GridHEALTH.id - Para dokter di Wuhan, China berhasil merawat pasien Covid-19 dengan kondisi sangat serius sampai membutuhkan transplantasi paru-paru ganda.
Usai menjalani tranplantasi paru-paru ganda dan menggantungkan hidupnya selama 62 hari dengan mesin paru-paru buatan ECMO (extracorporeal membrane), pasien berusia 65 tahun itu dinyatakan pulih dari Covid-19.
Bahkan, atas kondisi tersebut, pasien bernama Cui Zhiqiang menjadi pasien yang bertahan hidup paling lama di China yang didukung oleh mesin paru-paru buatan.
Seperti diketahui, ECMO digunakan pada pasien yang membutuhkan lebih banyak bantuan daripada yang dapat diberikan oleh ventilator, dan yang dianggap memiliki peluang 90% meninggal.
Cui diketahui mulai bergantung pada mesin itu antara 18 Februari dan 22 April di Rumah Sakit Renmin Universitas Wuhan.
Berdasarkan laporan, Cui mulai menunjukkan gejala virus corona pada pertengahan Januari dan para dokter mengonfirmasi bahwa ia terkena penyakit Covid-19 pada 7 Februari.
Meski telah menjalani perawatan dan memakai ventilator, kondisi Cui mulai memburuk sehingga menyebabkan dirinya harus memakai mesin paru-paru buatan ECMO (extracorporeal membrane).
Namun, dengan kondisi yang semakin memburuk, para dokter menyarankan Cui menjalani transplantasi paru ganda.
Dokter dilaporkan mengatakan bahwa dia telah mengembangkan fibrosis paru yang parah, yang merupakan kerusakan dan jaringan parut pada paru-paru.
Baca Juga: Korban Vape Pertama di AS, Dokter Sampai Lakukan Transplantasi Paru-paru Ganda
Ketika para dokter merasa bahwa satu-satunya kesempatan untuk bertahan hidup adalah transplantasi paru-paru ganda, satu set organ vital yang kompatibel diterbangkan ke Wuhan dari provinsi Yunnan di Cina barat daya.
Pertengahan April, pria 65 tahun itu dilaporkan dipindahkan ke ruang operasi tekanan negatif dan para dokter melakukan transplantasi paru ganda selama enam jam.
Kepala ahli bedah kardiotoraks Lin Huiqing mengatakan bahwa transplantasi paru-paru Covid-19 stadium akhir sangat berisiko tinggi.
Baca Juga: Studi: 1 dari 5 Orang di Seluruh Dunia Berisiko Mengembangkan Covid-19 yang Parah
Lin mengatakan bahwa para dokter mengandalkan kimia dan pengalaman untuk menyelesaikan prosedur operasi. Dia menambahkan bahwa prosedur ini merupakan 'tantangan ekstrem' baik dalam hal ketelitian yang dibutuhkan maupun tekanan psikologis.
Namun, Lin mengatakan bahwa dua hari setelah perawatan, mesin paru-paru buatan ECMO Cui dimatikan dan dihapus untuk pertama kalinya dalam 62 hari.
Lin memberi tahu bahwa Cui sadar lagi, namun, ia masih tidak dapat berbicara dengan baik karena kerusakan tenggorokan yang disebabkan oleh lebih dari dua bulan intubasi.
Sebelumnya, kasus serupa juga terjadi pada seorang wanita berusia 50 tahun di Korea Selatan.
Bukan 62 hari, wanita itu bahkan telah menggantungkan hidupnya selama 112 hari pada alat bantu ECMO.
Baca Juga: Bukti Kuat Infeksi Covid-19 Bisa Disembuhkan, Pasien Koma Karena Corona Bisa Kembali Pulih
Berbagai pengobatan seperti anti-malaria hydroxychloroquine, pengobatan HIV Kaletra dan steroid gagal menghentikan fibrosis paru pasien tersebut. Hal itu membuat dokter khawatir akan kondisi parunya yang bisa saja memburuk.
Alhasil, dokter memutuskan untuk melakukan tranplantasi paru-paru ganda.
Usai menjalani operasi yang memakan selama waktu delapan jam itu, wanita itu akhirnya dinyatakan pulih.(*)
#berantasstunting #hadapicorona
Source | : | Republic World |
Penulis | : | Levi Larassaty |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar