Bila dilaksanakan dengan tidak benar, bisa membahayakan anggota keluarga lain di rumah tersebut. Sebabnya, tidak setiap rumah layak untuk melakukan isolasi mandiri pada pasien COVID-19 tanpa gejala atau gejala ringan.
"Menurut saya kebijakan ini tidak menggunakan nalar yang baik. Tidak setiap rumah, tidak setiap keluarga bisa melakukan isolasi mandiri di rumah. Jadi, harus dicek rumahnya seperti apa," kata Pandu dalam Diskusi Urgensi Penanganan Permukiman Padat Penduduk Menghadapi Pandemi Covid-19 yang dikutip dari Liputan 6 (14/07/20).
Pandu menyorot mengenai sosial budaya di Indonesia di mana di dalam satu rumah terdapat banyak anggota keluarga. Mulai dari kakek, nenek, anak, menantu, dan cucu. Kemungkinan orang yang melakukan isolasi mandiri melakukan kontak dengan anggota rumah yang lain tetap ada.
Sudah banyak kasus ketika ada satu orang yang terinfeksi kemudian menularkan ke anggota lain di rumah. Bahkan, katanya, cucu yang ada di rumah itu juga terinfeksi.
"Jadi, kalau ada yang terinfeksi jangan isolasi di rumah. Harus ada tempat tertentu yang sudah disiapkan untuk isolasi mandiri," kata Pandu.
Di pemukiman padat penduduk, ketika seseorang yang terinfeksi Covid-19 menjalani isolasi mandiri di rumah, bukan hanya keluarga saja yang berisiko terinfeksi, tetangga juga bisa kena.
"Hampir tidak mungkin menjaga jarak, tidak mungkin mencuci tangan karena akses air terbatas, pakai masker? Siapa yang menyediakan? Mereka ini kan juga kelompok miskin," kata Pandu.
Baca Juga: Flek Hitam di Wajah Membandel? Ini Solusi Mudah untuk Menghilangkannya
Baca Juga: Kurus Tetapi Menderita Kolesterol Tinggi, Ternyata Akibat Hal Ini
Pada pemukiman padat penduduk, kemungkinan kontak antarpenghuni sangat tinggi begitu pula penyebarannya (virus corona). (*)
Source | : | liputan 6,Gridhealth.id |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar