GridHEALTH.id - Siang ini, Minggu (21/6/2020), Indonesia akan dilewati gerhana matahari cincin.
Berdasarkan Lembaga Penerbangan dan Antariksa (Lapan), menyebutkan, gerhana matahari cincin api Solstis ini termasuk cukup langka karena terakhir terjadi pada 21 Juni 1648 dan akan terulang lagi pada 21 Juni 2039.
Baca Juga: 6 Hari Lagi Gerhana Matahari Cincin Dapat Dilihat di Tanjung Pinang
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, fenomena gerhana matahari cincin ini akan berlangsung mulai pukul 13.16 WIB di Aceh, hingga pukul 17.37 WIT di Papua.
Sementara itu, bagi sispapun yang ingin melihat gerhana matahari cincin ini, pastikan terlebih dahulu keamanan dan keselamatan mata.
Pasalanya tak sedikit kabar yang berembus bahwa menyaksikan gerhana matahari cincin dengan telanjang mata dapat menyebabkan kerusakan pada indera penglhatan.
Menurut National Aeronautics and Space Administration (NASA), saat gerhana matahari cincin, radiasi matahari yang mencapai permukaan bumi berkisar dari radiasi ultraviolet (UV) pada panjang gelombang lebih dari 290 nm hingga gelombang radio dalam kisaran meter.
Jaringan di mata mentransmisikan sebagian besar radiasi antara 380 dan 1400 nm ke retina peka cahaya di bagian belakang mata.
Baca Juga: Cluster Baru DKI Jakarta; 79 Pedagang di 12 Pasar Terinfeksi Virus Corona
Sementara paparan lingkungan terhadap radiasi UV diketahui berkontribusi pada percepatan penuaan pada lapisan luar mata dan perkembangan katarak, perhatian terhadap pandangan yang tidak benar dari matahari selama gerhana adalah untuk pengembangan "kebutaan gerhana" atau luka bakar retina.
Paparan retina terhadap cahaya tampak yang intens menyebabkan kerusakan pada batang dan sel kerucut yang peka terhadap cahaya.
Cahaya memicu serangkaian reaksi kimia yang kompleks di dalam sel yang merusak kemampuan mereka untuk merespons stimulus visual, dan dalam kasus yang ekstrem, dapat menghancurkannya.
Hasilnya adalah hilangnya fungsi visual (kebutaan) yang bisa sementara atau permanen, tergantung pada tingkat keparahan kerusakan.
Ketika seseorang melihat berulang kali atau untuk waktu yang lama di matahari tanpa perlindungan yang tepat untuk mata, kerusakan retina fotokimia ini dapat disertai dengan cedera termal akibat tingginya tingkat radiasi yang terlihat dan hampir inframerah menyebabkan pemanasan yang benar-benar memasak jaringan yang terpapar.
Sementara itu, untuk melihat fenomena gerhana matahari cincin ini dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
1. Gunakan filter matahari
Filter Matahari yang bisa digunakan bisa juga berbentuk kacamata matahari.
Di mana jenis filter yang diperbolehkan adalah filter Neutral Density 5 (ND5), yang hanya bisa melewatkan 1 per 100.000 bagian sinar Matahari.
2. Kacamata pengelas
Jika tidak memiliki filter matahari terutama ND5 yang paling disarankan tersebut, bisa menggunakan kacamata pengelas atau welder glass, bernomor minimal 14.
Baca Juga: Khawatir Serangan Jantung Usia Muda, Wanita Ini Turunkan Berat Badan Hingga 65 kg! Hasilnya Cantik
Kacamata ini biasanya sering digunakan oleh mereka yang bekerja pada bagian pengelasan.
NASA tidak merekomendasikan penggunaan kacamata hitam (sun glasses) untuk menyaksikan fenomena gerhana matahari cincin.
Pasalnya, sebagian besar mengirimkan radiasi infra merah tingkat tinggi yang dapat menyebabkan luka bakar retina termal.
Terlepas dari itu, di Indonesia, gerhana paling awal bisa disaksikan di Sabang, Aceh, pada pukul 13.16 WIB.
Sementara, kota yang waktu mulai gerhananya paling akhir yakni Kepanjen, Jawa Timur, pada pukul 15.19 WIB. Adapun, untuk waktu puncak gerhana juga akan disaksikan pada waktu yang berbeda.
Baca Juga: Warga di Ambon Tolak Rapid Test; Kampung Ini Bukan Kampung Virus
Wilayah yang akan mengalami waktu saat puncak gerhana paling awal adalah Kota Sabang, Aceh pada pukul 14.34 WIB.
Kota Agats, Papua, akan menjadi kota yang mengalami waktu puncak paling akhir pada pukul 17.37 WIT. (*)
#hadapicorona
Source | : | Kompas.com,NASA |
Penulis | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Editor | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Komentar