GridHEALTH.id - Bagaimana Covid-19 Merusak Sel Manusia dari Dalam? Agresif dan Menyiksa juga Menyeramkan
Sudah saatnya semua masyarakat mengetahui hal tersebut.
Supaya tidak terjadi #terserah.
Bukannya apa-apa dan ingin menakuti, seseorang yang terinfeksi virus Covid-19 ini sel tubuhnya bisa rusak dengan cepat dan mengerikan.
Baca Juga: 3 Manfaat Puasa Bagi Kesehatan Mulut dan Gigi Menurut Dokter
Karena, bagi mereka yang mempunyai penyakit kronis, saat terinfeksi covid-19, serig terjadi dibarengi dengan komplikasi.
Untuk diketahui, melansir Daily Mail (21/5/2020), Sebuah studi baru menunjukkan bahwa virus corona baru 'membajak' sel-sel tubuh kita dengan memblokir gen tertentu yang melawan infeksi.
Karenanya mengapa virus corona Covid-19 ini begitu agresif merusak tubuh kita. Juga menimbulkan gejala yang berat, juga terjadi komplikasi pada penderita penyakit kronis dan pada lansia.
Baca Juga: Melahirkan di Saat Pandemi Covid-19, Sangat Disarankan Melakukan Tes Virus Corona Lebih Dulu
Baca Juga: Awas, Virus Corona Sangat Mudah Sekali Menyebar di Toko Baju
Virus lain, seperti flu, biasanya mengganggu 2 set gen, yaitu satu yang mencegah replikasi virus dan yang lain merupakan gen yang mengirim sel kekebalan ke tempat infeksi untuk membunuh virus.
Namun, untuk virus corona baru atau SARS-CoV-2, alias yang kita kenal dengan Covid-19, peneliti menemukan perilaku yang berbeda.
SARS-CoV-2 juga menghambat gen yang menghentikan virus untuk menyalin dirinya sendiri, tetapi tetap memungkinkan gen yang menyerukan sel-sel kekebalan tubuh untuk berperilaku normal.
Menurut peneliti, hal tersebut menyebabkan virus berkembang biak, sementara produksi sel-sel imun yang berlebihan membanjiri paru-paru dan organ-organ lain, yang menyebabkan peradangan.
Baca Juga: Kasus Nol Selama Seminggu, Tegal Berencana Segera Buka PSBB
Tim dari Fakultas Kedokteran Icahn di Gunung Sinai di New York City, melansir Intisari.id (22 Mei 2020), mengatakan perawatan untuk pasien di awal pergolakan penyakit harus difokuskan pada pemulihan jalur yang diblokir oleh coronavirus daripada berfokus pada peradangan.
Dr Benjamin tenOever, seorang ahli virologi dan profesor mikrobiologi di Fakultas Kedokteran Icahn, mengatakan kepada DailyMail.com bahwa sel yang terinfeksi memiliki 'dua pekerjaan yang harus dilakukan'.
Pertama tugas untuk memberi tahu semua sel di sekitar untuk membentengi, dan yang kedua yaitu tugas merekrut sel kekebalan yang lebih profesional ke tempat infeksi itu.
Baca Juga: Catat, Ini Rekomendasi WHO Untuk Cegah Kehamilan Saat Pandemi Covid-19
Baca Juga: Catat, Ini Rekomendasi WHO Untuk Cegah Kehamilan Saat Pandemi Covid-19
Biasanya, sel-sel tubuh kita memiliki dua kelompok gen yang melawan virus, yaitu interferon dan kemokin.
Interferon memberi sinyal protein yang dilepaskan oleh sel yang terinfeksi.
Lalu diberinya nama karena kecakapan mereka untuk 'mengganggu' kemampuan virus untuk menggandakan dirinya.
Kemokin adalah molekul kecil yang menyerukan sel-sel kekebalan untuk pergi ke lokasi infeksi sehingga mereka dapat menargetkan dan menghancurkan virus.
Menurut tenOever, set pertama gen mengendalikan replikasi virus selama sekitar tujuh hingga 10 hari sehingga set kedua memiliki cukup waktu untuk membuat sel kekebalan menyerang.
Baca Juga: Update Covid-19; Peneliti Temukan Virus Corona Bisa Terbang Diudara Sejauh 6 Meter
Baca Juga: Kementan Punya Antivirus Corona dan Sudah Dipatenkan, Ada yang Berbentuk Balsam Sampai Kalung
Ia menyebut interferon sebagai gen 'ajakan untuk mempersenjatai' dan pada kemokin sebagai gen 'ajakan untuk penguatan'.
"Sebagian besar virus yang Anda temui di alam sudah siap dinetralkan dan dihancurkan oleh sistem ini," kata tenOever.
Bahkan, ia menjelaskan bahwa pertahanan pertama, yaitu interferon, sering kali cukup untuk menghentikan replikasi dan menetralkan infeksi tanpa menghasilkan respon kedua.
Tetapi, tidak seperti flu atau Sindrom Pernafasan Akut Parah (SARS), SARS-CoV-2 justru memblokir satu set gen dan mengaktifkan yang lainnya.
Baca Juga: Kasus Corona Pecah Rekor di RI, Epidemiolog Ingatkan Siap-siap Puncak Tertinggi Belum Muncul
Baca Juga: Kasus Infeksi di Sekolah Kembali Terjadi Setelah Diaktifkan, DKI Jakarta Juli Sekolah Kembali Dibuka
Untuk penelitian tersebut, yang diterbitkan dalam jurnal Cell , tim mengamati sel paru-paru manusia yang sehat dan model hewan dalam musang.
Mereka menemukan respons yang sangat ringan dari gen interferon dan pengenalan besar pada gen kemokin yang 'panggilan untuk penguatan'.
"Kombinasi keduanya adalah kombinasi yang buruk," kata tenOever.
Ketika mereka melihat sel paru-paru dari dua pasien COVID-19 yang meninggal, mereka menemukan respons yang sama persis.
TenOever menjelaskan, pada dasarnya orang tertular penyakit, yaitu SARS-CoV-2 memasuki paru-paru dan mulai bereplikasi dan, di tempat replikasi itu (sel-sel yang terinfeksi) mereka tidak melakukan pekerjaan yang baik untuk menyebarkan berita tentang infeksi mereka, sehingga memungkinkan virus bercokol di paru-paru.
Baca Juga: Ma'ruf Amin : Pemerintah Minta Maaf Belum Bisa Hilangkan Covid-19
Ini berarti virus bereplikasi karena tidak ada banyak interferon, tetapi sel-sel itu masih membutuhkan bala bantuan.
Jadi berbagai jenis sel sistem kekebalan - neutrofil, makrofag, dan limfosit - tiba untuk memperbaiki pekerjaan, tetapi, pada saat mereka tiba, tidak ada yang dapat mengendalikan virus itu.
"Virus itu terus bereplikasi dan terus menyebar, mencapai jumlah yang lebih tinggi dan lebih tinggi di paru-paru, tetapi mereka meminta bantuan," kata tenOever.
Baca Juga: Langgar Aturan dan Mabuk-mabukan Saat Pandemi Covid-19, Seorang Wali Kota Pura-pura Mati
Sekarang, paru-paru memiliki sel-sel kekebalan seperti makrofag dan neutrofil, yang mengarah ke peradangan yang menyebabkan lebih banyak peradangan. Pada dasarnya sistem kekebalan berbalik melawan dirinya sendiri.
Ini mungkin yang menyebabkan badai sitokin, yang terjadi ketika tubuh menyerang sel dan jaringannya sendiri, bukan hanya melawan virus.
TenOever mengatakan cara virus ini berperilaku 'tidak seperti yang saya lihat dalam 20 tahun', yang ia pelajari bagaimana sel merespons infeksi virus.
Selanjutnya, TenOever mengatakan ada dua cara untuk merawat pasien.
Kelompok pertama terdiri dari orang-orang yang baru saja mengalami gejala dan telah dites positif.
Mereka dapat memperoleh obat yang menginduksi gen 'panggilan untuk senjata' yang hilang sehingga virus dapat berperilaku lebih seperti flu.
"Mereka dapat mencoba perawatan yang memulihkan jalur yang sedang diblokir oleh virus," katanya.
Namun, bagi mereka yang dirawat di rumah sakit dan diintubasi sudah terlambat untuk perawatan ini.
Maka, mereka akan lebih diuntungkan oleh kelas obat yang disebut interleukin-6 dan interleukin-1 inhibitor.
TenOever mengatakan bahwa itu dapat membantu mengurangi badai sitokin dan mengurangi peradangan di seluruh tubuh.(*)
Baca Juga: Masih Tidak Ada Bukti Penularan Virus Corona Bisa Lewat Kontak Permukaan, Ini Jawaban WHO
#brantasstunting
#HadapiCorona
Source | : | Daily Mail |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar