GridHEALTH.id - Di Indonesia ada Herb.Cov Temuan Prof Hadi Pranoto, di Inggris Ada Koktail Anti Bodi yang Siap Masuk Uji Klinis
Obat Covid-19 dinantikan. Indonesia heboh obat Covid-19 Herba.Cov. Di Inggris Koktail Antibodi bersiap masuk uji klinis. Pilih mana?
Belum lama Indonesia dihebohkan dengan berita Herb.Cov Temuan Prof Hadi Pranoto, yang disebutnya terbukti sembuhkan penderita Covid-19.
Ternyata di Inggris pun ada berita heboh prihal obat Covid-19.
Menurut berita, seperti dilansir dari Intisari.id (3 Agustus 2020), ilmuwan Inggris menemukan cara baru untuk membantu penyembuhan dari virus corona.
Para ilmuwan dari Rosalind Franklin Institute di Inggris menggunakan antibodi khusus dari tubuh llama untuk membuat terapi pendorong kekebalan tubuh.
Perkembangan ini diterbitkan dalam jurnal ilmiah Nature Structural and Molecular Biology.
Pengobatan ini menggunakan antibodi llama "yang direkayasa", yang ukurannya relatif kecil, dan jauh lebih terstruktur daripada antibodi dalam darah kita sendiri.
Obat tersebut disebut "Koktail antibodi" yang siap masuk tahap uji klinis dalam beberapa bulan ke depan.
Baca Juga: 5 Makanan Sembuhkan dan Cegah Stroke juga Darah Tiggi, Pembuluh Darah Menjadi Bersih dan Elastis
Baca Juga: Fakta Baru Mengenai Asal Virus Corona, Setelah ini Dirinya Bisa Hilang Kapan Saja Oleh Tentara Merah
Profesor James Naismith, direktur Rosalind Franklin Institute - dan peneliti utama dalam studi ini - mengibaratkan teknik ini seperti memotong anak kunci yang cocok dengan 'lubang kunci' virus corona.
"Dengan antibodi llama, kami punya anak kunci yang tidak begitu pas - mereka akan masuk ke lubang kunci tapi tidak bisa diputar," ujarnya.
"Jadi kami mengambil kunci itu dan menggunakan biologi molekuler untuk memolesnya, sampai kami mendapatkan anak kunci yang cocok."
Untuk diketahui, antibodi adalah bagian dari hal yang dikenal sebagai sistem imun adaptif.
Baca Juga: Pekan ASI Internasional: Ternyata Ini Keuntungannya Memberikan ASI
Mereka adalah molekul yang pada dasarnya berubah bentuk untuk merespons virus atau bakteri yang menyerang.
"Lalu jika kita terinfeksi kembali," Prof. Naismith menjelaskan, "tubuh mencari (partikel virus) dengan antibodi yang menempel di sekitarnya dan menghancurkannya."
Jenis terapi imun ini, pada dasarnya meningkatkan sistem kekebalan tubuh orang sakit dengan antibodi yang telah beradaptasi dengan virus.
Baca Juga: Presiden Brasil Usai Terinfeksi Covid-19 Paru-parunya Berjamur, Masih Bernyali Tantang Virus Corona?
Memang sudah ada bukti bahwa darah yang kaya antibodi, diambil dari orang yang baru saja pulih dari virus corona, dapat digunakan sebagai pengobatan.
Tapi trik utama dengan terapi antibodi yang didapatkan dari llama ini ialah, para ilmuwan bisa memproduksi antibodi khusus untuk virus corona dengan mudah dan cepat.
Menurut Prof Naismith, bagian kecil yang direkayasa ulang dari antibodi llama juga dikenal sebagai nanobodi.
"Di laboratorium, kita dapat membuat nanobodi yang membunuh virus hidup dengan sangat baik - lebih baik daripada hampir semua yang kita lihat," imbuhnya.
"Mereka sangat pandai membunuh virus dalam kultur sel."
Nanobodi membunuh virus dengan mengikat - atau mengunci - bagian yang dikenal sebagai "protein jangkar" pada kapsul virus; menonaktifkan jangkar itu membuatnya tidak bisa menempel ke sel manusia.
"Pada dasarnya, yang kami lakukan di laboratorium sama dengan yang dilakukan semua sistem kekebalan di dalam tubuh," Prof Naismith menjelaskan.
"Dan kami bisa melakukan ini dengan sangat cepat, jadi jika virusnya berubah tiba-tiba, atau kami mendapat virus baru, kami bisa merekayasa nanobodi baru di laboratorium."
Tim ilmuwan yang dipimpin Prof. Naismith menargetkan pengujian terapi prospektif yang mereka kembangkan pada hewan musim panas ini, dengan harapan memulai uji klinis pada akhir tahun.(*)
Baca Juga: Muncul Fenomena Ketidakpercayaan Masyarakat Pada Bahaya Virus Corona
#berantasstunting
#HadapiCorona
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Temuan Baru, Antibodi Llama Bisa Bantu Obati Penderita Covid-19"
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar