GridHEALTH.id - Berbagai perubahan diprediksi akan banyak terjadi dikarenakan pandemi virus corona (Covid-19) ini.
Salah satunya banyak wanita muda yang terancam dinikahkan dini oleh orangtuanya dalam beberapa tahun kedepan.
Prediksi ini bukan tanpa dasar, sebab pandemi virus corona yang berkepanjangan telah membuat tekanan ekonomi pada masyarakat luas.
Tak sedikit keluarga yang jatuh miskin dan anak putus sekolah, diprediksi membuat orangtua, khususnya dari keluarga miskin, menikahkan dini anak-anak mereka.
“Ketika terjadi krisis, seperti perang, bencana alam, atau pun pandemi, angka pernikahan dini apda anak-anak meningkat,” kata pakar pernikahan anak dari lembaga amal World Vision, Erica Hall, seperti dikutip dari Reuters.
Baca Juga: Akan Normal Lagi, IDI Komentari Rencana Pemerintah Membuka Kembali Sekolah di Masa Pandemi Covid-19
Dalam laporannya, World Vision memprediksi setidaknya akan ada empat juta pernikahan dini dalam dua tahun ke depan.
Dibutuhkan usaha sampai satu dekade untuk mengakhiri praktik pernikahan anak.
“Jika kita tidak mulai memikirkan cara mencegahnya sekarang, akan terlambat. Kita tidak bisa menunggu sampai krisis kesehatan ini berlalu,” kata Hall.
Baca Juga: MUI Keluarkan Aturan Salat Idul Fitri di Rumah saat Pandemi Corona
Sebab seperti dikutip dari WebMD, ada banyak risiko kesehatan yang dapat dialami mereka yang melakukan pernikahan dini.
Seperti risiko terkena penyakit seksual, mengalami kekerasan seksual, kehamilan dini, mengalami masalah psikologis, dan memiliki tingkat sosial dan ekonomi yang rendah.
Baca Juga: Supaya Bisa Masuk Ibu Kota Jakarta, Seperti Ini Cara Mengurus Surat Izinnya
Risiko tersebut juga diperburuk dengan ditutupnya sekolah sampai waktu yang belum ditentukan, sehingga sulit menyebarkan edukasi tentang pernikahan dini.
Banyak orangtua mungkin akan menikahkan anak perempuannya demi mengurangi jumlah anak di rumah yang harus ditanggung.
“Perkawinan pada anak ini merupakan strategi bertahan hidup. Bukan berarti orangtuanya kejam, tapi kerena mereka tidak punya pilihan lain selain bertahan hidup,” ujarnya.
Masa pandemi ini juga menyulitkan anak perempuan mengakses layanan kesehatan reproduksi sehingga risiko kehamilan remaja meningkat dan tekanan dari orangtua untuk menikah ikut meningkat.
Baca Juga: Catat! Ini Kategori Orang yang Bebas Keluar Masuk DKI Jakarta Selama PSBB
Di seluruh dunia setiap tahunnya diperkirakan ada 12 juta anak perempuan berusia di bawah 18 tahun dinikahkan dini.
Jaringan organisasi yang memperjuangkan penghentian pernikahan anak, Girls Not Bride, menyebutkan, kasus perkawinan anak banyak ditemui di India, Afrika, dan Amerika Latin.
Baca Juga: Bocah 10 Tahun Tewas Tergantung, Diduga Korban Dirundung dan Dibunuh
Selama ini sekolah bisa melindungi anak-anak perempuan dari tekanan menikah, namun sekarang ini sebagian besar sekolah masih ditutup untuk mencegah penularan Covid-19.
“Bahkan setelah pandemi, sepertinya banyak anak perempuan tak akan kembali ke sekolah. Kita harus memastikan mereka sekolah lagi,” kata kepala organisasi Girls Not Brides Faith Mwangi-Powell.(*)
#berantasstunting
#hadapicorona
Source | : | Kompas.com,WebMD |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar