dokter dan Polisi Terlibat Perkelahian
Asosiasi Dokter Muslim memberikan penghormatan dan belasungkawa kepada Dr Chowdhury, yang bekerja di NHS selama lebih dari 20 tahun setelah bermigrasi dari Bangladesh.
"Kami sangat sedih dengan kematian Dr Abdul Mabud Chowdhury, Konsultan Ahli Urologi di Rumah Sakit Homerton, setelah berjuang untuk hidupnya dari Covid-19. Dia meninggalkan istri dan kedua anaknya. Pikiran dan doa kita bersama mereka. Semoga dia beristirahat dalam damai," tulis pernyataan asosiasi.
Adnan Pavel, teman Dr. Chowdhury, menggambarkan dia sebagai mentor yang "antusias" untuk pemuda Bangladesh di Inggris dan seorang dermawan tanpa pamrih untuk orang-orang tidak mampu di Bangladesh.
"Dia adalah pria yang baik. Dia sering membantu semua orang," pungkas Pavel.(*)
Baca Juga: Penumpangnya Batuk Sembarangan, Pak Sopir Meninggal Dunia Karena Tertular Covid-19
#berantasstunting
#hadapicorona
Source | : | Kompas.com,hse.gov.uk |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar