GridHEALTH.id – Akibat harus di rumah saja (isolasi mandiri) selama pandemi Covid-19 berlangsung seringkali hal ini menimbulkan stres.
Pada sebagian orang, stres menjadi pendorong untuk makan berlebihan. Akibatnya berat badan jadi naik.
Kondisi ini dikenal dengan istilah quarantine 15. Quarantine 15 adalah istilah yang merujuk pada kenaikan berat badan sebesar 15 pon atau 6,8 kilogram.
Melansir Psychology Today, studi telah membuktikan, tingkat keparahan pemicu stres memengaruhi gangguan pola makan.
Stres yang kronis disebut terkait dengan preferensi atau pemilihan jenis makanan yang tinggi gula, karbohidrat, dan lemak.
Penelitian dengan objek hewan yang dikerjakan ahli dari Yale University AS menemukan, pola konsumsi protein pada objek penelitian berubah menjadi gula dalam kondisi tertekan atau terancam.
Baca Juga: Tidak Disangka, Ternyata Ini Sebabnya Gorengan Paling Dicari Saat Berbuka
Tak pelak, saat stres kita juga cenderung menginginkan gula, lemak, dan karbohidrat untuk meningkatkan energi dan kewaspadaan.
Saat khawatir atau dilanda rasa stres akibat pandemi corona, banyak orang cenderung melampiaskannya pada asupan tinggi gula, lemak, dan karbohidrat.
Makanan dan minuman ini bertindak seperti obat penenang alami yang membuat pikiran rileks saat menghadapi bahaya.
Namun, sebenarnya solusi instan tersebut hanya jadi pemuas nafsu dalam jangka pendek. Dalam jangka panjang, makan sesuatu yang bikin nyaman justru menjebak seseorang untuk terus-menerus makan dan berakibat pada masalah kesehatan serius.
Dampaknya bisa meningkatkan risiko penyakit jantung, diabetes, obesitas, depresi, dan gangguan kecemasan.
Pasalnya, saat stres otak jadi memompa hormon stres kortisol dan adrenalin ke dalam aliran darah.
Pelepasan kortisol dan adrenalin itu diikuti pelepasan gula alami dari organ hati dan otot. Tujuannya untuk memberikan lonjakan energi agar tubuh waspada menghadapi "ancaman" stres atau suatu masalah.
Baca Juga: Mitos dan Fakta Tentang Obat Pengencer Darah yang Perlu Dipahami
Baca Juga: Orangtua Wajib Tahu, ASI dan Suplemen Tak Dapat Menggantikan Imunisasi
Studi lain menunjukkan, glukosa harus diisi kembali setelah pemicu stres berlalu. Semakin banyak glukosa yang dilepaskan untuk meredakan stres, praktis tubuh jadi kian terasa lapar.
Alhasil, saat stres kita jadi ingin makan lebih banyak asupan manis dan tinggi lemak untuk menggantikan hormon kortisol yang telah dilepaskan oleh tubuh. Penumpukan lemak serta gula pun terus bergulir seiring kondisi tubuh yang terus-menerus didera stres.
Melansir Northwestern Medicine, ada beberapa tips menurunkan berat badan dan mencegah makan berlebihan di saat pandemi corona, antara lain:
1. Catat segala sesuatu yang sudah dikonsumsi berikut besar kalorinya setiap hari
2. Hindari ngemil dengan membangun kesadaran lewat pertanyaan, apakah saya benar-benar lapar. Pilihan camilan juga perlu diubah maksimal 150 kalori per porsi dengan komposisi utama serat dan minim gula, garam, dan lemak.
3. Ganti kebiasaan ngemil atau makan di depan televisi atau komputer. Biasakan makan hanya di meja makan
4. Susun rencana untuk setiap menu makan utama dan camilan setiap pagi Kreatif dalam menciptakan menu makanan sehat. Misalkan dengan bahan ayam tanpa lemak, tuna, kacang-kacangan, buah dan sayur
5. Hindari tumpukan kalori dari jus berpemanis, minuman tinggi gula seperti boba, soda, dan minuman berenergi
Baca Juga: Sahur Mepet Imsak Ternyata Tidak Dianjurkan Pakar, Ini Alasannya
Baca Juga: 7 Tanda Tubuh Kelebihan Garam, Salah Satunya Sering Pusing Kepala
6. Lebih banyak bergerak dengan memasang aplikasi pengingat jumlah langkah kaki dan bangun rutinitas olahraga di rumah
Dengan mencoba berbagai tips menjaga berat badan ideal di atas, nafsu makan berlebihan bisa dikontrol. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengenal "Quarantine 15", Biang Berat Badan Naik saat Pandemi Corona", https://health.kompas.com/read/2020/05/12/120700168/mengenal-quarantine-15-biang-berat-badan-naik-saat-pandemi-corona?page=all#page2.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar