GridHEALTH.id - Kabar tak sedap kembali menghampiri Tanah Air.
Di tengah pandemi Covid-19 yang tak kunjung usai ini, Indonesia dikabarkan akan terus mengalami bencana alam hidrometeorologi.
Baca Juga: Kasus Corona Belum Selesai, Indonesia Diramal Akan Kembali Diterpa Bencana di Tahun 2020, Benarkah?
Bencana hidrometeorologi adalah bencana alam yang terjadi sebagai dampak dari fenomena meteorologi seperti angin kencang, hujan lebat, dan gelombang tinggi.
Hal tersebut diungkapkan Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Bencana Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Raditya Jati.
Menurut Raditya, Pusat Pengendali Operasi (Pusdalops) BNPB mencatat kejadian banjir dan longsor di beberapa wilayah Indonesia.
Misalnya di daerah seperti Kalimantan, Sulawesi dan Maluku Utara.
"Kemudian, berdasarkan analisis dasarian ketiga Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), beberapa wilayah masih berpotensi hujan dengan curah hujan menengah hingga tinggi," ujar Raditya sebagaimana dikutip dari siaran pers BNPB, Minggu (28/6/2020).
Beberapa wilayah tersebut yakni Pulau Sulawesi, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat.
Bahkan hingga awal Juli 2020, keempat wilayah tadi masih berpotensi hujan dengan intensitas menengah.
Baca Juga: Sempat Ditolak Karena PSBB Rhoma Irama Akhirnya Tetap Manggung di Bogor, Tapi Bukan Konser
Sementara itu, Pusdalops juga mendapatkan laporan kejadian banjir di wilayah Sulawesi pada Sabtu lalu (27/6/2020), seperti di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, Provinsi Sulawesi Selatan, Kabupaten Kepulauan Taliabu, Maluku Utara, Kabupaten Boalemo dan Pohuwanto, Gorontalo dan Kabupaten Lamandau, Kalimantan Tengah.
Ribuan warga terdampak banjir di wilayah-wilayah tersebut, seperti di Lamandau 723 keluarga, Taliabu 700 keluarga, Bolaang Mongondow Selatan 220 keluarga, Boalemo 125 keluarga dan Pohuwanto 40 keluarga.
Raditya melanjutkan, berdasarkan analisis aplikasi pengkaji potensi banjir, InaRISK, Indonesia memiliki potensi risiko sedang hingga tinggi untuk bahaya banjir.
"Diperkirakan, ada 100 juta penduduk di 34 provinsi yang terpapar bahaya banjir. Adapun luas wilayah yang memiliki potensi terdampak banjir kurang lebih 20 juta hektar," tutur Raditya.
Sementara itu, untuk bahaya longsor, ada 14 juta penduduk yang berada di 33 provinsi yang berpotensi terpapar.
Baca Juga: Setelah Wabah Corona, Surabaya Kini Diresahkan Dengan Menumpuknya Limbah Medis APD di Pemakaman
"Melihat kondisi hingga awal Juli 2020, BNPB mengimbau masyarakat untuk tetap siap siaga dalam menghadapi ancaman bahaya bencana hidrometeorologi," tegas Raditya.
Hal sederhana yang dapat dilakukan oleh masyarakat seperti memetakan wilayah berpotensi banjir dan longsor, serta melihat kondisi tanah di lapangan.
Selain itu, curah hujan tinggi dan berdurasi lama dapat memicu potensi banjir.
"Meskipun potensi bahaya banjir dan longsor masih dapat terjadi, BNPB juga mengimbau masyarakat selalu siap siaga dalam menghadapi potensi bahaya lain, seperti angin puting beliung," tutur Raditya.
Baca Juga: Pakar Epidemiologi UI; Anggaran Rapid Test Hampir 700 Triliun, Jangan Jadi Lahan Bisnis
"Juga kebakaran hutan dan lahan, gempa bumi, tsunami, erupsi gunung api dan pandemi Covid-19 yang masih menjadi ancaman di sekitar," tambahnya.
Kendati demikian, warga diimbau untuk tidak panik, dan tetap menjaga kesehatan pribadi dan keluarga. (*)
#hadapicorona
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul BNPB: Bencana Hidrometeorologi Masih Terjadi di Akhir Juni 2020
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Editor | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Komentar