GridHEALTH.id - Sebuah kisah tragis terjadi pada seorang gadis remaja berumur 16 tahun, Emily Titterington. Emily yang berasal dari Cornwall, Inggris, meninggal pada 8 Febuari 2013, setelah sembelit atau tidak dapat buang air besar selama 8 minggu.
Emily yang juga menderita gangguan autisme ringan telah mengalami gangguan pencernaan hampir di sepanjang hidupnya.
Emily memiliki ketakutan yang amat sangat terhadap toilet. Hal inilah yang membuatnya menahan keinginan untuk buang air besar hingga mengancam nyawanya.
Menurut sebuah penyelidikan medis, Emily mengalami serangan jantung fatal akibat membesarnya usus, yang pada akhirnya mendorong dan menekan sejumlah organ di dalam tubuhnya.
Usus besar Emily mengalami pembesaran yang amat sangat. Hal ini pulalah yang membuat perutnya sangat membesar saat tiba di rumah sakit.
Akibat pembesaran usus yang abnormal tersebut, tulang rusuk bawahnya pun terdorong keluar.
Baca Juga: Turunkan Bobot Tubuh Berharga di Saat Pandemi Karena Obesitas Tingkatkan Risiko Covid-19
Baca Juga: Kelebihan Berat Badan Saat Hamil Bisa Dihindari Dengan 3 Cara Ini
Hal yang menyedihkan adalah bahwa nyawa Emily sebenarnya dapat diselamatkan bila ia mendapatkan pengobatan yang tepat di waktu yang tepat.
Walaupun sembelit sebenarnya dapat dengan mudah diatasi dengan pemberian obat laksatif, akan tetapi Emily menolak berobat karena merasa sangat takut terhadap berbagai proses pemeriksaan yang akan dilakukan.
Sebelum kasus Emily, sebenarnya tidak ada kasus kematian yang terjadi akibat sembelit berkepanjangan.
Sebab umumnya seseorang pasti akan mencari bantuan medis bila ia tidak dapat buang air besar dalam waktu yang cukup lama, misalnya 2 minggu.
Dengan demikian, sembelit pun dapat segera diatasi sebelum terjadi berbagai komplikasi yang tidak diinginkan seperti dalam kasus Emily.
Rasa takut yang dialami oleh Emily lebih jarang terjadi pada orang dewasa, akan tetapi pada anak-anak hal ini mungkin saja terjadi.
Anak-anak mungkin dapat merasa takut pada tinjanya sendiri sehingga daripada mengeluarkannya, mereka pun akan menahannya dan karena toilet identik dengan buang air besar, maka anak-anak mungkin mengalami fobia toilet.
Baca Juga: Menyisir Tak Boleh Sembarangan, Ada Tekniknya Agar Rambut Tidak Rontok
Baca Juga: Studi: Diet Ketogenik Bisa Turunkan Risiko Kanker Paru-paru
Hal ini tentu akan bertambah buruk bila sang anak juga menderita gangguan autisme karena seorang penderita autisme memiliki ketahanan terhadap nyeri yang lebih tinggi daripada orang lain dan tidak terlalu mempedulikan segala sesuatu yang terjadi pada tubuhnya.
Kabar baiknya adalah amat sangat jarang seseorang akan menderita sembelit hingga tahap demikian bila telah memasuki masa dewasa.
Fobia toilet dan tinja di atas paling sering terjadi pada anak-anak yang berusia 2.5-5 tahun.
Saat memasuki usia 16 tahun, hanya kurang dari 1% orang yang tetap memiliki fobia ini, karena sebagian besar orang telah mengetahui pentingnya buang air besar secara teratur dan akan segera menyadari ada sesuatu yang salah di dalam tubuhnya bila tidak juga buang air besar dalam waktu yang cukup lama.
Walaupun demikian, sembelit tetap merupakan suatu hal yang patut diwaspadai, terutama bila terjadi perubahan pada pola buang air besar.
Karena setiap orang memiliki kebiasaan buang air besar yang berbeda-beda, maka sebenarnya tidak ada ketentuan mengenai seberapa sering seseorang harus buang air besar baru hal tersebut dianggap normal.
Intinya adalah jika pola buang air besar berbeda dari biasanya, maka sudah waktunya bagi untuk segera memeriksakan diri ke seorang dokter.
Baca Juga: Divonis Diabetes Jangan Kecil Hati, Bisa Panjang Umur Dengan Cara Ini
Baca Juga: Ingin Makan Lebih Sedikit Agar Langsing? Gunakan Piring Merah Ukuran Kecil
Dengan demikian, dokter dapat memberikan pengobatan yang paling tepat bagi dan mengatasi masalah sembelit yang dialami.(*)
Source | : | nakita.grid.id,Gridhealth.id,dokter.id |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar