Sebaliknya, jika dianggap relevan dan menggugah emosi, orang dapat saja mempercayainya.
" Virus corona juga begitu, karena tidak terlihat. Karena virus sesuatu yang tidak terlihat, maka orang tidak mudah percaya," jelas Bagus.
Tidak sedikit juga yang lebih memilih untuk tidak mempercayai adanya pandemi virus corona tersebut.
Alasan yang muncul tersebut berasal dari sebagian orang yang lebih memilih tidak percaya karena tidak mau ikut merasa cemas akan dampak yang dihasilkan oleh penyebaran virus corona.
Baca Juga: 6 Upaya Terbaik Memutus Rantai Infeksi Selesaikan Pandemi Covid-19, Bukan Melulu Protokol Kesehatan
"Orang mungkin berusaha menghindari dari konsekuensi dari apa yang dia percayai. Bahwa virus corona menyebabkan sakit dan Covid-19 ini bisa berakibat fatal dan membahayakan," ungkap Bagus.
Kecemasan itu adalah sesuatu yang objektif, misalnya takut pada singa, atau apapun.
Sedangkan yang dihadapi saat ini kecemasan dengan rasa takut terhadap suatu objek yang tidak jelas.
"Orang itu cenderung tidak suka merasa cemas, maka dari itu mereka lebih memilih untuk menghindari, salah satunya dengan tidak percaya (virus corona Covid-19)," pungkas Bagus.(*)
Baca Juga: Kepala Daerah di Jateng Sengaja Sembunyikan Data Covid-19, Ganjar Pranowo Geram; Sombong Sekali
#berantasstunting
#hadapicorona
Source | : | Kompas.com,www.covid19.go.id |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar