GridHEALTH.id - Virus corona menginfeksi saluran pernapasan dengan menyebabkan peradangan pada paru-paru.
Namun dokter di seluruh dunia melihat adanya bukti yang menunjukkan virus corona bisa menyebabkan peradangan pada jantung dan penyakit ginjal akut.
Selain itu virus corona juga menyebabkan kerusakan neurologis, pembekuan darah, kerusakan usus, dan masalah hati. Perkembangan itu telah mempersulit perawatan kasus virus corona dengan gejala parah. Proses pemulihan pun dinilai menjadi terhambat.
Mengutip Washington Post (11/04/20), para dokter menyebut hal ini ada kaitannya dengan efek dari 'badai sitokin', respons sistem kekebalan yang menyerang tubuh di mana menyebabkan kondisi yang parah.
Konsultan Paru Sub Infeksi RSUP Persahabatan, dr Erlina Burhan MSc SpP(K), menyatakan bahwa Covid-19 dapat menyebabkan badai sitokin dan berujung kematian itu sangat bisa terjadi.
Apa itu badai sitokin? Pada prinsipnya, jika ada virus yang masuk ke dalam organ paru di tubuh, maka reaksi yang timbul adalah keluarnya sitokin-sitokin.
Baca Juga: Studi Pada Tikus: Rekayasa Virus Dapat Memblokir Infeksi Virus Corona
Perlu diketahui, sitokin adalah protein yang dihasilkan sistem kekebalan tubuh untuk melakukan berbagai fungsi dan penting dalam penanda sinyal sel. Pelepasan atau keluarnya sitokin ini dapat mempengaruhi perilaku sel di sekitarnya.
Sitokin yang keluar dalam jumlah sedikit tidak memiliki pengaruh pada kondisi paru pasien, atau keadaan parunya tidak bermasalah.
Akan tetapi kalau jumlah sitokin yang dikeluarkan di paru sudah banyak, disebut sebagai badai sitokin, maka itu akan membuat paru sangat padat dan kaku.
"Itulah yang membuat dia (pasien) sesak, susah bernapas, dan itu yang bisa menyebabkan meninggal," kata Erlina, seperti dikutip dari Kompas.com (28/02/20)
Berujung pada kematian akibat badai sitokin ini tergantung pada daya tahan atau sistem kekebalan tubuh dalam melawan virus yang masuk, juga jumlah virus yang masuk.
Akibat badai sitokin ini, "Hampir separuh orang yang dirawat di rumah sakit karena virus coronamengalami kerusakan dini pada ginjal mereka," kata Alan Kliger, ahli nefrologi di Yale School of Medicine yang juga menjadi ketua satuan tugas membantu pasien dialisis dengan koinfeksi, seperti dikutip dari New York Post (14/04/20)
Alan Kliger menambahkan, data awal menunjukkan 14 hingga 30% pasien di perawatan intensif New York dan Wuhan mengalami gangguan fungsi ginjal dan membutuhkan dialisis karena masalah ginjal berkelanjutan ini membutuhkan perawatan lainnya.
Baca Juga: Akibat Gejala Semakin Beragam, Covid-19 Dijuluki Penyakit 1000 Wajah
Baca Juga: Bersihkan Bulu Ketiak Tak Perlu ke Salon, 4 Bahan Rumahan Ini Bisa Dipakai
"Saya pikir sangat mungkin virus menempel pada sel-sel ginjal dan menyerang mereka," tambahnya.
Menurut sebuah makalah para ilmuwan di Wuhan yang diterbitkan 9 April lalu, para peneliti di Wuhan melakukan otopsi pada orang yang meninggal karena virus corona.
Mereka menemukan bahwa 9 dari 26 orang memiliki cedera ginjal akut dan tujuh di antaranya memiliki partikel virus corona di ginjal mereka.
"Itu menimbulkan kecurigaan yang sangat jelas bahwa setidaknya sebagian dari cedera ginjal akut yang kita lihat disebabkan oleh keterlibatan virus langsung dari ginjal, yang berbeda dari apa yang terlihat dalam wabah SARS pada tahun 2002," kata Paul M Palevsky, ahli ginjal dari Fakultas Kedokteran Universitas Pittsburgh dan presiden terpilih dari National Kidney Foundation.
Namun masih ada kemungkinan penyebab lain kerusakan organ dan jaringan yang harus diselidiki. Beberapa di antaranya adalah karena gangguan pernapasan, obat-obatan yang diterima pasien, demam tinggi, stres rawat inap di ICU dan dampak badai sitokin yang mungkin dialami.
Bukan main, virus corona ini ternyata juga bisa merusak jantung. Dokter di China dan New York telah melaporkan miokarditis, peradangan otot jantung, dan, lebih berbahaya, irama jantung yang tidak teratur yang dapat menyebabkan henti jantung pada 19 pasien.
Baca Juga: Studi : 1 dari 10 Wanita Tidak Menikmati Hubungan Intimnya
Baca Juga: Bisa Mengurangi Stres, Berikut 6 Manfaat Berpelukan bagi Kesehatan
"Pada dokter tampaknya melakukan dengan sangat baik sejauh status pernapasan berjalan, dan kemudian tiba-tiba pasien memunculkan masalah jantung yang tampaknya tidak sebanding dengan masalah pernapasan mereka," kata Mitchell Elkind, ahli jantung dari Universitas Columbia sekaligus presiden American Heart Association. (*)
Source | : | Kompas.com,Washington Post,New York Post,American Heart Association,National Kidney Foundation |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar