Studi yang terbit pada 14 Juli ini mencatat bahwa suasana hati yang tertekan dan / atau kegelisahan yang ditunjukkan pada pasien yang berusia 19 tahun mungkin merupakan tanda bahwa virus mempengaruhi sistem saraf.
Meski begitu, gejala Covid-19 yang lebih parah adalah sesak napas, batuk, atau demam.
"Jika Anda bertanya kepada saya mengapa saya menjadi depresi atau cemas ketika saya positif, saya akan mengatakan itu karena gejala saya parah dan saya memiliki napas pendek atau saya tidak bisa bernapas atau saya memiliki gejala seperti batuk atau tinggi Demam, ”kata rekan penulis studi Ahmad Sedaghat dari University of Cincinnati di AS.
Sedaghat menjelaskan, "tidak satu pun dari gejala-gejala ini yang menunjukkan morbiditas atau mortalitas yang dikaitkan dengan seberapa depresi atau cemasnya pasien-pasien ini."
Baca Juga: Studi: Pasien Covid-19 Dengan Stres Berisiko Lebih Cepat Meninggal
Lebih lanjut, Sedaghat mengatakan, satu-satunya unsur Covid-19 yang dikaitkan dengan suasana hati dan kecemasan yang tertekan adalah tingkat keparahan dari bau dan rasa pasien.
Namun, penelitian ini mengingatkan bahwa mungkin tidak ada hubungan sebab akibat antara gangguan indra penciuman di SARS-CoV-2 dan gejala psikologis.
Source | : | sciencedaily,The Lancet,Wiley Online Library |
Penulis | : | Levi Larassaty |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar