GridHEALTH.id - Salah satu kunci mencegah infeksi virus corona adalah memperkuat daya tahan tubuh. Lalu, ketika kita tidak makan selama kurang lebih 14 jam di bulan puasa, apakah kondisi ini akan mempengaruhi imunitas?
Ternyata, dr. Arti Indira M. Gizi, Sp. GK menjelaskan, puasa di bulan Ramadan justru akan meningkatkan daya tahan tubuh.
"Dari banyak penelitian, setelah berpuasa selama 30 hari ternyata sistem imun kita malah lebih baik. Badan seperti ter-recharge ulang," ungkapnya dalam Live IG bersama dr. Teuku Adifitrian, SpBP-RE (dr. Tompi), Jumat (24/4/2020), dikutip dari Kompas.com.
Asal tahu saja, imunitas atau kekebalan tubuh merupakan sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan membunuh patogen serta sel tumor.
Fungsi dari sistem imun adalah melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit, menghancurkan dan menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing seperti bakteri, parasit, jamur, virus yang masuk ke dalam tubuh.
Sistem imun juga menghilangkan jaringan atau sel yang mati atau rusak untuk perbaikan jaringan, serta mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal.
Baca Juga: Berbuka Puasa dengan Gorengan, Padahal 1 Potong Setara 200 Kalori!
Di saat puasa, dengan jam makan yang bergeser, masyarakat tak perlu khawatir akan turunnya imunitas tubuh. Hal itu diungkapkan oleh dr Hj Vivien Maryam Sp.PD, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Primaya Hospital (sebelumnya RS Awal Bros) Tangerang.
“Pada dasarnya proses puasa adalah proses mengistirahatkan organ terutama organ pencernaan dan regenerasi sel yang dapat meningkatkan imunitas tubuh,” tutur Vivien dikutip dari Kompas.com, Selasa (28/4/2020). Hal tersebut penting untuk pertahanan tubuh terhadap berbagai jenis virus atau kuman penyakit.
“Ketika berpuasa, kita dilarang makan dan minum selama kurang lebih 13 jam. Selama kurun waktu tersebut, sistem pencernaan diistirahatkan dan sel-sel tubuh mengalami regenerasi,” papar nya.
Saat berpuasa, lanjut Vivien, sistem pencernaan yang sebelumnya bekerja terus-menerus selama 11 bulan akan beristirahat. Pada waktu istirahat tersebut, sel-sel tubuh akan memperbaiki diri.
Pada saat berpuasa, hematopoietik (proses pembentukan komponen sel darah) akan bekerja dengan cara mengeluarkan sel-sel imunitas tubuh lebih baik seperti sel limfosit T dan sel limfosit B untuk pertahanan tubuh.
Sel limfosit T dan sel limfosit B tersebut dapat menghasilkan antibodi untuk melawan berbagai virus atau kuman yang masuk.
“Hal yang penting adalah jaga imunitas tubuh dengan cara makan bernutrisi tinggi, banyakminum, dan istirahat yang cukup. Asupan gizi selama puasa juga harus seimbang,” ujar Vivien.
Baca Juga: Guru Besar FMIPA Brawijaya : Jamur Cordyceps Bisa Sembuhkan Covid-19, Efeknya Dalam Hitungan Jam
Baca Juga: Heboh FBI Tangkap Bill Gates , Benarkah Ia Pencipta Virus Covid-19?
Kemudian Arti Indira mengingatkan, kita harus mengonsumsi makan sahur dan buka dengan benar. Jaga agar asupan tidak terlalu sedikit atau terlalu berlebih sehingga menyebabkan berat badan naik.
Kondisi tersebut justru akan membuat tujuan meningkatkan sistem imunitas dengan berpuasa menjadi tidak tercapai. "Sahur, buka harus yang benar, makan malam, snack malam, dan harus ada aktivitas fisik," tambahnya.
Lalu, seperti apa pola makan sahur dan buka yang benar?
Total asupan kalori harian seseorang berkisar 1.500-1.800 kalori. Pada waktu sahur, usahakan kita mengonsumsi 40% dari total kebutuhan kalori tersebut. Kemudian, konsumsi asupan lainnya sebanyak 10% pada waktu berbuka.
Setelah menjalankan ibadah sholat maghrib, kita bisa mengonsumsi makan malam dengan memenuhi 40% kebutuhan kalori. Sisa 10% kalori untuk camilan malam sebelum tidur.
Makan sahur
Usahakan mengonsumsi nutrisi lengkap. Mulai dari karbohidrat, protein, lemak sehat, hingga vitamin dan mineral yang didapatkan dari sayur dan buah.
Penuhi setengah piring dengan sayur dan buah, sementara setengah lainnya untuk karbohidrat dan protein.
Baca Juga: Suti 'Atun' Karno Dilarikan ke Rumah Sakit, Rano Karno Minta Penggemarnya Kirim Doa, Ada Apa?
Baca Juga: Fix, WHO Sebut Virus Corona Tak Akan Pernah Hilang, Sepakat Berdamai Seperti Kata Jokowi?
Pilih karbohidrat kompleks karena mengandung tinggi serat sehingga kita bisa kenyang lebih lama. "Misalnya nasi merah, oatmeal, roti gandum, kentang, ubi, singkong," kata Arti.
Protein juga membantu membentuk sistem imun dan bisa membantu kita untuk kenyang lebih lama.
Berbuka
Hindari berbuka terlalu berlebihan. Berbuka dengan air buah atau air kelapa diperbolehkan, namun Arti menganjurkan untuk memulai sesi berbuka dengan air putih.
Untuk memenuhi kebutuhan 10% kalori, kita bisa mengonsumsi tiga hingga lima butir kurma. Namun, kurma juga bisa diganti dengan alternatif lainnya. "Boleh buah potong atau salad buah dibikin puding," paparnya.
Makan malam sebaiknya dikonsumsi setelah sholat Magrib dan sebelum sholat Tarawih untuk memberi jarak makan dengan waktu tidur. "Makanan masuk ke lambung kan perlu waktu sekitar 2-3 jam, jadi jaraknya (dengan makan malam) antara 2-3 jam sebelum tidur," ujar Arti.
Cukup minum
Pastikan pula kita terhidrasi dengan minum air putih dalam jumlah yang cukup. Setiap orang memiliki kebutuhan cairan yang berbeda, namun rata-rata disarankan mengonsumsi delapan gelas setiap hari.
Baca Juga: Studi: Minum Air Putih Bisa Jadi Obat, Begini Cara Mengonsumsinya
Baca Juga: Ingin Tahu? Begini Cara Sosial Media Merusak Mental Seseorang!
Adapun satu gelas memiliki kapasitas sekitar 250 ml. Pastikan kita memenuhi kebutuhan delapan gelas sehari ketika sahur dan berbuka.
"Buat sahur sebenarnya 2-4 gelas juga cukup. Sisanya untuk mencapai delapan gelas sehari setelah berbuka puasa, setelah shalat Magrib, setelah Isya, dan mau tidur malam," ungkapnya. (*)
Source | : | Kompas Health |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar