GridHEALTH.id - Thermo Gun yang Kini Jamak Ditodongkan ke Kepala Manusia Berisiko pada Struktur Otak, Cek Faktanya di Sini!
Dalam sebuah video, seorang ekonom mengatakan bahwa thermo gun berbahaya bagi tubuh manusia dan dapat merusak otak.
Baca Juga: Senyawa Bioaktif Pada Jamu Bisa Tingkatkan Imunitas Tubuh di Masa Pandemi Virus Corona
Belakangan ini, masyarakat tengah di hebohkan dengan klaim tentang radiasi laser termometer tembak atau Thermo Gun berbahaya bagi tubuh manusia.
Klaim ini dinyatakan oleh ekonom Ichsanuddin Noorsy, melalui sebuah video wawancara bersama Helmy Yahya.
Dalam wawancara tersebut, Helmy Yahya berbicara mengenai penggunaan Thermo Gun di berbagai tempat saat pandem Covid-19 saat ini.
Ichsanuddin Noorsy kemudian menanggapi pernyataan Helmy itu. Dia mengatakan bahwa laser dari Thermo Gun bisa merusak otak.
"Kalau saya nolak. Kalau mau periksa (suhu tubuh) saya, periksa di sini (telapak tangan). Karena termometer itu dipakai untuk memeriksa kabel panas, bukan untuk temperatur manusia," ujar Ichsanuddin Noorsy.
Baca Juga: Penyebab Suhu Tubuh Meningkat Saat Puasa, Jangan 'Parno' Corona
"Kita tidak tahu dampak kerusakan pada struktur otak. Saya enggak mau," sambung dia.
Video berdurasi 2 menit 2 detik yang kini tengah beredar di sosial media itu, rupanya merupakan potongan video yang disebarkan Channel YouTube Mayor Saleh Nasionalis Karaeng Sila dengan judul "VIRALKAN !!! Radiasi Laser THERMO Gun Ternyata berbahaya, Simak Penjelasannya".
Baca Juga: Saat Covid-19 Melanda Arab Saudi, Raja Salman Tiba-tiba Dibawa ke Rumah Sakit Khusus
Seperti diketahui, Thermo Gun digunakan sebagai alat pengukur suhu tubuh, terlebih di masa pandemi Covid-19, Thermo Gun digunakan hampir di setiap lokasi untuk mengetahui suhu tubuh seseorang sebelum memasuki tempat tersebut.
Namun, beredarnya klaim tersebut membuat masyarakat jadi bertanya-tanya akan kebenarannya.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam, dr. Andi Khomeini Takdir Haruni, Sp.PD, mengatakan penggunaan Thermo Gun memiliki tingkat bahaya yang cenderung rendah.
Namun hal itu bisa dikatakan apabila alat pengukur suhu tubuh itu memang dinilai berbahaya.
Baca Juga: Saran Ahli Agar Indonesia Sukses Hadapi Corona: 'Buang Rapid Test'!
Baca Juga: Minum Minuman Panas Untuk Mencegah Penularan Virus Corona, Ternyata Ini Kata Ahli
"Radiasi thermo-gun yang lazim dipakai jauh lebih rendah intensitasnya ketimbang alat-alat lain yang sudah dipakai publik setiap hari." ujar seorang dokter yang akrab disapa dr. Koko, seperti dihubungi GridHEALTH.id, Senin (20/7/2020).
Lebih lanjut, dr. Koko menjelaskan alat-alat itu misalnya, handphone, earphone bluetooth, dan microwave.
"Dan radiasi dari alat-alat tersebut masih dibawah ambang batas yang bisa ditoleransi." tambahnya.
Baca Juga: Muncul Aplikasi Termometer di Ponsel, Para Ahli Malah Sebut Bisa Rusak Fungsi Otak
"Kalau berdasarkan intensitas waktu ya, potensi bahayanya itu jauh lebih rendah dibandingkan kalau memakai earphone bluetooth, itu pun kalau pakai Thermo Gun paling hanya 2 detik, kalau dia dalam sehari 20 kali melakukan pengecekan pakai Thermo Gun ya sekitar 20 detik." kata dr. Koko.
Senada dengan hal itu, Prof. Dr. dr. H. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, FINASIM, FACP yang merupakan guru besar pada Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI RS Cipto Mangunkusumo juga menegaskan hal yang sama.
Baca Juga: Dokter Dibuat Heran Suhu Tubuhnya Dikategorikan Bukan Manusia
dr. Ari menyampaikan, Thermo Gun sudah lolos uji kesehatan dan aman digunakan.
"Thermal gun sudah lulus uji kesehatan, jadi sudah diperhitungkan bahwa alat ini aman," kata dr. Ari, seperti dikutip dari Kompas.com, Senin (20/7/2020).
Tak hanya itu, dr. Ari juga menyampaikan bahwa alat ini tidak akan berpengaruh pada sistem saraf dan retina karena tidak memancarkan radiasi seperti sinar-X.
Baca Juga: Mempelai Pria Suhu Tubuhnya Tinggi, Menikah Jalan Terus Ditengah Wabah Corona dengan APD Jas Hujan
"Thermometer inframerah tidak memancarkan radiasi seperti sinar-X. Dan karena itu, tidak mempengaruhi sistem saraf termasuk juga tidak merusak retina," jelasnya.(*)
#berantasstunting #hadapicorona
Source | : | kompas |
Penulis | : | Levi Larassaty |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar