GridHEALTH.id - Imbas wabah virus corona (Covid-19) yang semakin merebak, masyarakat dihimbau untuk tetap tinggal di rumah.
Hal ini bertujuan untuk mengurangi penyebaran virus corona semakin meluas.
Akan tetapi masih banyak orang yang risau utamanya bagi mereka yang rutin melakukan olahraga pagi seperti jogging atau jalan sehat di sekitar rumah.
Sebab sampai saat ini Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) belum mengeluarkan himbauan resmi agar tidak melakukan jogging atau jalan sehat dengan alasan risiko tertular Covid-19.
Menanggapi kondisi ini, Dr. Handrawan Nadesul selaku seorang dokter, penyair, dan penulis di Indonesia baru-baru ini mencoba memberikan pencerahan bagi masyarakat.
Lewat tulisan di akun Facebook-nya, Dr. Handrawan menjabarkan kemungkinan-kemungkinan risiko penularan Covid-19 pada saat Jogging atau jalan sehat.
Menurutnya sebelum menentukan kegiatan tersebut berisiko tertular virus corona, adabaiknya kita merujuk terlebih dahulu mencari fakta dan data ilmiah terkait Covid-19.
Dalam postingannya, Dr. Handrawan menyisipkan dua hasil penelitian tentang risiko penyebaran virus corona.
Baca Juga: Donald Trump Prediksi Orang Berusia Muda Meninggal Akibat Virus Corona dalam Kurun Waktu 2 Minggu
Baca Juga: Anak Pasien Kanker Darah Pun Ditolak Pemakamannya Oleh Warga yang Paranoid Covid-19
Pertama, ia menjelaskan sebuah gambar hasil penelitian di Jepang yang menunjukan foto berteknologi tinggi dapat menangkap partikel terhalus dari percikan ludah/lendir/ingus berasal dari semburan saluran napas.
Hasilnya, percikan terhalus yang disebut sebagai microdroplets bisa menjangkau jarak lebih dari hanya 2 meter (sejauh kemampuan droplets) sebagaimana dianjurkan untuk physical distancing (jaga jarak antar individu).
Baca Juga: Patut Dicontoh, Warga Bantu Kehidupan Tetangganya yang Positif Covid-19 Tanpa Gejala
Dengan hanya bernapas semburan sekitar 1,5 meteran, namun dengan batuk bisa 4 meteran, sedang dengan bersin semburan percikan yang halus atau microdroplets bisa menjangkau lebih dari 6 meteran.
Artinya sejarak sampai dengan 6 meter kita masih mungkin terjangkau oleh Covid-19 yang terbawa partikel halus tersebut, apabila kita berada di hadapan pembawa Covid-19.
Itu fakta dan data dari penelitian yang pertama.
Kedua, Dr. Handrawan menunjukan gambar dari artikel penelitian dari Belgia dan Belanda yang tak jelas otoritasnya, hanya disebut nama penulisnya, menemukan fakta penelitian bahwa dari kegiatan jalan, jogging, dan lari, semburan partikel yang disebut sebagai aerosol, yang artinya partikel berterbangan di udara (sama dengan yang dimaksud sebagai microdroplets di atas).
Itu akan tersebar ke belakang terbawa angin, yang dapat menjangkau sampai 5-20 meteran terhadap orang yang berada di belakangnya.
Apabila diandaikan penelitian ini sahih, fakta dan data penelitian ini menjadi logika medisnya.
Namun apakah selalu bisa masuk akal peneitian tersebut?
Menurut Dr. Handrawan, fakta dan data di atas bisa masuk akal bila diasumsikan, baik yang menularkan atau pembawa Covid-19 maupun orang-orang di sekitar yang sejarak kemampuan partikel halus bisa menjangkaunya, sama-sama tidak memakai masker.
Namun ia menilai akan berbeda kemungkinan dan probabilitas tertularnya apabila masing-masing sudah memakai masker.
Jadi apabila kita menalar, kemungkinan tertular dari fakta dan data hasil penelitian yang kita asumsikan benar dan sahih secara medis, kita baru mungkin tertular apabila;
1. Betul ada pembawa Covid-19 yang berada di sekitar kita melakukan kegiatan jalan pagi, jogging, atau lari bersama kita.
2. Orang tersebut tidak memakai masker, dan kita juga tidak memakai masker.
Baca Juga: PSBB Hari Pertama Kondusif, Ojek Online Resah dan Mengeluh
3. Orang pembawa Covid-19 harus kebetulan sedang batuk dan atau bersin persis pada saat berada berdekatan dengan kita.
Jadi kalau begitu kenyataanya, tinggal kita menilai sendiri, seberapa besar peluang penularan Covid-19 di lingkungannya masing-masing.
Dalam artian, kemungkinan kita tertular virus corona baik itu saat jogging ataupun jalan sehat tergantung keadaan lingkungan tempat kita berolahraga.(*)
Baca Juga: Gunung Anak Krakatau Sempat 26 Kali Erupsi dalam 2 Hari, LIPI Tegaskan Asal Muasal Suara Dentuman
#berantasstunting
#hadapicorona
Source | : | |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar