Kondisi ini dapat berlanjut setelah lahir, akibat praktik pemberian makan yang buruk, infeksi berulang dan pola makan yang tidak cukup memenuhi asupan zat gizi yang dibutuhkan anak untuk tumbuh dan berkembang dengan baik.
Masalah gizi kronis berdampak serius pada anak, misalnya gangguan perkembangan otak, intelegensia (IQ) rendah, sistem kekebalan tubuh melemah dan risiko lebih besar terkena penyakit serius seperti diabetes dan kanker di kemudian hari.
Di luar dampak individu, stunting juga mempengaruhi produktivitas dan pertumbuhan ekonomi. Diperkirakan stunting dapat mengurangi PDB (Product Domestic Brutto) suatu negara sebanyak 12%.
Perlu diperhatikan bahwa stunting dapat diturunkan dari satu generasi ke generasi lainnya. Anak perempuan yang terlahir kekurangan gizi dan menjadi kerdil saat masa kanak-kanak akan tumbuh menjadi ibu yang kekurangan gizi.
Nantinya berisiko melahirkan bayi yang kekurangan gizi juga. Siklus ini akan berulang jika tak diputus dengan intervensi yang tepat.
Baca Juga: Punya Balita di Rumah, Apa Yang Harus Tersedia di Kotak Obat P3K?
Baca Juga: Hari Ginjal Sedunia, Tips dan Trik Menjaga Ginjal Tetap Sehat
Meskipun stunting ini sifatnya tidak bisa dibalikkan, namun dapat dicegah. Caranya dengan meningkatkan nutrisi bagi wanita dan anak-anak dalam 1000 HPK, dan ini merupakan hak anak sejak dalam kandungan.
Source | : | nakita.grid.id,nova.grid.id,Kominfo.go.id,GridHealth.ID |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar