GridHEALTH.id - Untuk mengobati pasien virus corona (Covid-19) Indonesia belakangan telah mendatangkan obat Avigan dan Klorokuin yang berjumlah 5 juta butir.
Dimana obat Avigan disiapkan sebanyak 2 juta butir sedangkan 3 juta butir untuk klorokuin.
Terkait obat klorokuin, sebelumnya juga telah digemborkan oleh Donald Trump sebagai obat virus corona di Amerika Serikat.
Bahkan dikutip dari Kompas.com (20/3/2020), menurut Presiden Jokowi, obat tersebut sudah diuji dan bisa menyembuhkan pasien Covid-19.
"Obat ini sudah dicoba oleh satu, dua, tiga negara, dan memberikan kesembuhan," terangnya.
Tapi tahukah menurut sebuah studi di AS pasien virus corona yang diobati dengan klorokuin rupanya lebih banyak yang meninggal daripada yang menjalani perawatan standar.
Baca Juga: Peneliti Prancis Klaim Nikotin Bisa Turunkan Risiko Infeksi Covid-19
Hal itu diketahui dari laporan Daily Mail pada (22/4/2020), dimana sekitar 28% dari 368 veteran militer AS yang positif virus corona dan diobati dengan klorokuin meninggal dunia.
Sedangkan 11% veteran tersebut meninggal ketika mendapat perawatan standar, termasuk cairan IV dan intubasi untuk membantu mereka bernapas.
Dalam laporan tersebut disebutkan bahwa penelitian kepada veteran militer di AS terinfeksi virus corona menunjukkan bahwa Chloroquine atau klorokuin tidak memberikan manfaat bagi pasien.
Studi nasional itu bukan eksperimen yang berskala besar namun menjadi pandangan awal tentang obat klorokuin.
Baca Juga: 3 Bocah Inspiratif, Rela Berikan Tabungan untuk Membantu Tenaga Medis
Studi ini masih terhitung baru, dan diunggah dalam sebuah situs online, dan belum ditinjau oleh ilmuwan lain.
Pada hari Selasa (21/4/2020) NIH (Kementerian Kesehatan dan Layanan Masyarakat Amerika Serikat) memperingatkan bahwa penggunaan obat ini dikombinasikan dengan azitromisin bisa beracun untuk pasien Covid-19.
Baca Juga: Studi AS Terbaru; Virus Corona Bisa Cepat Hancur dengan Sinar Matahari
Panel para ahli dari NIH juga mengeluarkan rekomendasi bahwa penggunaan hydroxychloroquine /klorokuin tidak direkomendasi dicampur dengan antibiotik dengan alasan kekhawatiran akan toksisitas.
Para peneliti menganalisis catatan medis dari 368 veteran pria yang dirawat di rumah sakit dengan infeksi Covid-19 yang dikonfirmasi di pusat medis Administrasi Kesehatan Veteran yang meninggal atau dipulangkan pada 11 April.
Baca Juga: Usai Dikabarkan Kritis, Kembali Terdengar Rumor Kim Jong Un Meninggal Dunia
Sekitar 22 % pasien tersebut juga mendapatkan obat azithromycin, tetapi perbedaan antara kelompok itu dan perawatan biasa tidak dianggap cukup besar untuk menyingkirkan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidup.
Para peneliti juga mengatakan tidak ada efek samping lain, tetapi mencatat ada petunjuk bahwa hydroxychloroquine mungkin telah merusak organ lain.
Baca Juga: 37 Hari Sembuh dari Covid-19, Pasien 03 Donorkan Plasma Darahnya Demi Pasien Infeksi Virus Corona
Obat ini telah lama diketahui memiliki potensi efek samping yang serius, termasuk detak jantung berdebar kencang hingga menyebabkan kematian mendadak.
Bahkan awal bulan April ini, para ilmuwan di Brazil menghentikan sebagian dari penelitian yang menguji klorokuin.(*)
Baca Juga: 3 Kesalahan Buka Puasa yang Harus Dihindari Agar Mendapat Manfaatnya
#berantasstunting #hadapicorona
Source | : | Kompas.com,dailymail.co.uk,TribunStyle |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar